Kadang-kadang pertanyaan seperti itu datang dalam otakku yang jarang digunakan. Awalnya aku mengarahkan mataku ke beberapa tokoh Ibu teladan yang banyak nangkring di media sosial. Namun belakang, aku menemukan sosok Ibu Teladan yang kelak akan kucontoh kebaikanya. Mereka adalah orang tuaku.
Pada
masa kecil dan remaja, aku dikenal sebagai anak yang nakal dan manja. Aku ga
tau kenapa aku dilabeli dengan label yang sangat menganggu tersebut. Apakah
mereka yang mengatakan aku seperti itu sudah tau definisi “manja”? Apakah
mereka sudah mengecek sendiri dalam kamus KBBI apa makna “nakal” dan dalam
situasi seperti apa kata itu diucapkan? Waktu itu, untungnya aku tidak
dipusingkan dengan banyak perkataan orang, aku cuek aja melenggang berjalan
semauku. Sepertinya ibuku juga bersikap demikian. Aku sangat ingat sekali suatu
ketika ada seorang tamu yang datang kerumah. Beliau mengobrol dengan Ibuk
diruang tengah yang letakkan dekat dengan kamarku. Jadi, jika ada yang ngobrol
di ruang tengah, pastilah kedengaran dari kamarku. Waktu itu, aku sedang di
kamar dan mendengar tamu tersebut membicarakan tentang diriku, “Oalah Mbak Kot,
koq Tami itu wong e nakal banget kie piye”. Tamu tersebut, entah punya hubungan
apa dengan keluargaku, mengeluhkan akan perilakuku yang dianggapnya nakal. Aku
diam aja di kamar, dan hanya nyengir. “Pastilah mereka ngomongin kejelakanku”.
Tapi kemudian jawaban Ibuk waktu itu benar-benar membuatku meleleh saat-saat
ini. Ibuk merespon tamu tadi dengan perkataan “Mbok ben, uwong kie ora arep
seteruse ngono kuwi”. Ibu mengatakan bahwa setiap orang itu pada akhirnya nanti
akan berubah.
Kejadian
itu yang kupegang hingga saat ini. Ibu tidak pernah komentar dengan sikapku
didepanku. Ibu selalu yakin bahwa suatu saat nanti aku pasti akan menjadi orang
baik. Dia begitu penyabar merawatku, dan menunggu untuk berubah menjadi
puterinya yang lebih baik. Ibuku tidak pandai dalam menasihati lewat kata-kata,
bahkan jarang sekali melakukanya. Namun, tidak usah banyak berkata-kata,
sikapnya adalah nasehat yang terbaik untukku.
Ibuku
adalah ibu terbaik yang selalu ingin memenuhi kebutuhan anaknya, bahkan hingga
saat ini aku sudah hampir kepala tiga. Tiap malam, saat aku belum mandi, maka
ibuk tanpa aku meminta, dengan senangnya akan merebus air hangat untukku mandi.
Sungguh, aku tidak meminta. Beliau agaknya sangat khwatir jikalau aku nanti
masuk angin karena mandi malam-malam. Ketika saat ini aku pun berhati-hati
dalam soal makanan, Ibu pun juga akan berhati-hati dalam memasak dan memilih
makanan untukku. Padahal, sudah kukatakan padanya bahwa tidak usah menyiapkan
makanan untukku, tidak apa-apa, nanti pasti aku akan mengurus sendiri. Namun,
Ibukpun melihat, aku terlalu sibuk, hingga kalau tidak sempat masak, solusinya
ya tidak makan. Dan Ibukku tidak mau melihat aku tidak makan.
Ibu, yang sehari-hari mempunyai pekerjaan
sebagai seorang pedagang, adalah seorang yang mengajariku tentang kedermawanan.
Jika memasak sehari-hari, pasti porsi yang dibuat ibu sangatlah banyak, padahal
jumlah anggota keluarga kami yang dirumah kami adalah hanya 5 orang. Penasaran,
maka aku pun bertanya kepada Ibu untuk apakah makanan sebanyak itu. Ternyata,
kalau masak, Ibu membagi masakan itu untuk tiga keluarga, satu untuk
keluargaku, dan yang lainya adalah untuk dua keluarga tetanggaku yang dipandang
Ibuk kurang mampu. Membuat cemilan pun juga demikian, tidak hanya anggota
keluarga yang difikirkan, namun juga keluarga yang lain.
Ibu
pun mengajariku untuk kuat. Ibu selalu berusaha untuk terlihat sehat dihadapan
anggota keluarganya. Pernah suatu saat ketika gigi ibuku sakit, beliau kerumah
sakit sendiri untuk mencabut giginya. Sampai rumah pun, kulihat Ibu masih sibuk
ngurusin giginya. Ibu sampai ga bisa ngomong. Dan, beliau memutuskan untuk
segera tidur. Keesokan harinya, Ibu mengatakan padaku bahwa pas dia tidur cepat
kemarin adalah agar dia segera sembuh, dan ga kepengen orang lain melihat dia
kesakitan. Ah, Ibuk, kau sungguh luar biasa di mataku.
Aku
ingin melihatnya lebih lama lagi. Semoga Ibuk dan Bapak diberikan umur yang
panjang. Aku ingin mereka berhaji dulu. Aku ingin mereka menjadi orang tua yang
bahagia. Aku ingin mereka melihat anak-anaknya sukses dulu. Aku ingin mereka
menyaksikanku melahirkan dan mendidik cucu-cucunya.
Ya
Rabb, hanya kepadaMu lah aku menggantungkan harapanku. Amiin.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar