Hi 28

"Tami itu cari suami yang bawanya mobil Pajero", ucap Bapak X.

"Tami itu banyak pertimbangan. Nikah asal nikah aja Tam. Dulu aku nikah pas keadaan homeless", ucap Bapak Y.

Sekilas kalau dengar komentar dua bapak di atas, maka saya mungkin dianggap sebagai perempuan yang cari suami kaya atau banyak pilihanya. Ya, umur saya sekarang 28, dan saya belum menikah. 

Awalnya tidak mudah untuk menjalani kondisi ini, namun saya terus meminta untuk dikuatkan dalam menjalani path yang ditakdirkan untuk saya. Alhamdulilah, Allah dengar itu. Saya tampak tidak sedih dengan status saya yang dalam masyarakat dikatakan sebagai "perempuan yang telat nikah". Alhamdulilah, saya masih diberi kekuatan untuk berkumpul dengan teman-teman seusia yang semuanya sudah menikah dan momong anak. Saya tidak menutup diri untuk kenyataan itu. Alhamdulilah, Allah tidak memberikan saya perasaan minder dengan kondisi saya yang seolah-olah "left behind". (Meskipun sih ya kadang-kadang sering nangis sesenggukan di kamar sendirian, haha)

Namun, obrolan dengan dua orang bapak di tempat kerja hari itu menyulut saya untuk menuliskan beberapa hal. Pertama, tentang kenapa sampai sekarang saya belum menikah. Ya, karena jawabanya memang belum waktunya. Mungkin saya belum siap. Mungkin banyak dalam diri saya yang masih harus diperbaiki. Mungkin saya belum pantas. Mungkin saya masih banyak dosa. Namun, it doesn't mean that still being single is a flaw, right? 

Kedua, tentang pilih-pilih. Ya, karena untuk saat ini memang tidak ada yang dipilih. Kalaupun ada yang dipilih, saya berusaha untuk tidak menolak untuk mereka yang serius melangkah ke arah pernikahan. Yang saya pernah iyakan bukan dia yang punya Pajero. Yang pernah saya iyakan malah orangnya biasa-biasa saja. Namun, saya selalu berkata seperti ini sama Allah, "What is mine, eventually will be mine. Jodoh tidak akan pernah tertukar. Jika memang dia yang tertulis di Lauh Mahfudz, maka semuanya akan lancar. Namun jika bukan dia, pasti akan ada saja hal yang menghalangi."

Ketiga, doakanlah saya, tanpa berlu banyak menghakimi, dan tanpa perlu banyak tanya kenapa. Syukur-syukur mencarikan, itu mungkin lebih baik. Hehehe. 

Segitu saja tulisanya, karena saya tidak pandai dalam menulis hal yang beginian. Semoga saya dan kalian semua yang membaca tulisan ini dibimbing untuk menjadi manusia yang baik. 

Solo, 20 September 2017
Be First to Post Comment !
Posting Komentar