Laptopku baru aja jadi. Dua hari sebelum libur tahun baru 2021, aku menservicenya di ELS Solo. Keluhannya adalah kipasnya berbunyi setelah lama pemakaian. Kufikir aku akan menunggunya lama, dua pekan begitu. Tapi belum ada seminggu sudah jadi. Alhamdulilah.
Perasaanku biasa saja menjalani libur tahun baru. Tidak ada acara khusus untuk menyambutnya. Tidak ada wish list, tidak ada resolusi, dan tidak ada target-targetan. Aku menjalani harinya biasa saja. Cuma memang karena itu libur panjang dan aku sudah lama tidak merasakan liburan yang sesungguhnya, I mean go somewhere for several days gitu, maka aku ambil liburan itu untuk pergi ke rumah mbakku di Jogja. Aku memang menyusun beberapa acara. Memasak untuk sedekah jumat, bersepeda di pegunungan, bertemu beberapa teman, kuliner bakmi godok, dan juga senam. Bahkan di malam tahun baru, aku lupa kalau itu tahun baru. Qadarullah hari itu hari Kamis, malam Jumat. Semalaman suntuk, aku dan mbakku memasak beberapa jenis kue tradisional untuk disedekahkan di hari Jumat di masjid setempat.
Waktu itu, ada yang ngechat menanyakan resolusiku di tahun 2021. Hari itu sungguh aku tidak punya keinginan apapun. Hati dan fikiranku macam tak ada daya, hanya mengalir mengikuti arus saja. Seketika aku paham dengan apa yang dulu aku tanyakan akan kata-kata Andrea Hirata di novelnya Sang Pemimpi, "Orang yang tak punya mimpi itu macam orang mati." Waktu itu aku masih lumayan muda, jadi ga tau rasanya ga punya mimpi itu kayak apa. Sekarang aku tau, sekarang aku merasakan. Ternyata kaya zombie beneran. Bersyukur sebelumnya aku membaca kata-kata dari Ika Natasha tentang rosolusinya di tahun 2021. Resolusinya di tahun 2021 adalah "to live". When I read that, I didn't get the meaning. Lalu, aku pun menggunakan kata "to live" untuk membalas chat temanku tadi. Cepat dan singkat aku balas wa nya "to live". Aaaaaand, setelah kata itu sent, aku rasanya paham maksudnya. Bahwa "to live" artinya adalah hidup, semangat, dan mengaliri setiap detik kehidupan dengan energi-energi yang penuh harapan.
Yeah, aku tau apa yang terjadi di dalam diriku. Semangat hidup itu pudar. Semangat hidupku redup. Dan aku membiarkannya pudar dan redup. Benar apa yang dikatakan oleh Mbak Dewi Nur Aisyah, bahwa semangat itu perlu dirawat. Seperti keyakinan yang harus dipelajari dan dicari, maka semangatpun perlu dijaga agar tidak pudar, redup, dan mati.
Lalu, aku mau apa di tahun 2021? Belum juga aku menemukan apa yang aku inginkan. Lalu, ada dua orang teman yang sepertinya dikirimkan untuk memberikanku semangat. Yang pertama menelpon dan bercerita tentang mutasi pekerjaannya. Dia juga bercerita tentang impiannya tahun ini untuk bekeliling Indonesia dan nginep di hotel GRATIS. Uhuy! Yang kedua temenku wa dan minta untuk edit buku journal plannernya. Wiiih...lama aku tidak membuat jurnal begitu.
Semesta pun dikonspirasikan untuk membantuku. Aku merasa bersemangat kembali. Aku mulai menyalakan harapan dalam hatiku. Aku mengampil sticky note dan menuliskan harapan-harapanku di bulan ini dan tahun ini. Kutulis dengan rapi dan kutempelkan di kaca di depan aku menulis jurnal ini.
Dan setiap pagi aku berdoa, semoga harapan ini terus menyala.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar