“Ya, nanti akan saya kabari kalau bapak sudah
selesai rapat”, jawab beliau dengan ramah.
Saya mengernyitkan dahi, dan
berlalu pergi tanpa banyak bertanya kepada salah satu karyawan HRD di kantorku.
“How can he know where my place is?”, tanyaku dalam hati ketika berjalan
menjauhi ruangan Human Resources Development itu. “Aaah, bodo amat lah. Liat
saja apa nanti dia akan menelponku atau tidak”, sanggahku.
Aku baru saja bekerja di sebuah
kantor percetakan buku di kota Solo. Belum lama, mungkin baru sekitar sepekan.
Ada banyak sekali orang disini, dan yang kuhafal hanyalah 7 orang yang berada
di departemenku, language editor.
Hari itu aku meminta surat
pengantar ke kantor HRD untuk keperluan membuat rekening baru guna
pentransferan gaji. Aku menemui seorang bapak bapak berkaca mata yang kebetulan
duduk paling dekat dengan pintu. Beliau tersenyum ramah denganku seolah olah
sudah lama mengenalku. Aku pun hanya tersenyum sekedarnya saja. Aku
mengutarakan maksud kedatanganku, tanpa memperkenalkan namaku. Bapaknya mengatakan
bahwa yang bersangkutan untuk memberikan ijin sedang rapat, jadi nanti akan
diinformasikan ke kantorku jika bapak manager HRD sudah selesai rapat.
Aku tidak yakin dia akan
mengabariku (red:menelponku) dengan memanggil namaku. Aku pun menunggu sampai
tengah hari. “Kring kring..”,suara telpon masuk ke kantor language editor. My supervisor hanged it up, and then,
“Tami, disuruh turun ke HRD”, ucap Pak Putut, supervisorku.
Aku pun turun ke ruangan HRD.
“Oh, dia kenal namaku. Maklumlah dia kan HRD”, fikirku simple.
“Mbak Tami, ini suratnya”, ucap
bapak berkacamata itu. Aku mengangguk.
“Mbak Tami masih nglaju?”, tanya nya lagi.
What? Dia bahkan tau aku setiap
hari bolak balik klaten-solo.
“Ya Pak”, jawabku singkat.
“Semoga sehat sehat ya”, ucap beliau.
“Makasih Pak”, balas saya, dan
langsung meninggalkan ruangan HRD.
Dari kejadian itu, aku jadi
teringat dua orang dosenku, yakni Bapak Agus dan Ibu Ani. Beliau berdua adalah
sosok dosen yang mempunyai kemampuan otak menghafal semua nama nama mahasiswanya
meskipun baru pertama kali bertemu.
Aku yang jadi salah satu
mahasiswanya tentunya sangat senang karena jika berpapasan, pasti beliau berdua
akan memanggil namaku. Bukan, bukan karena aku terkenal. Namun memang begitulah
kenyataanya, mereka menghafal semua nama baik pemilik nama itu terkenal atau
tidak.
Lalu?
Kamu tau bagaimana rasanya nama
kita dikenal oleh orang yang mungkin orang tersebut berada diatas kita posisi
birokrasinya? Hal itu sungguh membahagian hati. Ada nilai penghormatan disana.
Ada nilai apreasiasi. Ada nilai perhatian. Ada nilai kasih sayang disana.
Pelajaran dari bapak HRD hari
itu, akan kujadikan sebagai kaca dan refleksi pada diriku. Bahwa, ada banyak
hal yang indah di dunia ini untuk dilakukan yakni dengan memberikan
kebahagiaan kepada orang lain. Bahwa karena mengingat nama orang itu menjadi
hal yang membahagiakan, maka nanti aku akan berusaha untuk mengingat ingat nama
orang orang yang kutemui. Dan jikalau nanti aku terpaksanya lupa dengan nama
orang yang pernah kutemui, maka aku akan bersikap seolah olah aku sudah
mengenalnya lama serta akan memberikan senyum persahabatanku yang sangat tulus
kepadanya.
Karena, ada banyak hal yang harus
kita perhatikan dalam hidup ini, salah satunya adalah perasaan orang lain.
tami ahda syahida atau uli tri utami?
BalasHapus