Hari-hari belakangan ini, daerahku sedang menengangkan. Pemerintah Daerah
Kota Surakarta menetapkan KLB Corona. Sekolah dan universitas diliburkan selama
14 hari. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak interaksi public dikurangi (Social Distancing) dan bahkan ditiadakan. Semua media dan status WA
berisi tentang Corona.
Aku sendiri juga sedikit cemas. Ada kekhawatiran juga kalau-kalau nanti terkena.
Namun, aku tetap harus bisa mengendalikan diri. Seperti yang banyak dibilang
orang, jangan panik, tapi tetap waspada.
Meskipun sudah ada berita tentang “Lockdown” dan ada himbauan untuk tidak
banyak keluar rumah, saya tetap keluar rumah hari ini.
Sudah jauh-jauh hari aku dan teman-teman kajian pekananku merencanakan
untuk poto bersama. Kami punya seragam baru dan belum pernah kami kenakan
bersama-sama. Selain itu, kami akan pisah. Kami akan dipasangkan dengan
orang-orang baru. Jadi, hari ini, 14 Maret 2020 adalah hari perpisahan kami.
Aku bersemangat untuk mengkonsep acara. Aku ingin membuat kenangan yang
berkesan. Jauh-jauh hari aku berdoa supaya hari ini aku dan teman-temanku bahagia
serta kondisi alam mendukung. Tidak hujan lah minimal.
Alhamdulilah. Waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Syukur yang pertama adalah
hari ini cerah. Tidak hujan. Tidak begitu panas. Tempatnya tidak begitu ramai,
dan rumput hijau tumbuh indah. Syukur yang kedua adalah teman-teman semua
bersemangat dan banyak yang berangkat.
Doa terbaik untuk mereka. Mudah-mudahan mereka bahagia dan puas dengan
acara hari ini.
Sebenarnya, ada yang ingin aku sampaikan. Meskipun aku terlihat bahagia dan
tertawa riang, namun aku sedang sedih. Aku bakal berpisah dengan mentorku.
Ternyata, kelompokku ke depan sudah tidak bersama beliau lagi. Padahal
sebelumnya, aku berspekulasi bahwa akulah yang akan masih lanjut sama beliau. Tapi
ternyata bukan aku.
Jujur, aku bangga bersama beliau. Aku bangga menjadi bagian dari hidupnya.
Aku masih ingin bersamanya lebih lama lagi. Aku merasa banyak harapan ketika
bertemu beliau.
“Ya Allah, aku mencintai beliau. Tolong berikan cintaMu padannya.” Tidak
sampai hati aku untuk mengatakan langsung kepada mentorku. Maka, aku hanya
melirihkan suaraku dan menyampaikannya pada Yang Maha Mendengar.
Namun apa dikata, aku bukan anak kecil lagi yang harus memaksanakan
kemauanku. Disini, aku harus mempunyai kerelaan hati untuk mau ditata.
Aku hanya berharap ke depan aku selalu dipertemukan dengan orang yang
tepat. Sebab, bersama dengan orang yang tepat, kita akan mampu melihat dunia
dengan sudut pandang yang lebih positif dan lebih bewarna-warni. Kita lebih
optimis untuk menghadapi dan bertumbuh dalam dunia ini.
Klaten, 14 Maret 2020
Be First to Post Comment !
Posting Komentar