Teman Refleksi

 

Source: Pinterest

Rasanya enak ya kalau punya teman refleksi. Setiap kejadian yang kita alami bisa kita ceritakan padanya. Lalu setelah itu, ceritanya kita elaborasi dan di akhir kita sama-sama menarik pelajaran dari kejadian yang kita alami itu. Menjadi sebuah hikmah baru yang memperkaya batin, dan mungkin aja bisa merubah perilaku kita menjadi lebih baik. 


Ah teman refleksi. Sungguh aku membutuhkanmu.

Insight dari Mengikuti KULWAP bersama KALCare dan Let's Read ASIA (30HBC2129)

 

Source: Pinterest

Kamis, 28 Januari 2021, aku mengikuti kulwap dengan tema manfaat bercerita dalam perkembangan anak dan nutrisi anak. 


Ada 126 peserta disana dan semua terlihat antusias. Bisa dilihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang masuk. Sehari sebelumnya, panitia memberikan rundwonn acara dan memberikan materi yang akan disampaikan pada hari H-nya. Termasuk juga memberikan format pertanyaan untuk peserta jika ada pertanyaan yang masuk. Aku membaca semua materinya dan mengajukan satu pertanyaan terkait dengan bercerita. Namun, pertanyaanku tidak dibacakan. Why? Karena aku lupa kalau ada format untuk mengajukan pertanyaan. 


Dari beberapa kuliah online, seminar online, ataupun kulwap begini, entah kenapa hal yang aku tangkap pasti bukan dari pemaparan materi, melainkan pas sesi tanya jawab. Kayak kemarin itu juga. Aku mendapatkan jawaban dari keresahan yang beberapa hari ini aku rasakan. Tentang apakah aku harus mundur untuk membacakan cerita kepada anak-anak. TIDAK ternyata. Aku tidak perlu mundur. Aku hanya perlu mencoba lagi dengan cara yang berbeda. Aku hanya butuh konsistenti dan semangat juang yang tinggi. Tidak apa-apa katanya. Suatu saat nanti anak pasti akan mengerti. 


Lebih jauh dari itu, aku menyelediki apa itu sebenernya KALCare ini. Oh, ternyata penyelenggaranya adalah dari Kalbe Farma, sebuah perusahaan international yang memproduksi suplemen, nutrisi, dan obat-obatan. Milna salah satunya yang selama ini tak asing bagiku. 


Aku mikir begini. Sekaliber Kalbe begitu, mereka terus melakukan pemasaran. Mereka terus ingin tumbuh dan tidak berhenti pada kesuksesan yang sudah mereka raih saat ini. Luar biasa. Itulah yang mungkin dinamakan dengan growth mindset.

Gpp Jatuh, Gpp Salah (30HBC2125)

 


24 jam ini, keadaanku sedang ga baik-baik aja. Rasanya fragile. Sensitif akut. Perasaan tidak ada di dunia ini yang mendukungku. Perasaan semua pekerjaanku sia-sia tak berguna dan tak berharga. Yang paling menakutkan adalah keyakinanku pun seperti melemah.


Gimana ceritanya emang?

Jadi kan kemarin aku tu bersemangat banget ngurus Rumah Baca Matahariku. Banyak ide yang bermunculan untuk mengembangkannya. Hal tersebut lantaran anak-anak yang datang kelihatanya bersemangat mengikuti kegiatanya. Tapi tiba-tiba, pas lagi asyik mendesaign poster RBM, ada WA dari salah satu anggota. Sebut saja namanya Luna. Dia adalah salah satu anak kebanggaanku. Cerdas bukan main anaknya. Isi WA itu adalah tentang pamitan. Dia mengatakan kalau dia ingin keluar dari RBM. Alasanya adalah setiap sore hujan. Namun dari beberapa sumber yang kudapat, alasanya adalah karena dia bosan.

Tubuhku tu rasanya langsung lemes gitu lho. Semangatku yang tadinya berkobar, tiba-tiba padam begitu saja. Otakku langsung keruh. 

Dalam keadaan masih syok, tetiba ada WA lagi. Bukan pamitan, tapi ijin tidak berangkat. 

Sedih banget. Perasaan sedihku menjadi-jadi. Aku langsung flashback dan berusaha untuk mengelist beberapa kesalahan yang selama ini mungkin membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Oh tidak. Tidak langsung flashback. Tapi aku sempat berfikir buruk.  Bagaimana kalau nanti begini dan begitu. Apakah bisa bertahan dan berjaya? Apakah ada rumor-rumor buruk tentang diriku dan pengelolaan RBM?


How did you cope that situation then?

Well, ga gampang awalnya. Aku masih belum bisa menguasai diri. Hatiku rasanya masih sesak dan tidak mau untuk berbuat apa-apa. Lalu, aku meniru Chrysanthenum untuk mengembalikan mood postifnya. Ia bercerita kepada ibunya. Dan aku bercerita kepada ibuku. Kata Ibuku, "Yow wis lah. Wong dia kesini juga ga kamu ajak. Biarkan pergi."  Aha, benar juga. Aku harus mengembalikan kesadaran itu.


What Kesadaran?

Tentang bukan masalah banyaknya atau gebyarnya. Tentang bukan banyaknya atau sukanya anak terhadapmu, tapi tentang berkah dan ridho dariNya. Tentang bukan sikap mereka terhadapku, tapi tentang bagaimana aku memberikan sebaik-baiknya materi dan kegiatan kepadanya. Bukan tentang bervariasinya pengunjung, namun tentang bagaimana keberadaan perpus ini memberikan manfaat mendalam kepada mereka. 


Rasanya lebih ringan dengan begitu. Tidak merasa beban. Yang harus aku fikirkan adalah terus melangkah, with atau without big support. Terima kalau aku salah. Terima kalau aku sedang jatuh. It's ok. Kamu bisa belajar lagi, dan kamu harus segera bangkit lagi.


Mendaftar PPPK Tahun Ini (30HBC2124)

Source: Pinterest

 

"Never tell your dream before you make it." 

(Hutomo Suryo Wasisto)

 

Dulu waktu kuliah, aku sering mempublish mimpi-mimpiku. Aku ceritakan tentang mimpi-mimpiku kepada orang-orang yang aku temui. Times flies. Namun sekarang aku cenderung untuk menyimpannya sendiri. Selain memang sudah tidak ada orang-orang dekat yang bisa dipercayai untuk mensupport mimpi,  lebih terpengaruh pada prinsip salah satu ilmuwan muda, Hutomo Suryo Wasisto, tentang prinsip hidupnya. Jangan pernah menceritakan mimpimu sebelum kamu berhasil meraihnya. Karena begini sih. Now itu, orang-orang yang dekat denganku secara fisik kebanyakan frekuensinya ga sama. Jadi bisa saja dan seringnya disalahmengertikan. 


Tapi kali ini, aku mau share disini. Aku hanya yakin bahwa mereka yang open my website adalah orang-orang yang menyukaiku dan menilaiku dengan positif. So, mimpi-mimpi yang aku punya pun pasti akan didoakan dengan doa yang baik-baik dari mereka. 😀


Apa mimpimu? 

So, tahun ini aku akan mendaftar PPPK geis. What's that? Singkatanya adalah Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Aku mau mendaftar formasi guru. Dari persyaratan yang dicantumkan sih aku masuk kriteria untuk mendaftar. Yaitu yang mempunyai sertifikat pendidik, yang belum mengajar. 


Why?

Jadi itu aku punya kepikiran begini. Aku harus berubah tahun ini, terutama dalam segi pergaulan. Ingin sekali aku memperbaiki akhlakku geis. Emang sih akhir-akhir ini aku konsen banget dalam merubah perilakuku menjadi lebih berakhlak begitu. Ya kan seluruh universe pasti sudah tau kan ya, inti dari beragama adalah akhlak yang baik. Selama ini aku menjadi seorang muslim, tapi akhlakku amat jauh dari gimana seharusnya muslim itu bersikap. Kata Buya Hamka begini, "Pendidikan adalah pendidikan sopan santun yang baik sekali". Beliau juga menceritakan tentang Nabi Isa yang pada suatu ketika ditanyai seseorang tentang siapa yang mendidiknya, "Siapakah yang mendidik Tuan?". Nabi Isa pun menjawab "Tidak ada guru yang mendidikku. Cuma aku lihat kebodohan orang yang bodoh menambah cacat dirinya, lalu aku jauhilah kejahilan itu."


Aku berfikir ketika aku ingin berubah, aku harus mencari lingkungan yang baru. Dengan aku menjadi guru, aku akan berinteraksi dengan lebih banyak orang. Aku lebih dinamis. Selain itu, aku bisa memperluas kebermanfaatan perpustakaan mandiriku untuk digunakan oleh lebih banyak anak-anak. Lingkungan yang baru itu pun semoga tidak mengenali sebelumnya sehingga tidak ada asumsi-asumsi apapun tentang diriku. Dengan begitu, aku bisa merubah wajah baruku dengan lebih mudah. 


Bagaimana kamu akan meraih mimpimu itu?

Belajar. Tidak ada cara lain selain belajar kan. Tiket utamanya adalah aku harus bisa mengerjakan semua tahapan ujiannya. Aku harus buat jadwal agar bisa rutin belajar. Sehari 90 menit dengan teknik deep-work. 


Last but Not Least?

Selalu minta pertolongan sama Allah karena kalau aku hanya mengandalkan diriku sendiri, pasti aku akan berhenti di tengah jalan saja. Sia-sia karena tekad yang mudah melemah.

Hari Ini Dua Tahun Lalu, 19 Januari (30HBC2119)


Hari ini, dua tahun lalu, untuk pertama kalinya aku melakukan perjalanan ke tanah suci.
Hari ini, dua tahun lalu, aku merasa tidak percaya dengan apa yang aku alami.
Hari ini, dua tahun lalu, aku merasa rahmatNya begitu dekat.
Hari ini, dua tahun lalu, aku rindu hari-hari itu.

Kebiasaan Habis Asar di Tempat Kerja (30HBC2118)


Aku habis telepon Ibuk. Aku meminta bantuan beliau untuk mengeluarkan geblek (makanan khas kulon progo) yang ada di freezer. Lalu Ibuk malah menawarkan untuk memasakkan aku sop untuk buka puasa. Aku bilang padanya tidak usah saja. Biar nanti aku memasak sendiri. Maghrib pukul 6. Biasa sampe rumah jam setengah 6. Sangat cukup untuk memasak.


Lalu aku duduk disini. Kebiasaanku setelah asar di tempat kerja. Tempatnya enak asal tak banyak orang. Aku duduk disini biasa untuk berzikir sore. 


Sebelumnya, aku merasa hatiku keras, angkuh, dan kotor. Sangat keras. Sangat angkuh. Sangat kotor. Rasanya tidak enak.


Maka dari itu, selain membaca arabnya, kali ini aku membaca artinya. Biar lebih ngena maknanya dan merasakan manfaatnya. 


You know what, aku pun tersenyum lega. Semua dinding keangkuhanku dan kerasnya hatiku rasanya runtuh. I feel better. 


Dan tiba-tiba aku merasa amat bersyukur tentang Ibukku. Aku amat bersyukur karena aku masih punya Ibuk yang selalu ada di sampingku.



Bekerjalah Seperti Kamu Sedang Menanam Tanaman (30HBC2116)

 



Foto di atas adalah buku yang aku edit di tempat kerjaku. Entah mengapa, aku merasa dihargai dan disupport dengan foto itu. Padahal mungkin aja yang foto itu asal pick up the book aja trus difoto, ga ada niatan buat ambil sampel yang paling bagus misalnya. 


Perasaan merasa dihargai itu membawaku mengingat tentang proses pengeditan itu buku. Bersyukur dapat tim yang ga banyak ngeluh dan pekerja keras. 



Dan satu lagi! Perasaan merasa dihargai itu juga membawaku pada suatu ide. Aku inget banget pas ngerjain itu buku, aku amat enjoy. No sambat-sambat club. Besok lagi, kalau pas kerja, aku mau kayak gitu lagi.


Aku mau kayak nanam taneman. Aku mau menyiraminya dengan energi positif, dan kata-kata yang baik. Tentunya, selalu dibisikin dengan surara-suara kesabaran yang banyak. Mereka yang disiram dengan good things, bakal result good things too. 

Korea Can Be a Korea: Catatan Endgame Bersama Iman Usman (30HBC2115)

 

"Korea bisa menjadi Korea karena orang yang ada didalamnya mengonsumsi dan menghargai karya yang mereka buat. Bukan berangkat dari orang luar yang mengonsumsi dan tertarik." (Iman Usman)

 

Kalimat di atas diucapkan oleh Iman Usman, Co Founder Ruangguru, saat dia diundang menjadi narasumber di acara Endgame podcastnya Pak Gita Wirjawan yang tayang setiap Wednesday pada pukul 5 PM. 


I felt so blessed bisa nonton itu episode. Emang sebelumnya udah follow akunya Iman di IG sih. Jadi pas tau dia jadi narsumbnya, langsung dah gercep. Ga berharap apa-apa sih pas nonton. Tanpa berharap pun, biasanya udah auto dapat insight buanyaaaaak banget. Secara kan yang diundang itu orang-orang keren gituuh. So pasti lah isinya ndagiiing banget. 


Oh ya, kenapa aku bersyukur. Jadi itu, beberapa hari ini aku sedang berfikir tentang seorang tokoh yang dia bisa menjadi tokoh sesukses itu dengan salah satunya dengan gemar membaca buku. Nah, pas dimenit agak akhir, ternyata Pak Gita dan Iman itu ngebahas tentang rendahnya minat belajar anak-anak di Indonesia, termasuk pula rendahnya minat baca di Indonesia. 


Kata Iman, membaca buku itu penting karena kita bisa memahami sesuatu in depth (karena kapasitasnya untuk bisa mengelaborasi, bisa membawa data, dan segala macam sehingga tidak direduksi. 


Terus gimana donk cara ningkatin minat membaca anak-anak? Kata Iman kayak gini nih. Pertama adalah akses. Perlu adanya akses yang gampang untuk mendapatkan buku-buku yang menarik dan berkualitas. Kedua, bagaimana membuat kegiatan atau aktivitas membaca itu jadi sesuatu yang sangat menyatu dalam proses belajar. Dan yang ketiga adalah  membuat membaca itu membaca yang utuh. Maksudnya adalah bahwa kalau membaca itu jangan setengah-setengah. Belum selesai udah bilang "I got it already". 


Terus ada satu lagi yang aku bold dari video tersebut, yaitu tentang growth mindset. Salah kaprah aku selama ini memahami tentang growth mindset. Aku pikir growth mindset itu adalah adanya keinginan dari kita untuk tumbuh menjadi lebih baik. Tapi bukaaaaan itu intinya sebenernya. Intinya adalah tentang grit (tangguh), persistant, hard work, dan komitmen. Contohnya adalah kita klaim diri kita ga suka matematika. Tapi ya udah gitu aja ga suka. Padahal having competence in math adalah salah satu kunci impian kita. Dia yang memiliki growth mindset akan melakukan berbagai cara dan tak kenal putus asa (for sure) untuk mengejar itu. 


Josssss banget lah tu podcast! Semangatku meletup-letup after seing that video. Alhamdulilah tsumma alhamdulilah.