Memasak adalah kegiatan yang
kusukai selama berlibur dirumah. Bagiku, memasak adalah hal yang pas untuk kita
memanjakan diri kita. Dengan memasak, stress kita kadang bisa tergerus perlahan
lahan. Dengan memasak, kita bisa memberikan kesempatan kepada orang lain
(red:tetangga) untuk merasakan masakan yang belum pernah mereka coba
sebelumnya. Dengan memasak, kita bisa melatih salah satu ketrampilan hidup. Dan,
dengan memasak, kita sejatinya belajar untuk menjadi
seorang partner terbaik untuk teman hidup kita. Aseeek.
Pada suatu waktu liburan dirumah,
aku mendapat giliran berpuasa. Namun, aku sedang malas untuk menghabiskanya
dengan membaca Al Quran, membaca buku, atau menulis. Maka aku putuskan untuk
memasak resep baru saja, yakni membuat keripik kacang. Biasanya, kalau sedang
berpuasa, maka aku menyuruh orang dirumah untuk merasakan takaran bumbu yang
kubuat, jadi kalau kurang, bisa langsung ditambahi.
Namun,hari itu, tidak ada
orang dirumahku. Terpaksanya, aku mengira-ngira takaran bumbu yang akan
kumasukkan ke dalam adonan. Yup, aku hanya mengira ngira. Untuk hasil rasanya,
tidak tau lah. Niatku hanya memasak, tidak untuk menghasilkan masakan yang
lezat. Jelek jeleknya, paling kurang asin, atau malah terlalu banyak garam.
Ditengah perjalanan memasak, ada
salah seorang tetanggaku datang, dan ia menghampiriku. Kumanfaatkanlah
kehadiranya untuk merasakan sedikit hasil karya yang sudah jadi. Jadi, jikalau
ada yang salah dengan takaran bumbunya, masih bisa untuk di perbaiki.
“Wah, koq yo isoh masak kowe mbak..uyahe karo tumbare pas!”, ungkap
tetanggaku.
Wah, serius? Aku merasa aku
bahagia mendengar pengakuan dari tetanggaku tersebut. Aku hanya sekedar mengira-ngira ukuran bumbunya, dan ternyata pas.
You know what, aku tertiba teringat dengan Riri Reza, salah satu
sutradara kondang di negeri ini. Pada sebuah acara, Riri Reza mengungkapkan
bahwa ketika jalan jalan ke sebuah tempat makan, dia melihat orang di seberang
mejanya, dan kemudian merasa dan berfikir bahwa orang tersebut akan menjadi
pemeran yang cocok untuk sebuah film yang sedang digarapnya waktu itu. Dan
benar juga, filmnya yang berjudul laskar
pelangi akhirnya membludak di pasaran.
Ibu Retno Lestari Marsudi,
Menteri Luar Negeri RI di masa pemerintahannya Jokowi, yang juga sudah sangat
ahli dalam hal diplomasi, pernah mengungkapkan sebuah pernyataan di sebuah
acara yang dipandu oleh Marisa Anita, Satu Indonesia. Beliau mengatakan bahwa
sesama diplomat yang sudah senior, maka dia akan bisa mengetahui apakah
perkataan lawan diplomasinya itu bernada marah, atau tidak. Dan itu hanya bisa
diketuahui oleh mereka yang benar benar sudah paham dalam komunikasi antar para
diplomat.
Riri Reza,
Ibu Retno, dan takaran bumbuku, memberiku sebuah pemikiran tentang yang namanya
intuisi.
in • tu • ition means the ability to know something by using
your feelings rather than considering the facts. Jadi intuisi adalah sebuah kemampuan untuk merasakan sesuatu
berdasarkan perasaan kita. Dan ini hanya bisa diperoleh melalui latihan terus
menerus. Semakin lama kita bergelut pada suatu bidang keahlian tertentu, maka
kepekaan kita terhadapnya akan terasah menjadi tajam. Intuisi ini menjadi hal yang penting karena kita akan mengurangi tingkat kesalahan keputusan yang kuta buat, menempatkan sikap, dan tentunya akan memberikan hasil kerja yang jauh lebih baik.
Selamat berlatih untuk
mengasah kepekaan pada keahlian masing masing!
P.S. Aku ingin ahli dalam
bidang mendeteksi potensi anak didik. Jadi kuncinya, aku harus banyak
berinteraksi dengan banyak anak didik. Bismillah.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar