I was so happy and grateful this morning. Why?
Because it’s an 72 Indonesian independence day? Not really. Because someone
has proposed me? Of course not.
Tapi, sesuatu yang membuat saya bahagia pagi ini adalah saya ditunjukkan
akan kebesaran Allah. Apakah itu?
Ya, doa saya terjawab tidak lebih dari satu jam.
Pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-72 kali ini, saya
ditunjuk perusahaan untuk mewakili departemen mengikuti upacara bendera. Entah
kenapa, saya begitu bersemangat mengikutinya. Mungkin karena lama tidak
mengikuti upacara.
Seperti biasanya kalau di dunia kerja yang disitu sudah berkumpul dengan
departemen lain, saya menjadi sosok yang pendiam dan tidak banyak bercanda.
Maka, saya memutuskan untuk berdiri di barisan paling depan. Karena mereka yang
punya gerombolan biasanya memilih untuk berdiri di belakang.
Saya menikmati sekali upacara pagi itu. Cuaca yang tidak begitu panas.
Angin semilir. Di depan saya adalah tiang bendera. Di belakang tiang bendera
ada beberapa tamu undangan yang duduk di kursi. Tamu undangan terdiri dari
jajaran petinggi perusahaan.
Ya, selama upacara berlangsung, yang saya perhatikan adalah para tamu
undangan tersebut. Saya kagum sama mereka. Mereka adalah orang-orang yang daya
juangnya tinggi. Hingga sampai saat ini, mereka, dalam versi saya, adalah
tergolong orang-orang yang sukses. Sukses karena kekuatan financial mereka.
Sukses karena kontribusi ilmu mereka. Sukses karena pesan-pesan baiknya yang disampaikan
kepada khalayak ramai melalui ceramah-ceramahnya. Dan sukses karena sikap
rendah hatinya.
“Oh Allah, I want to close to them”, said my heart unconciously.
Upacara pun selesai. Acara berikutnya adalah ramah-tamah alias makan-makan.
Ada banyak tempat duduk disana. Namun, semuanya sudah hampir penuh. Yang
tertinggal hanya satu meja yang salah satu kursinya sudah diisi oleh salah satu
petinggi perusahaan. Saya ragu untuk duduk disana. Namun kemudian, salah satu kawan memanggil
saya dan mengajak saya duduk disana.
“Am I dreaming?”, ucap batin saya.
Saya satu meja dengan salah satu orang yang saya kagumi. Kesempatan itu
saya gunakan sebaik-baiknya. Saya mulai menata hati agar bisa bercakap-cakap
dengan baik. Saya pun akhirnya mulai membuka pembicaraan yang goalnya adalah
menggali pelajaran yang banyak dari seseorang yang saya pandang hebat. Saya
memperhatikan dengan seksama setiap kata yang beliau sampaikan. Saya berusaha
untuk tidak melewatkan satu kalimatpun yang beliau ucapkan.
Kelas inspirasi dadakan. Begitulah yang diucapkan oleh teman saya ketika bapak hebat pamit untuk ke acara berikutnya.
Alhamdulilah. I got a new spirit.
Alhamdulilah. Allah do listens my praying.
Alhamdulilah. All credit to Allah.
Solo, 17 Agustus 2017
Be First to Post Comment !
Posting Komentar