Marahkah Aku Sama Allah?


Source: Pexels
Saya mengegas motor sampai pol hingga tangan sudah mentok. Tidak peduli otot punggung yang seolah ikut ketarik sakit. Jalanan Jogja-Solo lenggang alhamdulilah. Saya mengejar waktu. Kajian kitab rutin dimulai pukul 09.45, dan saya baru dari rumah jam 09.15. Perjalanan Klaten-Solo membutuhkan waktu satu jam.
Sebenernya tidak berangkatpun tak masalah. Tidak ada sekors. Tidak ada nilai. Tidak rugi bayar SPP. Toh nanti bisa lihat catatan teman. Toh juga kajian selesai jam 11.00. Palingan saya hanya akan dapat setengah jam materi saja. 

Namun, hari itu saya harus berangkat. Bukan mendapatkan materi niatnya, tapi saya mau menghapus dosa. Tidak peduli punggung yang sakit, tidak peduli perut yang melilit. Saya ingin berangkat kajian karena saya pernah marah sama Allah.

Dua pekan sebelumnya, something happen. Ada kejadian yang menimpa sehingga seketika membuat saya berpikiran seperti ini "Ya Allah, ini serius? Saya kan sudah begini dan begitu, masa seperti ini?". Plak. Astaghfirullah. Berharap kalimat itu tidak pernah terucap lagi.

Karena saya syok dengan apa yang diberikan Allah, dan istilahnya "kurang nrimo", maka saya jadi malas beribadah. Baca Al Quran ogah-ogahan. Tahajud hanya dua rakaat. Solat cepat-cepat. Sedekah sekedarnya. Kajian tak ada yang didatangi. Mati. Hati saya mati. Sakit. Hati saya berpenyakit. 

Hmmm, semacam bangunan yang sudah ditata rapi dengan segenap upaya dan tenaga serta air mata, kemudian karena ada angin besar, maka susunan tadi jadi acak-acakan tak beraturan. Lalu saya marah dan tidak terima.

Bodoh benar kan saya? Ya saya sangat mengakuinya keadaan waktu itu. 

Tidak seharusnya saya seperti itu. Saya hanyalah seorang hamba. Tak berhak marah atas segala ketetapanNya. Seharusnya yang dilakukan adalah menerima dengan syukur dan lapang dada. Allah menetapkan sesuatu pasti ada banyak hikmah dibaliknya. 

Maka, setelah kesadaran pulih, saya bekerja keras untuk bertaubat. Tidak peduli lelah dan letih. Saya terus melaju mendatangi berbagai kajian ilmu agar Allah ridho kepada saya. Saya menekan ego untuk terus berlaku sopan kepada orang tua. Tidak berkata sepatah kata pun ketika orang tua menyuruh atau menasihati. Saya dengar dan saya taat.

Saya sungguh takut akan murkaNya. Sunggu takut. 


"Duhai Allah, jika ada di antara kami disini datang dengan membawa lumuran dosa, maka kami mohon ya Rabb, jangan keluarkan kami dari tempat ini kecuali Engkau telah ampuni dosa-dosannya. Jika ada di antara kami ada yang membawa kegelisahan, jangan Engkau keluarkan dari tempat ini kecuali Engkau telah tenangkan hatinya. Jika ada yang datang ke tempat ini membawa kesulitan dalam hidupnya, mohon jangan Engkau keluarkan dari tempat ini kecuali Engkau telah ringankan beban kesulitannya. Ya Rabb, jika ada diantara kami atau keluarga kami yang sedang ditimpa penyakit, mohon sembuhkan dan angkat penyakitnya. Ya Allah, berikanlah kami petunjuk, yang dengan petunjuk itu kami istiqomah dalam beribadah kepadaMu, satukan kami dalam cinta dan kebaikan, jauhkan kami dari sifat yang tidak Engkau sukai. Ya Allah bimbing kami untuk semakin dekat kepadaMu, juga keluarga kami, kerabat kami. Mohon satukan kami di dunia, dan akrabkan kami ketika di akhirat. Ya Allah kami merindukan pertemuan dengan Rasulullah SAW, kami mohon ya Allah satukan kami di akhirat, dengan para syuhada, orang-orang sholih"


Klaten, 21 April 2019
Be First to Post Comment !
Posting Komentar