gb1. (dr kiri ke kanan) aku-kakak pertama (uli)-kakak kedua(wiba)
Begitu besar gesekan diantara
kami. Pertengkaran sering terjadi. Hal yang sepele saja terkadang membuat kami
bisa berdiam diaman cukup lama. 2x24 jam lah maksimal. Hehe.
Begitulah hubunganku dengan kakak keduaku, Mbak Wiba.
Nama lengkapnya adalah Uli Wibawanti. Saat ini, dia sudah dititipi seorang anak
laki laki bernama Habib, dan seorang anak perempuan bernama Syifa. Alhamdullilah.
Seringnya, setiap kali aku sedang mengalami keruwetan emosi, maka hal yang disampaikan mbakku itu langsung menjadi sulut api yang siap meledak.Maka pertengkaran sering terjadi, meskipun hanya melalui telepon, karena dia bertempat tinggal jauh dari tempat tinggalku. Namun, apakah kalian tau? Menurutku, semakin banyak pertengkaran sepele, ataupun ejekan ejekan yang menyakitkan, hal itu malah membuat hubungan kami semakin akrab dari hari ke hari. Yang jelas, kami mempunyai komitmen untuk menjadi saudara yang akur, hingga kelak di ujung waktu.
Seringnya, setiap kali aku sedang mengalami keruwetan emosi, maka hal yang disampaikan mbakku itu langsung menjadi sulut api yang siap meledak.Maka pertengkaran sering terjadi, meskipun hanya melalui telepon, karena dia bertempat tinggal jauh dari tempat tinggalku. Namun, apakah kalian tau? Menurutku, semakin banyak pertengkaran sepele, ataupun ejekan ejekan yang menyakitkan, hal itu malah membuat hubungan kami semakin akrab dari hari ke hari. Yang jelas, kami mempunyai komitmen untuk menjadi saudara yang akur, hingga kelak di ujung waktu.
Baiklah, aku tidak akan membahas banyak
tentang pertengkaran kami, tapi aku ingin mengungkapkan sesuatu yang kukagumi
dari sosoknya.
Mbakku Wiba adalah sosok yang
sangat rapi. Lihatlah, lemari pakainya tertata begitu indahnya. Lantai rumah
pasti disapu minimal dua kali dalam sehari. Tempat tidur dirapikan setelah
tidur, dan akan tidur. Kamar mandi selalu disikat dan diberi wewwangian. Ketika
memandikan anaknya, maka setiap lekukan tubuh anaknya dilihat betul betul
apakah sudah bersih atau belum. Ketika pulang kampung, maka kamarku akan
disulab menjadi rapi, layaknya kamar hotel. Ah, tidak bisa aku meniru
kerapianya itu.
Gb2. kamarku yang disulap jadi rapi
Selanjutnya, mbakku itu adalah
orang yang sungguh sangat sederhana, dan menerima. Dalam hal membeli baju, dia
paling dalam setahun hanya membeli baju sekali. Kadang pun tidak. Sandal,
lihatlah, sandal yang dipakai pada tahun 2015, masih sama dengan sandal yang
dipakai pada tahun 2010. Dalam soal makanan, maka demi untuk memberikan asupan
gizi yang baik untuk anak anaknya, maka dia hanya akan menerima untuk makan
sayur yang dipetik dari pekarangan rumahnya, dan tahu tempe. Tidak hanya itu saja, penerimaan terbesarnya adalah menerima untuk meninggalkan karirnya dan mengasuh anak anaknya
dirumah. Dan, pastinya, terus menerus membuat formula agar hidupnya dan
keluarga kecilnya bahagia dengan kesederhanaan.
Serta, di tengah kondisinya yang
alhamdulilah dicukupkan, dia selalu berusaha bersedekah untuk yang lain. Dia
menamam timun emas di pekarangan rumahnya, dan buahnya selalu lebat. Kebetulan,
banyak tetangganya mbakku itu yang terkena serangan darah tinggi, ketika
memetik timun emas dari pekarangan mbakku, maka tekanan darahnya langsung turun dan
mengaku tubuhnya makin ringan. Satu lagi adalah tentang keahlian memasak.
Mbakku itu sangat payah dalam hal memasak. Hal yang dia bisa banggakan hanyalah
membuat makanan jawa yang disebut dengan “klepon”. Tentulah di daerah Jakarta
sana, makanan semacam itu menjadi makanan yang jarang. Maka, mbakku sering
diminta bantuan untuk membuatkan itu makanan. Pengakuan mbakku, “Biarlah, aku
hanya bisa bersedekah lewat ketrampilan”.
Sekali lagi, sikap “nrimo” itu
selalu indah. Sikap sederhana itu selalu bisa diterima oleh banyak orang. Dan,
itu yang kudapat dari mbakku. Terimakasih Mbakku, kau telah dan akan selalu
menasihatiku lewat sikap sikapmu itu. I love you.
aku br OL lagi tam... hhe tulisanmu ternyata dab banyak ^^ pantes komen gt... tapi ini gambarnya ko ga keliatan ya? kl d copas emg gt.. hrs d upload tam
BalasHapus