Tidak Pernah Menang



Aku sedang fokus menyibukkan diri. Berusaha untuk tidak berfikir macam-macam dan memilih untuk menggunakan waktu dengan sesuatu yang positif. Dan, mengikuti lomba menulis dan foto adalah kegiatan logis yang bisa untuk dilakukan.

Aku pun mengikutinya. Asal ikut. Just do it. Aku pulang kerja malam untuk bisa fokus mengerjakan itu tulisan. Aku kesulitan dan sering mentok ingin menyerah. Tapi, tidak. Aku sedang belajar untuk gigih.

Aku tidak punya mentor. Jadi tidak ada yang membimbingku. Aku tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

Bisa ditebak sebenarnya bagaimana tulisanku. Tentu jauh dari bermutu. Hasilnya pun sudah bisa diprediksi. Bukanlah aku pemenangnya.

30 Agustus 2019 adalah hari diumumkannya pemenang. Alhamdulilah. Bukan aku pemenangnya.

Aku meratapi nasibku. Tak pernah sekali pun dalam hidupku aku menang dalam sebuah perlombaan yang menggunakan intelektualitas.

Ruang Hati

Aku merasakan ada semacam ruang-ruang di dalam hati. Namun, ada satu ruang inti di dalamnya. Dan yang kurasakan saat ini adalah ruang inti itu kosong dan sepi. Apakah kosong itu enak? Tentu tidak. Tidak sama sekali.

Menulis

Menulis adalah soal keberanian. (Andrea Hirata)

Hampa


Lomba Gobak Sodor 17an di kantor


Makan siang ditraktir sama teman kerja.

Hari itu aku banyak kegiatan. Aku bertemu banyak orang. Aku berbincang dengan banyak orang pula. Namun, aku merasa hatiku kosong dan hampa. Adakah yang bersama sama? Kalau iya, ayo kita sama-sama mencari jawaban dan solusinya.

Mundur

Aku akhirnya memilih untuk mundur. Aku bukanlah orang yang bisa dan nyaman untuk mengejar sesuatu yang sudah pasti. Seperti kamu yang entah apakah jodohku apa bukan. Ketika aku berusaha mendekat, dan kamu seperti menjauh, ya sudah aku pun akan menjauh.

Be Who You Are

I am happy teaching you because you are always being yourself.

Mengungkapkan Perasaan

Aku ingin menjadi orang pandai dalam mengungkapkan perasaanku. 

Cantik

Just be who you are and embrace yourself to show your true beauty through your heart (Tatjana Saphira).

Jalan Fikiran

Uuuuh. Jalan Fikiranku Selau Berubah-ubah. Sekarang Begini, Besoknya Begitu. Uuuuuh, Bimbang Aku Tuh.

Lega

Lega Rasanya.

Bodo Amat


Kamu Ngomongin Aku di Belakang, Aku Sungguh Tak Peduli.

Lukisan Rindu

I Miss You



Puisi Kerendahan Hati

Kerendahan Hati
oleh Taufik Ismail


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi daun

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Menikmati Kesendirian


 "Ketika kamu merasa langkahmu sangat berat, dititik yang sangat sulit melangkah lagi, bisa jadi dilangkah itu kamu mendapat rahmat Allah"
(Pak Dodik)

Bismillah.
Salah satu hal yang kubayangkan sejak dulu adalah aku bekerja di sebuah perusahaan dimana ruanganku adalah sebuah kubikel dengan satu layar komputer di meja. 
Lalu, aku juga membayangkan bahwa pekerjaan di sebuah kubikel dan di sebuah perusahaan itu membuat stress dan perlu pelarian setelah bekerja dalam wujud mencari kesenangan. Contohnya adalah menonton di bioskop.

Alhamdulilah ala kulihal. Aku sekarang bekerja di sebuah perusahaan (nasional tapinya, bukan multinasional), bekerjaku di sebuah kubikel dengan satu layar komputer, dan juga sering aku mengalami stress selama bekerja. Stress karena pekerjaan dan juga bisa karena bosan. Namun, meskipun begitu, entah mengapa, aku tetap saja bertahan hinggi kini hampir 5 tahun aku bekerja untuk perusahaan itu.

Hari ini aku mengalami kepenatan bekerja. Rasanya sumpek, sesak, dan kepala ingin pecah. Karena pekerjaan berat? Bukan juga sebenarnya. Tapi lebih ke karena aku bosan dengan rutinitas dan kegiatan yang itu-itu saja mungkin. Tidak seringan yang kubayangkan dulu ternyata tingkat stressnya. Ini sampai aku tidak tahu lagi mesti bagaimana. Biasanya kalau tak bawa nonton youtube atau berdzikir begitu, beban rasa itu menghilang. Lha ini tetap saja bertengger. 

Baiklah, sepertinya aku mesti melakukan kegiatan yang mampu menyegarkan pikiran. Ahai. Akhirnya aku memilih pergi nonton aja. You know what, this is not my habit. I mean, pergi ke mall dan menonton bukanlah kebiasaan menghibur diri yang biasa aku lakukan. Aku ingat, terakhir nonton adalah saat menyaksikan film 212. Berarti, it was almost 2 years ago, kan. 

Yaw sudah, aku mulai untuk mencari pilihan film. Dan, entah mengapa, aku tertarik untuk menonton film Wedding Agreement. Aku ini orangnya sukanya yang ada manfaatnya, jadi pas solat maghrib sebelum aku nonton, aku berdoa gini, "Ya Allah, semoga Engkau berkahi aktivitas nontonku nanti. Dan semoga ada pelajaran positif yang bisa aku ambil."

Oh ya, aku sengaja nonton pake seragam kantor. Alasanya? Ya biar berasa habis pulang kerja begitu. Padahal antara jadwal film yang diputar dan waktu aku pulang kantor ada jeda 2 jam which is aku bisa ganti baju sebenernya. 

Pas bel kantor berbunyi, perasaanku lega sekali. Aku tertiba hepi. Aku pun segera meluncur ke parkiran untuk mengambil kendaraan. Sesampainya di kost, aku pesan makan untuk buka puasa dengan go food. Sejam sebelum buka puasa, aku guling-guling di kasur dan juga sambil mainan youtube. It's really me time. 

Adzan berkumandang. 
Alhamdulilah, rasanya cleeees dan legaaa. Haus dan lapar terobati sudah. Badanku kembali segar kembali. 

Aku pun solat, dan langsung meluncur ke mall tempat nonton. Jalan yang kulalui menuju mall adalah jalan yang sama dengan jalan menuju kantor. Aku ingat dua jam yang lalu, hati sangat berat, ciut, dan kusut saat melewati jalan ini. Namun, malam itu, hati berubah menjadi hati yang ringan dan seolah tanpa beban. MasyaAllah. 

Sampai depan pintu mall, rasanya aku ingin melonjak dan berteriak "Horraaaaaaaay". Ah, aku bahagia sekali bisa jalan sendiri dengan penuh percaya seperti itu menggunakan seragam dan masih menenteng tas kerja. This is a condition that I admire for a long time. Alhamdulillah ya Allah. Semoga nonton berikutnya, aku sudah sama si mamas sayang. Haha. 

Aku membeli tiket dan langsung masuk studio. Aku menikmati film yang mempunyai genre romantis humor itu. Aku tertartik dengan perjuangan si tokoh utama, Tari, untuk mempertahankan kehidupan rumah tangganya. Aku tertarik dengan kesabaran Tari menghadapi suaminya yang belum sereligius dirinya. Aku tertarik dengan sikap Tari yang tetap lembut memperlakukan sikap suaminya yang dingin itu. Dan aku tertarik dengan sebuah hadist yang diajarakan Tari kepada suaminya, "Allah itu malu ketika ada seorang hamba yang berdoa dengan mengangkat tanganya, lalu Allah tidak mengabulkannya."

Doa


Kupejamkan mata.
Dan terus menyebutmu dalam doa. 

Jika Kamu Berburban, Lihatlah Hewan Kurbanmu Saat Disembelih


 

Alhamdulilah Ala Kulihal.
Aku bersyukur pagi ini karena Allah masih menghidupkanku dalam keadaan yang baik dan sehat. Bapak Ibukku sehat. InsyaAllah sampai nanti malam aku masih bisa makan tanpa bersusah payah. InsyaAllah hari ini juga Allah bentangkan ladang amal sedekah tenaga untukku. Saudara sepupu meminta untuk membelikan bumbu sate dan nanti diminta untuk mengantar ke rumahnya. Menyenangkan sekali bisa menjadi bermanfaat untuk orang itu. 

Allahu Akbar Allahu Akbar. La Illa haillah hu Allah Hu Akbar. Allahu Akbar Wa Lillah Hilham.
Allah Maha Besar. Tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah.
Hari ini, 11 Dzulhijjah 1440. Masih hari tasyrik. Hari yang mulia. Hatiku masih syahdu dan terasa masih sejuk karena peristiwa 10 Dzulhijjah 1440 H kemarin di rumah. 

Ada yang berbeda di hari Idul Adha 1440 H kali ini. Lantaran aku di rumah sendirian, dan tidak tahu mesti ngapain, maka aku memutuskan untuk pergi ke masjid, berkumpul dengan tetangga untuk menyaksikan prosesi penyembelihan hewan kurban. Tahun-tahun kemarin aku tidak pergi ke masjid, hanya di rumah saja. Aku takut aku akan mencari pujian dari manusia. Tapi di rumahpun rasanya juga aku biasa aja, karena mungkin tidak melihat hewan kurbannya seperti apa. 

Awalnya rada ackward pas lihat banyak orang di masjid. Maklum, aku lama tidak keluar ke kampung. Namun, perlahan, aku menikmati berada di tengah-tengah mereka. Pertama, aku melihat kambing yang disembelih. Setelah kambing selesai, barulah ke sapi. Ada tiga sapi. Keluargaku bagian sapi ketiga, yang berarti menyembelihnya paling akhir. 

Sapi kurban kami bewarna coklat. Entah kenapa ketika bertemu dengan sapi coklat itu pertama kali, aku ingin menangis. Andai dia dapat bicara, ingin rasanya aku bertanya, 
"Hey, Buddy, how are you?"
"Are you OK there?"
After a moment aku berada di sampingnya, you know what happened?
He cries. Dia menangis. Meneteskan air mata berkali-kali sambil menundukkan kepalanya. 
I believe dia juga berdzikir. I believe dia juga tahu what Idul Adha is
He Cries.

I feeded him.
Lalu aku berfoto dengannya. He acted nicely. He remains silent.
Kemudian aku pergi. Namun, kamu  tau dia gimana?
"Moooooooow", dia bersuara kayak gitu. 
Lalu aku pun tidak jadi pergi. Aku berada di sampingnya. 
After for a while, aku beranjak akan pergi lagi. Dan dia meraung "Moooow" lagi.  
Akhirnya kuputuskan untuk berada disampingnya sampai dia disembelih. 
He Didn't Want to be Alone.
Ketika para penjagal yang baik datang, terus kulantunkan takbir untuknya. 
Ada satu doa yang kuselipkan dalam doaku, 
"Ya Rabb, jadikan aku orang yang bertakwa, dan kumpulkan aku bersama orang-orang sholih".
Ready.
Seeeeeeeeeeer. Darahnya mulai mengalir. 
Dia manut, tidak banyak melawan. 
He is a good cow
Rabbana Taqabbal Minna.
Akhir kata, semoga Allah menerima amal ibadahku, keluargaku, dan juga kalian semua. Aamin ya Rabbal 'Alamin.

Strangers yang Berkualitas

Hal yang aku sukai dari travelling adalah bertemu dengan orang asing (strangers). Pertemuan yang tidak sengaja yang terkadang memberi pelajaran yang berkesan. Kita tidak perlu tahu nama dan tanggal lahirnya kapan, namun kita langsung berbicara pada hal-hal yang menarik untuk diperbincangkan. 

Lalu, pengalaman bertemu strangers yang paling tidak bisa dilupakan hingga saat ini apa? Apakah kalian punya?

Aku ada. Aku ceritakan ya. 

Ini terjadi sekitar tahun 2013 lalu dalam perjalanan Balikpapan-Yogyakarta di pesawat Sriwijaya. Aku duduk sendiri di dekat jendela. Itu adalah pengalaman ketigaku naik pesawat. Aku tidak paham kursi tempat duduknya, 23CD itu mana yang window seat atau aisle seat. Ada tulisan nomor 23, ya aku duduk saja disitu.  Di boarding pass ku tulisannya 23C. 

Pesawatku dari Tarakan. Jadi di Bandara Sepingan Balikpapan aku tidak turun. Disana hanya berhenti sebentar untuk menjemput penumpang Yogyakarta-Balikpapan. Aku melihat jendela dan menikmati mendungnya sore dan pesawat yang berjejer penuh elegan disana. Tertiba ada yang memanggilku. Beliau adalah seorang bapak-bapak setengah baya. Suaranya sangat lembut dan sopan. Cara berpakaiannya sangat rapi, tapi santai. 

Beliau bilang permisi, dan mengatakan kalau tempat dudukku salah. Aku pun cepat-cepat untuk meminta maaf dan bergeser mempersilahkan beliau duduk di dekat jendela. Melihat caranya bergerak dan juga mendengar caranya berbicara, aku sangat yakin bahwa orang ini adalah orang berkualitas.

Aku pun memulai small talk dengan beliau. Pertanyaan pertama adalah pertanyaan standar yaitu darimana dan mau kemana. Setelah itu berlanjut menjelaskan aktivitas pekerjaan masing-masing. Aku yang saat itu sebagai peserta program SM3T tentunya mempunyai bahan cerita yang banyak untuk diceritakan. Aku percayaa diri untuk bercerita tentang aktvitasku. Beliau pun juga begitu. Beliau kerja di Pertamina Balikpapan. Dulu pernah bekerja di Kementrian Keuangan sebagai PNS. Namun kemudian mengundurkan diri dan memilih bergabung dengan Pertamina. S1 Beliau di Universitas Padang dan S2 beliau di Universitas Indonesia. Beliau concern dalam bidang Manajemen Keuangan. 

Cara bicara beliau tertata dan berhati-hati. Sepertinya sedang mencoba memahami kedalaman frekuensiku dan mencoba menyamakan frekuensi berbicaranya. Beliau kelihatan sangat cerdas. Beliau tidak arogan dan tidak merendahkan aku sama sekali.

Tidak terasa satu jam rasanya cepat sekali. Pesawat kami pun mendarat di Jogja. Gerimis menyambut kami di Jogja. Kami saling berpamitan. Beliau sudah dijemput oleh LO yang mengurus acaranya di Hotel Aston. Dan aku masih menunggu menyeberang untuk naik bus. 

Aku merindukan momen-momen seperti itu. Sudah lama sekali aku tidak bertemu strangers yang berkualitas macam bapak Pertamina itu. Aku ingin sering-sering bertemu dengan orang-orang yang berkualitas dan mengajarkan banyak hal baik kepadaku. Semoga ya Allah perkenankan doaku.

Catatan Perjalanan Solo-Karimunjawa 3 Days 2 Nights

Bismillah. Apa kabar teman? Semoga semuanya dalam keadaan sehat ya. Oh ya, apakah kalian ada yang ingin ke Karimunjawa? Alhamdulilah, Agustus lalu, tepatnya tanggal 2 Agustus sampai 4 Agustus 2019, aku kesana bareng temen-temen. Simak liputannya berikut ini yak. Hehe. 

Persiapan. 
Persiapan pertama yang aku lakukan adalah menentukan waktu. Karena Karimunjawa adalah pulau yang dikelilingi laut, maka angin sangat berpengaruh pada berlangsungnya kenyamanan wisata. Menurut informasi dari penduduk setempat, waktu yang baik untuk berkunjung kesana adalah bulan Maret-Agustus. 

Setelah menentukan waktu, aku mencari tour untuk mengatur perjalanan kami. Aku memilih memakai tour karena raga ini sudah terlalu lelah dan tidak cukup waktu untuk mencari banyak informasi untuk backpacker. Setelah membandingkan kesana-kemari, akhirnya diputuskan untuk memilih trip jenis privae trip. Kenapa? Karena most of the activities disana kan keliling pulau dengan perahu, nah kalau private trip, perahunya ya cuma buat kita aja. Selain itu, biar kita juga dimanja dan diperhatikan selama perjalanan wisata. 

Pake tour apa? Nah ini dia. Alhamdulilah banget, kita dapat tour yang harganya sangat miring. Di instagram namanya adalah tour_operator_karimunjawa. Nama pengelolannya adalah Pak Alfan (081326275000). Untuk private trip 3D2N perorangnya dikenai biaya Rp. 850.000 (meeting point pelabuhan Jepara). Itu udah mengkover banyak hal. 

Terus perjalanan Solo-Jepara? Oh iya. Kan itu jadwal Kapal Feri Siginjainya kan always berangkat jam 06.30 ya, jadi dari Solo harus minimal 5 jam sebelum jam itu. Maka, karena transportasi Solo-Jepara bisnya harus ganti-ganti, kita memilih untuk disediakan jemputan dari tournya. Maka, Pak Alfan mengirimkan mobil avansa untuk menjemput kami (7 orang). Oh iya, biayanya adalah Rp. 700.000 untuk satu mobil Solo-Jepara via toll (Jadi sebenernya 600.000, yang 100.000 untuk tollnya).

Oh ya, sampai terakhir aku kesana, operator sinyal telpon yang terjangkau hanya Telkomsel. Yang lainya belum bisa terjangkau. Jadi, kami semua berganti Telkomsel ketika mau kesana.

Days 1 (Jumat, 2 Agustus 2019)
Kami dijemput di Solo jam 01.00. Sampai di Pelabuhan Jepara jam 04.00. Hanya memerlukan waktu 3 jam karena kami lewat toll. Sampai sana sudah banyak para traveler domestik dan mancanegara yang juga menunggu untuk menyeberang ke Karimunjawa. Kapal Feri Singinjai ini sangat on time. Tidak bisa telat sedikit saja. Menunggu tiket dibagi, kami menunggu di kantin di pelabuhan sana. Jam 05.45 tiket dibagi, dan kami langsung menuju kapal. 

Ada tiga lantai di Kapal Feri Siginjai ini. Lantai pertama untuk kendaraan dan barang-barang. Lantai kedua untuk penumpang VIP dan ekonomi yang ada kursinya. Lantai 3 adalah lantai terbuka. Kalau kami lebih suka di lantai 3, karena viewnya lebih enak, langsung memandang lautan. Disana juga ada kursi ala sunbathing gitu.
Suasana Lantai Atas Kapal Feri Siginjai


Suasana Lantai 3 Kapal Ferry Siginjai

Perjalanan Jepara-Karimunjawa normalnya ditempuh selama 4,5 jam - 5 jam. It really depends on the wave. Kalau ombaknya gede, bisa-bisa kalian bisa di kapal selama 6 jam. Buat kalian yang sensitif abis sama transportasi laut, perjalanan di laut lepas selama itu benar-benar membutuhkan daya juang yang luar biasa. Banyak korban muntah. Termasuk aku sendiri. Mabuk laut selama 6x selama 6 jam. Padahal sudah dikasih minum antimo 2 tablet, dan tolak angin 2 sachet.

Sebenernya ada kapal yang waktu tempuhnya selama 2 jam saja. Namanya adalah kapal Express Bahari. Tapi, menurut info, goncanganya lebih ngeri. Korban mabuk laut lebih banyak dibandingkan dengan Kapal Feri Siginjai. Dan, tentunya, tiket kapal Express Bahari ini lebih mahal dibandingkan dengan tiket kapal Feri Siginjai.
Kapal Express Bahari
Pukul 12.30, kami sampai di Pelabuhan Karimunjawa. Disana kami sudah dijemput dengan mobil grand max untuk kemudian menuju ke homestay kami. Jarak pelabuhan dan homestay hanya 5 menit. Homestay kami adalah rumah warga yang letaknya sangat dekat dengan alun-alun dan juga dermaga. Jalan kaki hanya butuh 5 menit saja. Sampai homestay, kami bersih diri dan makan siang (sudah include paket dan disediakan oleh pemilik rumah). Pukul 14.00 kami dijemput untuk snorkling di nemo spot dan juga menikmati sunset di Tanjung Gelam. Kami jalan kaki ke dermaga bersama guide kami yang bernama Pak Tekek dan juga nahkoda kapal kami Pak Darmo. Mereka berdua yang akan memandu perjalana kami selama berada di Karimunjawa. 

Mengelilingi pulau dengan kapal private itu rasanya terasa mewah euy. Kami tidak perlu berdesak-desakan untuk duduk. Kenyaman kami diperhatikan. Tidak perlu berebut baju pelampung, alat snorling, dan juga sepatu katak. Dan, sampailah kita ke nemo spot. Kami pun nyemplung satu-satu. Bagi yang tidak bisa berenang, tidak perlu takut, karena nanti akan dipandu dan dikawal oleh guidenya. Berikut adalah foto-fotonya ya.
Kapal yang Biasanya untuk 25 Orang, Ini untuk 7 Oang Saja

Kapal Private Trip Kami
Nemo Spot. Itu Pak Tekek sedang memfoto kami. 

Menikmati Terumbu Karang
Terumbu Karang di Nemo Spot

Setelah puas, kami langsung menuju ke Tanjung Gelam untuk menikmati sunset. Enaknya private trip itu ya ini, perjalanan bisa kita atur sendiri. Sepuasnya. Semau kita. Berikut adalah dokumentasi Tanjung Gelam.
Pantai Tanjung Gelam
Sunset in Tanjung Gelam
Setelah matahari sudah tenggelam, kami pun pulang ke dermaga untuk selanjutnya mengahabiskan malam dengan agenda pribadi (makan malam sudah include paket). Kalau aku, mending tak buat istirahat, karena capek sekali. Tapi, teman-temanku ada yang menikmati malam dengan berjalan-jalan di alun-alun kota.
Sunset di Dermaga
Days 2 (Sabtu, 3 Agustus 2019)
Aktivitas wisata di hari kedua ini kami mulai pukul 07.30. Kami dijemput di homestay untuk menuju ke Bukit Love dengan perjalanan selama 8 menit menggunakan mobil. Di Bukit Love ini kita menikmati laut Karimunjawa dari atas. Beautiful banget deh pokoknya. Tiket masuknya Rp. 10.000/person dan tidak include paket.

Spot Foto Karimunjawa

Yes, Kita Manis
Love Hill Photo Spot

No Caption Needed

Enjoying the Scenery

Ada Cafe di Love Hills, dan Ada Tempat Nyaman untuk Santai

Jam 09.30 kami dijemput kembali untuk menuju ke dermaga kecil.Selanjutnya, kami naik kapal kembali untuk snorkling di Pulau Menjangan Kecil. MasyaAllah. Terumbu karang disana bagus-bagus.
Terumbu Karang di Pulau Menjangan Kecil

Terumbu Karang di Pulau Menjangan Kecil
Ikan-Ikan di Pulau Menjangan Kecil

Selanjutnya, kami menuju Pulau Menjangan Resort. Disana kita foto-foto, bakar ikan dan makan siang, serta menikmati penangkaran hiu dan juga bintang laut. Masuk Pulau Menjangan Kecil Resort dikenai biaya Rp. 30.000/person. Itu sudah all in untuk ke penangkaran hiu. Oh ya, makan siang dengan ikan bakar sudah include biaya paket di awal ya. Jadi, gratis.
Ala-Ala Blackpink di Menjangan Resort
Menjangan Resort

Menikmati Semilir Angin di Menjangan Resort


Penangkaran Hiu
Menikmati Memegang Bintang Laut

Bakar Ikan di Pinggir Pantai
Makan Ikan Bakar di Pinggir Pantai
Menjangan Resort

Setelah puas makan, dan menikmati pantai, kira-kira sekitar pukul 14.00, kami naik kapal lagi untuk snorkling di spot terumbu karang secret garden. Kami memuaskan diri untuk melihat terumbu karang di sana. Masih sangat bagus. Tidak rugi main Karimun pokoknya.




Snorkling at Secret Garden

Snorkling Pake Gamis? Why Not?


Pukul 16.00, kami naik kapal lagi untuk menuju ke Gosong Kuntilanak. Hehehe, namanya aneh ya. Tapi tempatnya bagus sekali. Area Gosong Kuntilanak ini kalau sore, airnya sudah menyurut. Jadi, kita bisa bermain di tengah-tengah lautnya. Huuu, asyiiik.



Pukul 17.00 kami menyudahi bermain-main di Gosong Kuntilanak, dan kami bersiap pulang menuju dermaga. Hari itu adalah hari terakhir kami di Karimunjawa.

Days 3 (Minggu, 3 Agustus 2019)
Kami sebenarnya ingin pulang naik pesawat karena tidak tahan dengan perjalanan menggunakan kapal selama 6 jam. Pun, menggunakan Kapal Express Bahari pun kami tak sanggup. Namun, apa dikata, jadwal pesawat Karimunjawa-Semarang tidak setiap hari ada. Hanya hari-hari tertentu saja.

Di hari ketiga ini, kami bangun pagi sekali karena mengejar kapal yang berangkat pukul 06.30. Kami pun menuju pelabuhan Karimunjawa dan bersiap untuk pulang. Ombak hari itu lumayan besar sehingga kami sampai Jepara pukul 13.00. Kami sudah dijemput dengan mobil yang sudah kami pesan dengan biaya yang sama (Rp. 700.000) untuk rute Jepara-Solo.

Overall, kami menghabiskan dana sebagai berikut:
Biaya paket tour : Rp. 850.000
Sewa mobil pp   : Rp. 200.000
Masuk objek      : Rp.  40.000
Tips guide           : Rp    20.000
Snack                 : Rp.   90.000
Jadi totalnya sekitar Rp. 1.200.000

Semoga bermanfaat ya.