Ceritaku Tentang Uang (30HBC2108)

 


Pagi sebelum bekerja, aku sengaja untuk menyapu dan merapikan rumah. Entah kenapa sedang ingin merasakan rumah rapi setelah pulang kerja. Hal itu bukan kebiasaanku sih. Makanya agak spesial begitu. Tidak ada momentum apa-apa. Hanya saja moodku sedang baik. 


Seharusnya sih, jika semua berjalan normal-normal saja, keadaan rumah akan sama saja setelah aku balik kerja. Secara tidak banyak orang yang berseliweran di tempat aku biasanya beraktivitas. Tidak begitu halu begitu jika aku membayangkan suasana rumah rapi dan bersih sepulang kerja. 


Aaaaaaah, ternyata aku salah. Sampai rumah, aku kaget bukan kepayang melihat mobil alarmnya nyala. Pasti ada yang pakek. Lalu, aku mendekati mobil itu. Dan kondisinya adalah basah kuyup itu mobil. Artinya apa? Artinya adalah itu mobil kehujanan. Lalu, aku lihat kursi di teras berantakan tidak karuan. Di sebagian teras ada tumpukan tinggi, dan itu adalah hasil panen jagung yang untuk sementara memang diletakkan disitu. 

 

Urat syaraf punggungku langsung mengencang. My face feels hot. I feel like saying mean words. I feel like hitting or hurting someone. I feel like volcano erupting. Yeah, I got mad! Wajahku udah ga enak dipandang. Aku diam aja. Berusaha mengerem lidah agar tidak ada satu patah katapun keluar disaat-saat emosiku sedang marah. 


Tidak bisa hanya diam aja. Aku mulai merapikan kursi dan meja. Menyapu lantai. Suara gesekan kursi dan meja pun tak terelakkan. Rasanya aku ingin banting itu semua benda. Tahaaan...tahaaaan. Aku berjuang menahan diri. Setelah selesai, aku beranjak untuk mencuci mobil. Kepalaku udah senut-senut. Emosiku seakan mau meledak. Tahaaaaaaan....tahaaaaaaaan. Disaat sulit seperti itu, pusing, dada sempit, otot pundak menegang, pikiran ruwet plus kalut, aku memaksa diri untuk meminta pertolongan sama Allah dengan tingkat keyakinan yang limit. "Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'mal nashir". Bodoh amat lah, yang penting doa dulu aja. Aku sih berharapnya pertolongan itu instan, karena aku udah tidak tahan. 


Kuucapkan itu berkali-kali sambil menarik napas panjang. Pada ucapan yang keempat, aku merasakan urat syaraf pundakku mengendor. Otakku ringan. Seolah ada bola salju yang mendinginkan aliran darah yang memanas. Buuuutttt, eiiiit.....wait! Bola salju itu ternyata membawa sesuaitu semacam ide cemerlang dan melegakan rasanya. 


Kurang lebih, hal yang melegakan itu berbunyi seperti ini, "Tidak apa-apa aku harus merapikan teras dan mencuci mobil malam-malam dan capek-capek begini. Habis ini aku akan menuntut ganti rugi sebesar 100k untuk siapa saja yang membuat kekacauan ini." 😎😎😎



P.S.

Misi berhasil. I got the money and anger gone! 😝

Be First to Post Comment !
Posting Komentar