Gpp Jatuh, Gpp Salah (30HBC2125)

 


24 jam ini, keadaanku sedang ga baik-baik aja. Rasanya fragile. Sensitif akut. Perasaan tidak ada di dunia ini yang mendukungku. Perasaan semua pekerjaanku sia-sia tak berguna dan tak berharga. Yang paling menakutkan adalah keyakinanku pun seperti melemah.


Gimana ceritanya emang?

Jadi kan kemarin aku tu bersemangat banget ngurus Rumah Baca Matahariku. Banyak ide yang bermunculan untuk mengembangkannya. Hal tersebut lantaran anak-anak yang datang kelihatanya bersemangat mengikuti kegiatanya. Tapi tiba-tiba, pas lagi asyik mendesaign poster RBM, ada WA dari salah satu anggota. Sebut saja namanya Luna. Dia adalah salah satu anak kebanggaanku. Cerdas bukan main anaknya. Isi WA itu adalah tentang pamitan. Dia mengatakan kalau dia ingin keluar dari RBM. Alasanya adalah setiap sore hujan. Namun dari beberapa sumber yang kudapat, alasanya adalah karena dia bosan.

Tubuhku tu rasanya langsung lemes gitu lho. Semangatku yang tadinya berkobar, tiba-tiba padam begitu saja. Otakku langsung keruh. 

Dalam keadaan masih syok, tetiba ada WA lagi. Bukan pamitan, tapi ijin tidak berangkat. 

Sedih banget. Perasaan sedihku menjadi-jadi. Aku langsung flashback dan berusaha untuk mengelist beberapa kesalahan yang selama ini mungkin membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Oh tidak. Tidak langsung flashback. Tapi aku sempat berfikir buruk.  Bagaimana kalau nanti begini dan begitu. Apakah bisa bertahan dan berjaya? Apakah ada rumor-rumor buruk tentang diriku dan pengelolaan RBM?


How did you cope that situation then?

Well, ga gampang awalnya. Aku masih belum bisa menguasai diri. Hatiku rasanya masih sesak dan tidak mau untuk berbuat apa-apa. Lalu, aku meniru Chrysanthenum untuk mengembalikan mood postifnya. Ia bercerita kepada ibunya. Dan aku bercerita kepada ibuku. Kata Ibuku, "Yow wis lah. Wong dia kesini juga ga kamu ajak. Biarkan pergi."  Aha, benar juga. Aku harus mengembalikan kesadaran itu.


What Kesadaran?

Tentang bukan masalah banyaknya atau gebyarnya. Tentang bukan banyaknya atau sukanya anak terhadapmu, tapi tentang berkah dan ridho dariNya. Tentang bukan sikap mereka terhadapku, tapi tentang bagaimana aku memberikan sebaik-baiknya materi dan kegiatan kepadanya. Bukan tentang bervariasinya pengunjung, namun tentang bagaimana keberadaan perpus ini memberikan manfaat mendalam kepada mereka. 


Rasanya lebih ringan dengan begitu. Tidak merasa beban. Yang harus aku fikirkan adalah terus melangkah, with atau without big support. Terima kalau aku salah. Terima kalau aku sedang jatuh. It's ok. Kamu bisa belajar lagi, dan kamu harus segera bangkit lagi.


Be First to Post Comment !
Posting Komentar