Home /
Uncategories /
Etika Berdoa (By Ustadz Khalid Basalamah)
Etika Berdoa (By Ustadz Khalid Basalamah)
- Tidak boleh meminta yang haram. Allah suci dan baik, jadi
tidak boleh meminta yang haram.
- Tidak boleh makanan, minuman, dan pakaian yang haram. Ada
seorang yang rambutnya acak-acakan,
bajunya berantakan, kemudian tidak mengenakan sandal, mengangkat tanganya ke langit
dan berdoa. Kemudian Allah tidak mengabulkan doa seorang tersebut.
- Tidak boleh tergesa-gesa. “Seseorang akan dikabulkan
doanya selama ia tidak tergesa-gesa” HR. Muslim
- Para sahabat bertanya, “Bagaimana ciri-ciri tergesa-gesa
ya Rasulullah”. Kata Rasulullah “Dia mengatakan saya sudah meminta, saya sudah
meminta, belum ada hasilnya. Lalu dia tinggalkan doa”
- Kata para ulama, selama kita tidak meminta yang haram,
pakaian kita bersih, dan kemudian kita mengangkan tangan dan meminta “Ya
Allah...”, semenjak itu pula Allah sudah menentukan batas waktu diterimanya doa
tersebut
- Tidak usah khawatir. Allah sudah atur waktunya
- Semua di muka bumi ini ada ajalnya (tanggal expired).
Termasuk doa.
- Ada seorang sahabat yang pembantunya pada suatu hari
mecahin piring. Si sahabat ini marah-marah. Melihat kejadian ini, Rasulullah
kemudian berkata “Jangan kamu marah-marah dengan pembantumu. Sesungguhnya
piring ini punya ajal, sebagaimana kamu juga punya ajal".
- Sabar adalah menerima dulu takdir Allah, kemudian
ikhtiar. Bangun tidur kena flu, ucap Alhamdulilah. Terima dulu. Kemudian baru
ikhtiar mencari obat.
- “Kalau Allah mencintai hambanya, maka Allah akan
mengujinya. Bagi yang bersabar, ada pahala yang besar untuknya. Namun kalau dia
berkeluh kesah, maka dia tidak akan mendapatkan kecuali keluh kesahnya saja”,
(adaptasi HR. Tirmidzi).
- Ujian sakit juga ada ajalnya. Kalau belum waktunya
sembuh, meskipun sudah minum obat yang paling mahal, maka penyakit itu juga
tidak akan sembuh.
- Seseorang
minta kerajaan. Maka, ada yang baru 50 tahun diberikan. Semuanya tergantung
dengan bobotnya. Nabi Zakaria minta anak sementara istrinya sudah tua dan
mandul. Dia menikah umur 30 tahun, istrinya 20 tahun. Pada saat menikah,
istrinya sudah mandul. Dia berdoa. 10 tahun belum dikasih, 20 tahun bedoa belum
dikasih. Dan baru dikasih anak pada usia Nabi Zakaria 100 tahun. 70 tahun
berdoa, baru di kasih anak. Kenapa? Karena nabi Zakaria meminta doa yang berat.
“Ya Allah, kasih saya anak dari istri saya yang mandul”. Kalau dalam akal
manusia, tidak ada istri yang mandul mengandung. Tapi Allah kasih karena Nabi
Zakaria sabar dalam menunggu. Nabi Zakaria menikmati proses hingga batas watu
doa tersebut dikabulkan.
- Nabi
Ayyub menikah pada usia 30 tahun, dan istrinya 20 tahun. 20 tahun pertama hidup Nabi Ayyub sangat bahagia. Nabi Ayyub ini tinggi gagah dan mempunyai jabatan
sebagai raja nabi. Dia adalah orang kaya di negerinya. Istrinya cantik, putih,
dan tinggi. Allah karuniakan Nabi Ayyub 12 anak laki-laki. Semua anak-anaknya
mempunyai fisik yang gagah, pintar dan menjadi tokoh masyarakat. Nabi ayyub
punya perternakan, perkebunan, dan perikanan luar biasa di negerinya. Namun apa
yang terjadi setelah 20 tahun tersebut? Di awal tahun yang ke 21, selama 5 hari
berturut-turut, Nabi Ayyub di uji oleh Allah. Hari pertama, Allah uji Nabi
Ayyub dengan penyakit kusta. Hari kedua, 12 anak laki-lakinya meninggal
seketika di hari yang sama. Hari kedua, Allah matikan semua hewan yang ada di
perternakannya. Hari ketiga, Allah kenakan hama di semua perkebunanya. Hari
kelima, laut yang suka dibuat ambil ikanya, tertiba ikanya berkurang, sehingga
tidak ada hasil perikanan.
- Sabarnya
Nabi Ayub: Dari rumah yang besar, pindah ke rumah yang kecil. Dari makanan yang
banyak, sekarang menjadi makanan yang sedikit. Badanya sehat berubah menjadi
penyakit kusta. Punya anak banyak menjadi tidak punya anak sama sekali. Semua
jamaah Nabi Ayyub menjauhinya.
- Setelah
18 tahun di uji, yang tinggal bersama Nabi Ayyub hanyalah istrinya saja. Istrinya
suatu ketika berkata kepada Nabi Ayyub, “Ya Nabi Allah, engkau kan Nabinya
Allah. Mintalah kepada Allah agar disembuhkan penyakitnya. Ga usah minta anak,
ga usah minta harta. Minta sembuh saja agar anda bisa berdakwah”. Apa jawaban
Nabi Ayyub? “Wahai istriku, berapa lama dulu kita mendapatkan nikmat?”, tanya
Nabi Ayub. “20 tahun”, jawab sang istri. “Berapa lama kita di uji sekarang?”,
tanya Nabi Ayub lagi, “18 tahun”, jawab sang istri. Kata Nabi Ayyub, “Saya
masih malu minta sama Allah karena belum seimbang antara nikmat 20 tahun dan
cobaan yang baru 18 tahun”.
- Pelajaran
dari keyakinan Nabi Ayyub adalah bahwa setiap cobaan itu ada tanggal expired-nya. Ada akhirnya.
- Setelah
20 tahun dicoba, doa Nabi Ayyub adalah “Ya Tuhanku, Engkau telah menimpakan penyakit
untukku, dan Kau adalah Dzat Yang Maha Penyayang.
- Nabi
Ayyub tidak menghardik Allah. Nabi Ayyub tetap berprasangka baik kepada Allah
bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Penyayang: "Engkau mau sembuhkan penyakit
kusta ini tidak apa-apa, juga tidka sembuhkan juga tidak apa-apa”.
- Kemudian
apa yang terjadi setelah doa itu di panjatkan oleh Nabi Ayyub? Allah mengangkat
penyakitnya. Disehatkan tubuhnya. Banyak orang yang menghadiahkan hewan ternak
kepada Nabi Ayyub dan kemudian diternak oleh Nabi Ayyub. Jadilah kemudian
peternakan yang paling besar di negeri itu. Semua nelayan yang sudah berhenti,
kemudian kembali lagi bekerja kepada Nabi Ayyub. Banyak orang menghibahkan
tanah perkebunan juga, dan jadilah perkebunan itu perkebunan yang besar, bahkan
dua kali lipat dari semula.
- Kalau
Alah mendengarkan doa yang indah dari hambaNya, maka Allah sengaja
menterlambatkan jawabanya, agar ia tetap dalam doanya.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar