Belajar Merasa


http://www.healthyhippie.net/wp-content/uploads/2012/03/5972202_f520.jpg

Rabu, 4 Mei 2016, pukul 16.15, nenekku meninggal dunia di usianya yang ke 95 tahun. Beliau sudah sangat sepuh dan sudah sakit (tidak bisa berjalan) sejak tiga tahun lalu.

Ketika simbok (panggilan akrabku kepada nenek) sakaratul maut, saya tidak berada di rumah, melainkan di kantor. Kira-kira 45 menit setelah nenekku dinyatakan meninggal, saya baru dikabari. Kaget. Namun hati saya semeleh. She was very nice three days before her time. Meskipun saya belum tau cerita bagaimana beliau meninggal, namun saya yakin beliau meninggal dalam kondisi yang sangat baik, dan di hari yang baik. (26 Rajab 1437H).

Saya baru sampai rumah maghrib. Rumah sudah dipenuhi dengan kursi dan lampu terang menyala di segala sudut. Banyak orang dirumah. Saya tidak mempedulikan mereka, namun langsung menuju ruangan tamu dimana simbok di tidurkan. Jasad beliau diletakkan di meja tinggi nan panjang dan diselimuti kain jarik (kain batik berbentuk persegi panjang). Saya tidak berani mendekati jasad beliau sendirian. Saya memanggil ibu untuk menemani melihat jenazah simbok.

Namun, jasad simbok sudah tertutup kain kaffan rapi, termasuk bagian wajahnya. Terakhir saya lihat wajah beliau sangat tirus. Banyak keriput dimana-mana. Sudah tidak mempunyai gigi sama sekali. Wajahnya putih bersih, dan bibirnya tipis indah. Beliau sangat cantik di usianya. Saya tidak meneteskan air mata, hanya berbisik dalam hati, "Simbok, yang bahagia ya di kehidupan sekarang. Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa".

Setelah cukup melihat jasad simbok, saya solat maghrib di kamar. Saya berencana menyolatkan jenazah simbok setelah solat magrib dan menunggu imam solat jenazah.

Tidak lama setelah solat maghrib, ada satu rombongan bapak-bapak dan ibu-ibu jama'ah mushola datang untuk menyolatkan. Saya bergabung dengan mereka. Harapan saya, semoga banyak orang yang melayat dan menyolatkan simbok.

Setelah solat, kami bebarengan membaca surat yassin. Saya mengikutinya. Niat saya, membaca Al Qur'an, sebagai amalan jariyah untuk leluhur.

Dalam hati saya bahagia, sebab banyak orang yang peduli dengan simbok. Mereka datang kerumah untuk menyolatkan simbok, dan berbincang kepada keluarga yang ditinggalkan untuk memberikan dorongan motivasi. Hari Rabu itu, tamu silih berganti datang hingga tamu terakhir pada jam 12 malam. Setelah itu semua orang pada kembali kerumah masing-masing untuk beristirahat. Ada beberapa orang yang tetap tinggal untuk menunggu jenazah simbok yang baru akan dikebumikan di hari Kamis nya.

Rumah kami menjadi sepi. Keadaan tersebut membuat saya mensyukuri kehadiran para pelayat itu. Kedatangan mereka membuat hati kami terobati setelah ditinggalkan oleh nenek kami. Kedatangan mereka membuat kami percaya bahwa we are not alone. Dan kedatangan mereka membuat kami merasa bahwa mereka menyayangi kami.

Hari Kamis, para pelayat kembali berdatangan. Ada keluarga jauh dekat, tetangga rumah, ada tetangga desa, ada teman bapak, ada teman ibu, ada teman paman, ada teman kakak, ada teman kakak ipar. Bahkan, ketika sudah selesai pemakaman, masih banyak orang-orang yang datang. Kami merasa bahagia dengan kedatangan mereka.

Hari itu, di hari kematian simbok, saya belajar hal yang paling berharga dalam hidup. Bahwa, ketika ada orang yang sedang kesripahan (ditinggal keluarganya meninggal), maka yang dibutuhkan adalah perhatian. Mungkin juga sama dengan ketika kita sakit, maka hal yang paling membahagiakan adalah perhatian.

Sejak saya menyadari hal itu, saya berjanji kepada diri sendiri, bahwa ketika saya mendengar atau mengetahui ada orang yang sakit atau kesripahan, maka saya akan berusaha untuk bersimpati dengannya. Kalau tidak bisa bersilaturahim langsung, minimal saya akan mengiriminya pesan singkat.

Sebab, berusaha membuat orang lain bahagia adalah passion saya.

Terakhir, semoga Allah memberkahi dan merahmati orang-orang yang datang kerumah kami. Semoga Allah meridhoi kita semua dan mematikan kita semua ke dalam surga firdausNya.


Be First to Post Comment !
Posting Komentar