Mempunyai pekerjaan namun tidak
bekerja. Bagaimana menurutmu? Kamu mempunyai status sebagai seorang karyawan di
sebuah perusahaan misalnya, namun tidak ada yang kamu kerjakan sama sekali
disana. Hag hag. Orang menyebutnya dengan “magabut”. Kemudian, apa
yang kamu rasakan dengan kondisi seperti itu? Owh owh, bagi yang belum pernah merasakannya, maka sampai disini
saja membacanya. Hehe. Karena ini
tulisan hanya untuk mereka yang pernah mengalaminya, yang punya perasaan
senasib, namun tidak sepenanggungan. Hag
hag hag.
Jadi kawan, bulan ini aku sedang
mengalaminya. Praktis dalam sebulan aku bekerja, kalau dihitung hitung aku
hanya bekerja selama 5 hari. Namun gaji full gaji pokok. Senang? Tidak munafik,
iyalah. “Iyalah”answer hanya ketika melihat slip gajinya. Namun ketika
menjalani hari hari selama sebulan tanpa pekerjaan itu, jujur, aku kurang
bahagia bro,sist.
Pekerjaanku adalah berkaitan
dengan dunia edit mengedit. Editor, begitulah singkatnya. Apakah kamu pernah
melihat ruangan para editor? Jika belum, maka kamu bisa mengetahuinya di novel Rantau 1 Muara karangan Ahmad Fuadi. Baiklah, bagi yang susah
menjangkau bukunya, kuceritakan sedikit ya.
Ruangan editor itu bak kuburan.
Dari mulai bel masuk, maka no words, no
sounds. Semua orang sudah sibuk berkonsentrasi dengan layar komputernya
masing masing. Kalau berbicara pun, maka harus dengan suara pelan. Pffft, bagian ini agak sulit bagiku.
Dan,praktis dari jam 7.30 sampe dengan 16.30, 90% aktifitasnya cuma
berinteraksi dengan komputer.
Dan, aku, sampe rumah juga sudah
malam, sudah capek di perjalanan, maka setelah bersih diri dan menyelesaikan
urusan ibadah, aku pun langsung memejamkan mata. Begitu terus. Oh ya, tambahan
lagi, berarti selama 26 harinya, aku terus memutar otak untuk mengisi
aktifitasku selama di depan komputer, karena ga ada pekerjaan yang bisa aku
kerjaan itu tadi. Baca tulis. Kadang menggambar. Kadang seharian full
mengomentari status bbm dan facebooknya orang orang. Kadang pula
setiap ada postingan di group whataspp,
aku aktif mengomentarinya atau sekedar memberikan jempol. Heh. Otakku sampai kegeser. Kwkwkwkw.
Njuk Ngopo? Itulah masalahnya. Aku jarang berinteraksi dengan orang
bro, sist. Hidupku terasa seperti air tawar, hambar. Meaningless. Kira kira, hidupku selama sebulan ini sepertinya tidak
banyak manfaatnya.
Hari kemarin bro, tanggal 28 Mei
sist, adalah titik puncak ketidakbermanfaatanku. Aku rasanya ingin berteriak di
ruangan editor itu, mengatakan, “Hey you,
give me a job! My brain will rot away without doing nothing”. Hehe, itu hanya
keinginan bro, sist. Ga bener bener kulakuin koq.
Tiap harinya pun aku juga ngeluh
sama penciptaku. Ngeluh tentang ketidakbermanfaatanku ini sambil minta supaya
hidupku berkah (red:manfaat). Aku tidak bahagia dengan tidak bermanfaat untuk
orang lain.
“Aha” Moment
Namun, hari ini, 29 Mei 2015, ada
yang berbeda bro, sist. Sampai kantor, aku bebarengan dengan ibu yang suka
membuatkan teh untuk para karyawanya. Namanya…hmm..aku lupa. Hehe. Karena masih
sangat pagi, dan belum ada orang, maka aku ikut ibuknya ke pantry. Aku mengobrol denganya sambil menyiapkan gelas gelas untuk
tempat teh. Ibunya ternyata kalau berangkat ke kantor, naik bus. Ibunya
ternyata kalau naik bus suka menunggu di jalan yang suka aku lewati. Aha. Otakku pun langsung melancarkan aksi
brutalnya. “Bagaimana kalau pas berangkat dan pulang, ibu bareng sama saya
saja?”, tawaranku spontan. Hey, itulah hasil otak brutalku bro, sist. “Oh ya
mba”, setuju ibuknya.
Aha. Hari ini aku merasa sangat bahagia bro,
sist. Akhirnya, hidupku insyaAllah akan bermanfaat kembali.
Tami Ahda Syahida
Jumat, 29 Mei 2015
Be First to Post Comment !
Posting Komentar