Membisikkan Doa Ketika Hujan Menyapa

Baik, saya akan mulai menuliskanya. Agar tidak merugi oleh waktu. Agar tidak kehilangan keutamaan-keutamaan ketika waktu mustajab untuk berdoa dibentangkan oleh Yang Maha Kuasa. Ini pun sebagai jawaban-jawaban atas catatan yang saya tulis beberapa waktu lalu. 

1. Berterima kasih
Pertama, I'l say Alhamdulilah dan kemudian dilanjut dengan doa turun hujan. Berharap hujan itu berkah. Hujan yang turun bermanfaat. Paling tidak bermanfaat untuk mereka yang hampir putus asa atau tanaman yang kekeringan.

2. Kebaikan Hati Diri
Semoga dibersihkan dari dosa. Dijauhkan dari keburukan hati. Dijauhkan dari dosa dan maksiat. Dijauhkan dari rasa ghill terhadap hamba yang beriman. Dilapangkan hatinya. Diberi kekuatan untuk menghapi hari-hari ke depan. Diberi ketakwaan. Diberi petunjuk. Dibimbing ke jalan yang lurus. Didekatkan dengan orang-orang sholeh. Ditempatkan di tempat yang senantiasa diberkahi. Diberikan kenikmatan dalam iman, islam, membaca Al Qur'an, menghafal dan mengamalkanya. Diberikan ilmu yang bermanfaat.

3. Kebaikan Saya dan Suami
Semoga diberikan kemudahan untuk kami segera bertemu. Semoga diberi kelapangan dalam menerima satu sama lain. Semoga menjadi tim yang kompak untuk menjalani masa depan. Semoga pernikahan kami diberikan kebaikan yang banyak dan bermanfaat untuk masyarakat. Semoga kami bisa melaksakan umrah dan haji bersama. Semoga kami bisa melakukan syuru' di akhir pekan. Semoga kita bisa hafalan surat Maryam dan murajaah bersama. Semoga bisa untuk segera iktikaf bersama. Semoga kita segera bisa untuk berolahraga bersama. Dan semoga kita senantiasa komitmen untuk terus bergandengan tangan.

4. Kebaikan Orang Tua
Agar bapak/ibuk di rumah bahagia hatinya, lapang, tenteram, damai dan tenang. Agar bapak/ibuk tidak sering bertengkar lagi. Agar bapak/ibuk dimudahkan untuk pergi umrah dan haji dengan hati yang khusyuk terhindar dari riya'. Agar bapak/ibuk diberikan ketakwaan, kekuatan, hidayah, dan kepemahaman yang baik dalam berislam. Agar bapak/ibuk senantiasa dikelilingi orang-orang baik. Dan agar bapak/ibuk diberikan hadiah surga tanpa hisab.

5. Kebaikan Mertua
Ya, meskipun sampai sekarang saya belum melihat siapa mereka, belum tau bagaimana kondisinya, namun paling tidak saya punya kepercayaan bahwa mereka (pernah) ada. Karena belum tau, untuk itu saya hanya berdoa dengan sesuatu yang bersifat umum. Semoga mereka berdua dalam keadaan sehat, tenang, dan damai. Semoga, jika masih hidup, diberikan kelapangan hati untuk menerima saya sebagai bagian dari keluarganya. Menerima saya untuk melahirkan cucu-cucunya. Menerima saya untuk berbakti kepadanya. Dan menerima saya untuk mengurus anak lelakinya.

6. Kakek Nenek
Kakek Nenek di Malinau yang sampai sekarang masih hidup, harapanya mereka berdua sehat, damai dan tenteram. Dicintai oleh Allah dan senantiasa dibimbing ke jalan menuju surga. Pak Tuo, Mbok Kasinem, Pak Mundakir, dan Mbok Ngatir, yang sekarang sudah di alam yang berbeda, semoga diampuni dosa-dosanya. Semoga Allah mencintainya dan menghindarkan dari siksa kubur. Dan semoga, suatu saat nanti, saya dan suami diberikan rejeki yang berlimpah sehingga bisa membeli hewan qurban untuk Pak Tuo dan Mbok Kasinem. Dan umrah.

7. Kedua Kakak (Mbak Wiba dan Mbak Uli)
Kalau bagian ini, saya mau to the point saja. Mbak Uli, semoga segera diberikan momongan lagi dan mampu membeli kendaraan roda empat dengan rejeki yang halal tanpa riba. Mba Wiba juga demikian sama.

8. Sahabat
Semoga yang belum berjodoh segera ditemukan jodohnya (you know lah siapa). Semoga yang belum diberikan keturunan segera diberikan momongan (ini juga tau lah siapa). Semoga yang sudah berkeluarga dan diberikan momongan, selalu dibimbing dalam kebaikan.
9. Teman
Tidak usah saya sebutkan siapa orangnya, namun saya senantiasa menyebut namanya ketika minta di doakan. Yang belum menikah, semoga disegerakan. Yang minta momongan dan anak kembar, semoga Allah kabulkan.
10. Saudara Semuslim yang Terdholimi
Untuk muslim Rohingya dan Palestina, semoga diberi pertolongan oleh Allah, dan semoga Islam menang disana. 

Aamiin. Semoga Allah kabulkan. 


Solo, 28 September 2017

Menanti Hujan

kau tau,
hatiku selalu berdebar ketika mendung.
karena itu pertanda hujan bukan?

hujan adalah kabar gembira, hujan adalah doa.
begitulah keyakinan kita dulu.

aku bingung bagaimana menyambutnya
aku belum menyiapkan kata-kata

namun akhirnya,
hujan tidak jadi datang.

aku sedikit lega,
karena aku diberi waktu untuk mempersiapkan doa-doa

Rumah Cemani, 26 September 2017

Masa Muda Para Nabi (Refleksi Kajian Rabbanians by Ustadz Badrusalam, Lc)

"Para nabi itu pekerja keras. Para nabi bukanlah pengangguran. Para nabi selalu berusaha agar bisa menjadi seorang pemuda yang berdikari, mandiri, tidak mau merepotkan orang lain dalam hal memenuhi kebutuhan financialnya. Kebanyakan, para nabi itu adalah seorang wirausaha. Kerja tidak harus di kantor. Cari nafkah tidak harus di perusahaan. Pemuda muslim seorangnya berfirkir bagaimana agar ia menjadi seorang pembinis yang memegang perekonomian di negeri ini."

Begitulah kira-kira point yang saya garis bawahi dari kajian yang saya dengarkan di channel Rabbanians di youtube. Secara tidak langsung, kajian tersebut menyulut semangat saya untuk menghidupkan mimpi-mimpi yang selama ini sempat kering hampir mati. Bukan layu lagi. Apakah mimpi itu? Ya, salah satu mimpi saya adalah menjalankan sebuah bisnis yang modalnya dari suami sendiri. (haha)

Dan disini, saya hendak mengabadikan beberapa ide yang terlintas dalam kepala saya, berharap suatu saat nanti ketika lupa bisa saya buka catatan ini kembali.

1. Peternak Kambing/Sapi
Ya, karena Rasulullah adalah seorang peternak. Bisnis ini juga menjanjikan. Nanti rencana, saya akan membeli 4 ekor kambing, dua pasang jadinya. Saya akan meminta kepada orang di kampung untuk mengurus itu kambing, terutama dalam mensuplay makanan kambing itu sendiri. Setelah 6 tahun, harapanya setiap Idul Adha akan menjual beberapa ekor kambing dan dua kambing akan disedekahkan untuk para leluhur yang sudah meninggal untuk berkorban.

2. Membuka Warung Bakaran
Simple sih. Karena saya suka penyetan dan plus sambelnya. Karena lidah orang jawa adalah suka dengan jenis makanan yang begituan, terutama cita pedasnya. USP dari warung bakaran saya nanti adalah rasa sambalnya yang pedas dan murah hargnya.

3. Menjual Buku Bekas
Karena saya miris lihat anak-anak desa yang tidak suka baca dan wawasanya sempit (kaya saya jaman dulu) serta tidak punya uang banyak untuk beli buku. Karena saya juga kadang miris menemukan mahasiswa yang haus ilmu namun tidak punya banyak uang untuk membeli buku baru. Untuk itulah, saya berencana untuk menadahi mereka yang punya buku banyak dan berniat untuk menjualnya. Setelah itu, akan saya rawat dan saya akan jual kembali.

4. Warung Kelontong Besar Seperti Baba
Baba adalah panggilan untuk seorang penjual dari etnis China di Klaten. Tempat kulakan untuk para penjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Harganya sangat murah sehingga banyak orang yang suka untuk kulakan disana. Saya nanti juga akan mempunyai hal yang demikian. Saya akan meneruskan usaha ibuk saya. Toko kelontong untuk kulakan para pedagang rumahana sekaligus penyedia barang-barang kebutuhan untuk masyarakat yang akan mengadakan hajatan. Tidak usah hutang ke bank untuk keperluan hajatan (walimahan misalnya). Semua kebutuhan dapur akan kami supplay. Boleh dibayar dibelakang jika sudah punya uang dan tidak ada bunga sama sekali.

5. Pengelola Sawah
Saya akan meneruskan usaha sawah yang sekarang digarap oleh bapak saya. Harapanya nanti akan menambah untuk membeli sawah lagi terutama mereka yang hendak menjual sawahnya karena warisan akan dipecah misalnya. Saya akan menyuruh orang desa untuk mengerjakan sawahnya. Management pengelolaan sawahnya akan saya urus. Saya akan menjual hasil panen beras itu di warung kelontong saya.

6. Warung Baju
Saya suka baju. Saya akan branding baju sendiri. Saya akan bekerja sama dengan teman yang suka design dan penjahit terpercaya. Saya akan memasarkannya online. Tetap, branding produk saya adalah murah dan berkualitas. Karena saya ingin berkontrribusi untuk menyelesaikan masalah para saudara yang ada di kalangan menengah ke bawah.

7. Barbershop
Saat ini, kakak ipar saya punya barbershop yang namanya Al Barbershop. Harapanya nanti Barbershopnya kakak ipar saya akan menjadi barbershop rujukan masyarakat karena harganya yang murah. Harapanya di seluruh kota di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta akan ada pendirian Al Barbershop.

8. Branding Bumbu Instan
Karena saya suka masak. Nanti saya akan membuat kreasi bumbu instan untuk dititipkan di warung-warung, dan juga warung saya sendiri. Kecuali bumbu satai dan gulai, saya akan membuat bumbu instan tanpa pengawet untuk dijual ketika Idul Adha berlangsung.

Ya, sementara baru 8 ide dulu. Hehehe. Namanya juga mimpi kan? Tidak usah dinyinyir. Doakan saja yang terbaik untuk mimpi-mimpi tersebut. Toh endingnya nanti untuk kemaslahatan umat juga dan negeri Indonesia tercintah. Hehe.

Solo, 25 September 2017

Refleksi Kajian Bersama dr. Reahanul Bahrein (Menjadi Seperti Pohon Kurma)

"Menghadiri majelis ilmu itu adalah solusi dari segala permasalahan kita", kalimat Ustadz Raehanul Bahrein menyapa ketelatan kedatangan saya di Masjid Ibadurahman, komplek Goro Assalam Surakarta pada pagi hari di hari pertama bulan Muharram 1439.

Saya langsung cepat-cepat masuk ke masjid dan mencari tempat yang kosong untuk menggali sebanyak-banyaknya dari taman penyubur iman tersebut. Rasanya lama sekali saya tidak menghadiri majelis ilmu seperti itu. Padahal, di kota yang lumayan besar ini, banyak diselenggarakan acara yang serupa. Namun, semua fasilitas tersebut belum menjadi rejeki saya sebab waktu saya masih tersita untuk mencari uang. 

Ya, tentu, saya datang ke majelis ilmu pagi itu membawa masalah. Sebelum datang ke Masjid Ibadurahman, ketika masih di kost tepatnya setelah solat subuh, saya mulai mencatat tentang targetan 5 tahunan yang ingin saya raih. Sederhana saja, saya hanya ingin waktu saya terarah dan terisi dengan penuh manfaat. Untuk itulah perlu adanya pengaturan disana (self-management). Namun saya stuck. Saya tidak bisa menatap masa depan. Saya tidak tahu hal apa yang ingin saya lakukan. Saya lupa akan mimpi-mimpi masa lalu. Saya kehilangan spirit.

"Tentang sebuah perumpamaan", ucap sang ustadz.

Saya tidak tahu materi apa yang akan disampaikan di kajian tersebut. Yang menjadi fokus saya adalah hanya ingin menghadiri majelis taklim bersama Ustadz Raehanul Bahrein yang selama ini hanya saya tau melalui akun media sosial dan websitenya saja. 

"Perumpaan pohon kurma. Hendaklah manusia seperti pohon kurma", sang ustadz mulai mengurai maksud dari judulnya.

Ya, kajian pagi itu secara tidak langsung menjawab masalah kebuntuan saya dalam menatap masa depan. Pohon kurma yang banyak manfaatnya. Dari mulai batang, daun, sampai buahnya. Tidak ada satupun dari komponen pohon kurma yang tidak bermanfaat. Semuanya bermanfaat. Begitulah seharusnya manusia. Dengan segala yang dimiliki, entah tenaga, harta, waktu, atau pemikiran, sebisa mungkin diolah agar bisa menjadi manfaat bagi lingkungan sekitar. Allah suka. Allah suka dengan makhluk yang seperti itu.

Ya, saya pernah mempunyai tujuan seperti itu. Namun belakangan, prinsip tujuan tersebut hambar oleh benturan benturan. Alhamdulilah, Allah tidak membiarkan saya berlama-lama lalai akan kaidah penting menjadi seorang makhluk.

Ya, untuk menjadi manfaat, saya perlu berfikir kembali bagaimana menurunkannya menjadi sebuah kerja-kerja nyata. Saya perlu untuk mengenali diri saya kembali, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya. Saya perlu mengelilingi diri saya dengan orang-orang yang mempunyai semangat yang sama, sebab sendiri pasti tidak akan berdaya. 

 Semangat mendoakan dan berbenah ya. 

Solo, 21 September 2017
1 Muharram 1439

Cerpen: Aku Diam, Aku Mendengar

Handphoneku tidak pernah sepi. Bukan berarti banyak orang yang menghubungi untuk pesan barang online atau sekedar say hi. Tidak. Aku tidak sepopuler itu. Hanya ada satu orang yang sering menghubungiku hingga si handphone terkesan populer. Yumna namanya. Sahabatku.

Aku suka mendengarnya bercerita. Caranya bercerita menarik. Dia selalu mengebu-ngebu meluapkan perasaannya. Terkadang kata-katanya tidak beraturan. Terkadang intonasinya belepotan. Tidak apa-apa menurutku. Dia tetap terlihat seru. Dia selalu lepas ketika bercerita denganku. Tidak pernah ada yang ditutup-tutupi. 

Seperti sore itu, ketika aku baru saja pulang dari kerja sampai rumah, hapeku berdering.

"Raaaa...hati gue masih ga karuan nih", tanpa halo tanpa apa, dia langsung ke inti pembicaraan.

"Ya Na, gimana?", aku menanggapinya. Aku memang ingin menjadi selalu ada untuknya bercerita.

"Kan beberapa hari ini gue ga ketemu Ando. Kangen Ra. Terus gue berdoa sama Allah biar sore ini ketemu sama dia. Terus nih Ra, sepulang kerja sampe kost, ternyata, Ando ada di kost. Dia lagi ngecek kamar kost yang perlu direnovasi. Ya ampyun Ra, you know what how it feels?", Yumna bercerita berapi-api.

"Kayak apa sih?", tanyaku.

"Kayak guntur Ra. Hati gue runtuh Ra. Gue mati gaya liat dia", 

9 bulan terakhir ini, terhitung sejak Januari hingga September, Yumna yang umurnya sudah lebih dari seperempat abad, suka sama anak bu kostnya. Dari pertama kali bertemu, rasa itu tiba-tiba muncul. Yumna tidak pernah meminta dan memilih untuk menyukainya. Namun, sosok fisik lelaki itu adalah sosok yang selalu diidam-idamkan oleh Yumna. Berkacamata dan berjenggot. Yumna sudah berusaha sangat keras untuk menhambarkanya, termasuk salah satu usahanya adalah menggumbar perasaanya kepadaku. Agar cepat hambar katanya. Namun perjalanan 9 bulan, rasa itu belum juga hambar. Dalam waktu 9 bulan, jantungnya tidak pernah normal jika berada di kost. Selalu terpompa. Selalu dag dig dug ketika bertemu dengan Ando yang rumahnya hanya di depan kamar kost nya.

"Tapi Ra, meskipun gue kangen ketemu sama dia, kalau ketemu, gue ga pernah berani menatap wajahnya. Gue nunduk Ra", intonasi dia mulai melambat. 

Kuakui, Yumna lumayan agak takut sama Tuhanya. Dia sering memperhatikan perintah dan laranganNya. Seperti salah satunya adalah menjaga pandangan dan tidak menggumbar perasaan.

"Iya Na", sesekali aku menimpalinya.

"Gue lelah Ra", nada Yumna berubah.

"Heh?". Aku merespon semampuku. Seperti itulah Yumna. Suka bercerita apa saja. Dan aku sering menjadi saksi perubahan moodnya yang begitu cepat.

"Gue ga ngerti kemana gue mesti melangkah lagi. Apa yang meski gue usahakan. Apa yang meski gue raih. Gue merasa rapuh sendiri Ra. Temen -temen gue udah pada sibuk sama keluarga barunya. Gue udah ga punya temen main. Gue ga punya temen berjuang meraih dan merangkai mimpi."

Ya, bagi Yumna aku bukanlah sahabatnya. Aku hanyalah teman berceritanya. Dia selalu punya temen yang selevel denganya untuk berjuang dan berjalan. Aku memang tidak pernah berharap menjadi temanya berjuang atau berjalan. Aku sudah sangat senang menjadi diam dan mendengarkan ceritanya.

"Yang sabar ya Na", aku memberinya sedikit kata penguat yang mungkin Yumna tidak membutuhkanya.

"Terima kasih Ra. Udah dulu ya. Gue mau mandi."

"Oke".

Percakapan sore itu berakhir. Ya, dan memang begitu biasanya. Yumna selalu menelpon untuk sekedar melepaskan perasaannya yang meluap-luap. Yumna selalu menelpon untuk sekedar melepaskan perasaan-perasaan putus asa yang kadang menghinggap. Yumna selalu menelpon karena dia ingin jiwanya sehat. Yumna selalu menelpon untuk melepaskan beban dan kembali menjadi seorang perempuan kuat.

Aku hanya bisa mendengar. Hanya itulah keahlianku. Ku asah itu dengan baik. Kudengarkan orang becerita. Tidak, aku bukanlah konsultan yang kemudian memberikan solusi bagi masalah-masalah teman bicara. Aku hanya menjadi pendengar untuk Yumna. Dan mungkin untuk Yumna yang lain suatu saat nanti. Bagiku, jika ada orang yang suka bercerita denganku dan mengizinkan aku menjadi pendengar bagi keluh kesahnya, hal itu menjadi kehormatan dan kebahagiaan untukku.
Solo, 20 September 2017


Hi 28

"Tami itu cari suami yang bawanya mobil Pajero", ucap Bapak X.

"Tami itu banyak pertimbangan. Nikah asal nikah aja Tam. Dulu aku nikah pas keadaan homeless", ucap Bapak Y.

Sekilas kalau dengar komentar dua bapak di atas, maka saya mungkin dianggap sebagai perempuan yang cari suami kaya atau banyak pilihanya. Ya, umur saya sekarang 28, dan saya belum menikah. 

Awalnya tidak mudah untuk menjalani kondisi ini, namun saya terus meminta untuk dikuatkan dalam menjalani path yang ditakdirkan untuk saya. Alhamdulilah, Allah dengar itu. Saya tampak tidak sedih dengan status saya yang dalam masyarakat dikatakan sebagai "perempuan yang telat nikah". Alhamdulilah, saya masih diberi kekuatan untuk berkumpul dengan teman-teman seusia yang semuanya sudah menikah dan momong anak. Saya tidak menutup diri untuk kenyataan itu. Alhamdulilah, Allah tidak memberikan saya perasaan minder dengan kondisi saya yang seolah-olah "left behind". (Meskipun sih ya kadang-kadang sering nangis sesenggukan di kamar sendirian, haha)

Namun, obrolan dengan dua orang bapak di tempat kerja hari itu menyulut saya untuk menuliskan beberapa hal. Pertama, tentang kenapa sampai sekarang saya belum menikah. Ya, karena jawabanya memang belum waktunya. Mungkin saya belum siap. Mungkin banyak dalam diri saya yang masih harus diperbaiki. Mungkin saya belum pantas. Mungkin saya masih banyak dosa. Namun, it doesn't mean that still being single is a flaw, right? 

Kedua, tentang pilih-pilih. Ya, karena untuk saat ini memang tidak ada yang dipilih. Kalaupun ada yang dipilih, saya berusaha untuk tidak menolak untuk mereka yang serius melangkah ke arah pernikahan. Yang saya pernah iyakan bukan dia yang punya Pajero. Yang pernah saya iyakan malah orangnya biasa-biasa saja. Namun, saya selalu berkata seperti ini sama Allah, "What is mine, eventually will be mine. Jodoh tidak akan pernah tertukar. Jika memang dia yang tertulis di Lauh Mahfudz, maka semuanya akan lancar. Namun jika bukan dia, pasti akan ada saja hal yang menghalangi."

Ketiga, doakanlah saya, tanpa berlu banyak menghakimi, dan tanpa perlu banyak tanya kenapa. Syukur-syukur mencarikan, itu mungkin lebih baik. Hehehe. 

Segitu saja tulisanya, karena saya tidak pandai dalam menulis hal yang beginian. Semoga saya dan kalian semua yang membaca tulisan ini dibimbing untuk menjadi manusia yang baik. 

Solo, 20 September 2017