Welcome My Open Mind





Pekan ini saya mengikuti Camping Qur’an untuk pertama kalinya yang diadakan oleh Masjid Nurul Huda UNS yang bekerja sama dengan beberapa lembaga Tahfidz Qur’an di Surakarta. Acara ini ternyata diadakan setiap dua bulan sekali dan diikuti oleh kalangan umum dari anak SD sampai dengan emak-emak. Kegiatan yang dilakukan adalah menghafal Al Qur’an, mengulang-ngulang hafalan Al Qur’an, dan juga memperbagus  bacaan Al Qur’an. Kegiatan biasanya berlangsung selama dua malam dua hari, dimulai dari Jumat malam sampai dengan Ahad pagi. Waktu yang sangat cocok untuk anak sekolah dan para pekerja yang masih jomblo ataupun yang sudah menggenap bukan?

Saya mendaftar sendiri, dan tidak berfikir untuk mengajak teman. Sebab saya sadar selama bekerja di kota Solo dan bertempat tinggal di Klaten saya belum mempunyai teman yang mempunyai passion yang sama (menghafal Al Qur’an). Jadilah saya tidak menghabiskan energi untuk mencari teman. Saya mencoba untuk berani sendiri, dan tidak memikirkan untuk bergerombol datang kesana.

Namun, ternyata Allah tidak mau saya kesepian dan mati gaya di tempat. Ketika perkenalan di group WA, ternyata ada beberapa nomer yang tak dikenal menyapa saya. Dan mereka adalah Alumni SSA (Santri Asma Amanina). Yeay...bahagianya! 

Saya berniat menghafal Surat Maryam. Surat yang dimana awal-awal ayatnya sangat saya yakini. Tentang sebuah kesabaran dalam berdoa.

Saya mengambil salah satu spot di sebuah ruangan di dalam masjid diperuntukkan untuk peserta. Dideretan saya ada teman-teman dari rombongan Yogyakarta (termasuk alumni SSA). Dan hey, tepat disebelah saya ada seorang perempuan dengan penutup tubuh hitam-hitam (red: mengenakan cadar). 

Predudice is an unfair and unreasonable opinion or feeling, especially when formed without enough thought or knowledge. Dan itulah yang terjadi di dalam fikiran dan perasaan saya. Dengan hati dan fikiran yang sempit, saya mengenerasilasi si perempuan bercadar di samping saya tersebut dengan hal-hal yang saya simpulkan sendiri: saklek; tidak mau bergaul dengan orang diluar lingkunganya; kaku; eklusive; keras dalam berdalil; dll. (Poor me).

Saya tidak menyapa dia duluan. Saya asyik mengobrol dengan beberapa teman dari alumni SSA. Kemudian di tengah obrolan asyik kami, dia menyaut, “Kalian seru abis ya ngobrolnya”, komentar dia dengan senyum yang merekah. 

Wow, dia nyambung juga dengan celotan kami yang rada gila ini”, batin saya.

Keasyikan mengobrol, saya pun merasa lapar. Saya mengajak untuk mencari makan diluar sebelum acara pembukaan dimulai. Si perempuan bercadar ternyata mau ikut.
Itulah pengalaman pertama saya jalan makan dengan perempuan bercadar. Dia cerdas. Dia lucu. Dia suka humor. Dia (karena umurnya dibawah saya) manja terhadap saya. Dia alim. Dan dia suka makan serta naik gunung. 

Tidak saya sangka, selama acara berlangsung, saya kebanyakan berdua dengan dia. Dia menyemangati saya untuk menghafal Al Qur’an. Dia membantu menyimak hafalan Al Qur’an saya. Dia banyak membuat saya tertawa sampai terbahak-bahak dengan tingkah dia yang saya tidak sangka-sangka. Dan dia dengan segala sikap baik nya memberikan saya pelajaran berharga.



Bahwa jangan pernah menilai seseorang dari bendera yang dia bawa, namun lihatlah kepada diri mereka secara pribadi. Sebab, dalam satu bendera, tidak semua orang mempunyai tabiat yang sama. Just be wise!

Bahwa akhlakmu yang utama, bukan jamaah mana kamu berada.

#Muharram Menulis (Day 1)
#Ini adalah tulisan pertama saya di hari pertama bulan Muharram 1438 H (2 Oktober 2016). Saya berencana untuk menulis satu hari satu tulisan dan dijadwalkan untuk menulis pada dini hari. Muluk-muluk kedengaranya, namun yang namanya rencana, tidak ada yang salah bukan? Yang namanya impian, harus setinggi-tingginya bukan? Yang namanya berbuat baik harus dipaksa kan dan kalau perlu dilaunchingkan kan?? (Cari pembaca yang menganggukkan kepala, hehe).

Be First to Post Comment !
Posting Komentar