Hai. Apa kabar kalian?
Lama aku tidak menyapa dan mengisi ruang yang sepi ini. Sudah setahun lebih. Apakah ada yang berbeda dariku?
Banyak. Dalam waktu 15 bulan ini, aku telah menikah dan mempunyai anak. Butuh waktu untuk adaptasi dalam peran dan status baru yang kusandang. Tidak dipungkiri aku sempat kehilangan diriku sendiri. Alhamdulilah, jodohku adalah orang yang baik, sehingga ketika badai emosi menghantam diriku, dia laksana penenang bagi rumah tangga kami. Doakan ya, rumah tanggaku sampai surgaNya.
Satu tahun pernikahan ini, aku sama sekali tidak punya mimpi. Suamiku bukan tipe yang merencanakan masa depan dan bermimpi, apalagi mentarget. Aku mengikutinya. Mengalir begitu saja.
Aku pribadi merasa tidak ada yang perlu dicapai. Akhirnya ya begini-begini saja. Dulu aku berharap aku dan suamiku satu visi sehingga kita layaknya tim yang menjalankan beberapa program. Ternyata kenyataanya lain. Ya sudahlah. Kita memang tidak bisa berharap kepada manusia, meskipun itu adalah suami sendiri.
Tidak biisa bergerak aku kalau tidak ada motivasi untuk berjuang.
Hingga akhirnya hari ini pun tiba.
Ada saudaraku menawari untuk membeli sawahnya. Harganya 300 juta. Gak kusangka ada yang menawariku sawah. Uang segitu bagiku amat tinggi. Kepalaku sampai berat mendengarnya. Uang dari mana?
Tapi entah kenapa, berkat saudaraku tersebut, aku mulai kepikiran untuk membeli sawah. Ada Allah Maha Kaya kan? Doa dulu aja.
Dan here me now. Mulai menulis. Mulai dari hal yang paling kecil. Sangat kecil. Usaha hari ini insyaAllah akan bermanfaat untuk masa yang akan datang. Teringat beberapa pengalaman akan rejeki tiba-tiba yang sering didapat. Salah satunya adalah karena kita pernah berdoa dan mengusahakannya. Mungkin waktu itu sama sekali tidak kelihatan dan kita sempat lupa. Namun, Allah tidak pernah lupa akan doa dan jerih payah hambanya.
Bismillah ya Allah.
2024 beli sawah harga 300 juta.