Diriku Ini...

Bismillah.

Mengobrol dengannya saya bahagia. Bisa totalitas. Tidak ada yang perlu direm dan dipikirkan sebelum berkata-kata. Semuanya langsung nyletuk dan nyambung. Frekuensinya sama. Cara pandangnya sama. Temperaturnya sama.

Dan itu tidak terjadi pada banyak orang. Hanya dengan segelintir orang saja, saya bisa mengobrol lepas begitu. Aselinya saya kelihatan.

Namun, ketika bertemu dengan orang lain, saya biasanya bertingkah lain. Beda sekali dengan segelintir orang yang saya singgung di atas. Tak jarang orang menyebut saya sebagai perempuan pendiam dan jutek.

Split personality.
Mungkin itu istilahnya. Bertingkah berbeda pada situasi yang berbeda. Jadinya membuat kita menjadi tidak aslinya kita.

Enak?
Jujur tidak. Saya sering menutup diri dengan orang-orang yang tidak saya kenal baik. Namun, saya juga kurang nyaman jika menunjukkan aslinya saya pada kebanyakan orang, apalagi orang yang belum saya kenal baik.

Emang bagaimana sih aslinya saya? Hehe. Salah satunya adalah kata-kata saya yang nyletuk kasar. Untuk orang-orang deket saya yang saya sebut segelingir tadi, melontarkan kata kasar adalah hal wajar. Namun, untuk mereka yang berada jauh pada zona inti saya, hal semacam itu akan membuat mereka ilfill akan akhlak saya.

Ya begitulah. Makanya, saya memilih untuk diam dulu sebelum mengetahui kondisi suhunya.

Klaten, 24 Februari 2019

Cuaca Terbaik

Bismillah.

30 menit sebelum pulang kantor, turun hujan deras sekali. Petir menyambar-nyambar hingga alarm mobil ikut berbunyi sendiri. Langit gelap dan suasana menjadi menakutkan.

Pekerjaan saya sudah selesai. Maka saya pergunakan waktu untuk menyelesaikan al kahfi dan dzikir sore. Sore itu saya harus pulang Klaten. Satu jam perjalanan dan naik motor. Di tengah menyelesaikan alma'tsurat, saya berdoa "Ya Rabb, hamba hendak pulang Klaten. Anugerahkan cuaca terbaik untuk perjalanan pulang hamba Ya Allah." 

5 menit sebelum bel berbunyi, saya melirik keluar. MasyaAllah Allahuakbar. Hujan reda. Hanya tersisa rintik-rintiknya. 

Kalian tau bagaimana kondisi cuaca selama perjalanan pulang?
Mendung. Aspal basah kuyup. Air hujan berhenti. Sejuk. Dingin. Syahdu.
Alhamdulilah. Betapa Allah Maha Mendengar.

Klaten, 22 Februari 2019

Luluran dengan Citra Lulur Natural Bright Body Scrub

Bismillah.

Liburan Imlek 5 Februari 2019.
Saya di rumah saja. As usual. Hehe.
Bagi saya, tempat ternyaman untuk merayakan liburan ya cuma rumah.
Menikmati aroma rumah, duduk bersantai sambil meneguk secangkir teh dan beberapa gigit gorengan.
Itu sudah menjadi kemewahan bagi saya. Alhamdulilah.

Tentu, saya tidak akan membiarkan hari itu berlangsung sia-sia.
Saya menuliskan beberapa agenda untuk dilakukan di hari itu.
Salah satunya adalah menulis surat untuk paslon Prabowo-Sandi.
Dan masyaAllah, seharian juga belum selesai itu surat. Saya jarang menulis, jadinya sekalinya menulis langsung kayak permen karet, alot dan ga lancar.

Nah, pas lagi alot-alotnya ide itu keluar, tertiba ada ide liar lain yang masuk.
Apa itu?
Perawatan tubuh dengan SENAM dan LULURAN. Hahaha.

Karena tidak ada lulur yang tersedia di rumah, maka saya harus loncat ke toko sebelah.
Tokonya kecil, jadinya tidak terlalu lengkap. Ada beberapa lulur di etalase.
Semua sudah pernah saya coba, hanya satu yang belum, yaitu Citra Lulur Natural Bright Body Scrub.
Kemasannya bagus, elegan. Wadahnya juga besar.
Langsung lah saya ambil itu lulur.

Sampai kasir, mbaknya bilang "14. 500".
Saya terbelelak. Weleh. Murah sekali lulurnya. Perasaan lulur yang biasa saya beli harganya di atas 20rban.
Secara spontan saya sedikit meragukan kualitasnya.
Maklum, sudah lama saya terdoktrin kalimat "Ono rego ono rupo".

Sampai rumah, saya langsung beraksi.
Saya dulit itu lulur dan menggosoknya ke seluruh tubuh.
Glek. Saya gosok lagi. Glek.
"Kok daki-dakinya ga terangkat ya?". Hehe...

Duh, saya merasa sedikit kecewa dengan hasilnya.
Namun, setelah mandi itu, ternyata wangi lulurnya tercium sampai luar rumah saya.
Sungguh wangi sekali aroma lulurnya.

Jadi, to sum up,
untuk kualitas lulurnya sedikit mengecewakan (4/10).
Namun untuk wangi lulurnya sungguh diluar ekspektasi (9/10).


Sekian. Selamat mencoba. 




Update Status untuk Menyambung Silaturahim

"....maka, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu orang-orang yang beriman"
(QS. Al Anfal: 1)

"...Rasulullah adalah orang yang selalu menyambung hubungan silaturahim", Khadijah ra.

Bismillah.
Allah perintahkan untuk menyambung silaturahim. Rasulullah pun adalah orang yang gemar menjaga hubungan baik dengan kaum kerabat, mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang renggang, membersihkan hati dari kebencian, dan menanamkan kehangatan serta kasih sayang.

MasyaAllah. Saya pun ingin mentaatinya. Di saat bingung bagaimana harus menjalin silaturahim, maka saya memilih update status. Sebenarnya saya adalah orang yang malas melakukan hal-hal semacam update status. Makanya saya memaksa diri saya untuk melakukannya. Niatnya hanya satu, yakni menjalin silaturahim.
Lha kok begitu? Bagaimana korelasinya?

Hehe. Mungkin sudah ada yang paham, mungkin ada yang belum mengerti.
Baiq. Begini. Dengan update status, maka saya muncul di dunia permayaan. Saya tidak menghilang. Saya hadir memberikan sedikit informasi apa yang saya punya. Harapannya juga bisa memberi manfaat. Hehe. Tapi kalau kenyataanya hanya spam, ya maaf ya.
Begitu kira kira geis.


Klaten, 5 Februari 2019
06.57