“..Berdoalah kepadaKu. Niscaya Aku selalu
melihatmu dan mendengarkan pintaMu”.
Kalimat tersebut merupakan angin segar
untuk seseorang yang buntu akan jalan keluar, ataupun untuk seseorang yang
berharap akan suatu keajabain.
Dan, salah satu dari seseorang tersebut
adalah saya, Tami. Hehe.
Saya sering meminta kepadaNya untuk
dipertemukan dengan orang orang dengan spesifikasi tertentu. (Hag hag, emang
handphone). Serius. Ini benar benar sering saya lakukan. Salah satunya adalah
dia, Metias Kurnia Dita.
Meskipun saya menjadi seorang Muslim
sejak dari mbrojol dari rahim Ibuk saya, namun menjadi seorang Muslim yang
sesungguhnya saya baru sadari semenjak saya memasuki level kehidupan di
universitas. Saat itu saya menyadari bahwa saya itu adalah hamba, punya
pencipta yang idealnya harus ditaati di atas segala galanya. Saya itu adalah
seorang muslim, yang dengan konsekuensi wajib menjalankan segala apa yang
diperintahkan kepada seorang muslim.
Dan, ketika menyadari hal itu, saya
sendirian. Maksudnya adalah saya tidak ada keluarga yang membimbing saya kepada
kepemahanan agama yang lebih baik. Saya pun waktu itu tidak punya teman yang
mendukung saya, menjaga hijrahnya pola pikir saya, atau bahkan teman untuk
berbagi berdiskusi masalah ajaran ajaran agama.
Dan, menurut saya, lingkungan yang
kondudif itu sangat diperlukan dalam menjaga kestabilan dari proses hijrah
saya. “Saya harus mencari teman”, fikir saya.
“Tapi gimana ya?”, berputarlah otak saya.
Setelah melakukan sedikit research, menerawang harus menghubungi siapa, dan
tida menemukan hasil, akhirnya saya ingat, kenapa saya tidak berdoa, meminta
kepada Yang Maha BerKuasa.
And, finally but not final, I prayed. “Ya
Rabb,,dekatkanlah hamba kepada orang orang yang berusaha untuk menjadi hambaMu
yang baik”.
Ah, that’s really true that God doesnt
sleep. He always hears you.
Just only two weeks after my praying, I
met Metias Kurnia Dita. She is my old friend when I was in junior high school.
Dia adalah orang yang baik dalam hal agama, mempunyai banyak ilmunya, dan juga
berani untuk menjadikanya sebagai jalan hidup dalam keseharian.
Shortly, kami tinggal satu kontrakan,
bersama Mariana Suci Swastika, dan kelima orang lainya yang juga sama sama
mempunyai cita cita yang sama, berusaha menjadi perempuan yang lebih baik
dihadapanNya.
Mereka berdua, ada dalam hati saya,
bahkan sebelum kita bertemu dan dekat dengan mereka. Mereka ada dalam doa saya,
bahkan sebelum kita saing menegur sapa.
Dan, mereka adalah orang pertama yang
dikirim Tuhan untuk membimbing saya menjadi pribadi yang lebih baik. Sampai
sekarang, kami masih selalu berproses untuk itu.
Mereka adalah guru saya, murabbiyah saya,
sampai kapanpun.
Pic.1
Photo di Kedai Jamur. Mari keterima di DD. Dita mau berangkat IM. Saya baru selesai ujian skripsi. Dan kami mengungkapkan janji bersama.
Pic. 2
Photo di Mie Ayam Idola Klaten.
Pic.3
Photo kamus kamus kami di kamar di kontrakan El Zahra.
Pic. 4
Saya dan Mari Makan Nasi lemak di KL
Be First to Post Comment !
Posting Komentar