Lulur Kocok Ratu Mas

Bisa dikatakan, dulu dan masih sampai sekarang, saya termasuk orang yang kurang frekuensinya dalam merawat diri. Luluran dilakukan biasanya hanya tiga bulan sekali. Maskeran dilakukan ketika pergi ke pusat perawatan wajah yang rentan waktunya biasanya 6 bulan sekali. Padahal, you know what, saya ini sering bergelut dengan polusi perkotaan yang kotor dan bau. Hampir tiap hari, pagi dan sore, wajah saya disemprot oleh asap hitam bus, angkot, truk, motor, dan mobil tua yang mesinya sudah rusak sehingga proses pembakaranya menghasilkan asap yang hitam, legam, kelam.

Alhasil, wajah saya jadi ikut-ikutan hitam, legam, kelam (red: kusam). Kalau di foto, pasti saya dikira orang yang baru pulang dari hidup di pedalaman yang lama tidak kembali.

Kemudian, entah dapat ilham dari mana, hati saya tergerak untuk mulai merawat diri. "Belajarlah untuk menjadi pasangan yang menggemaskan", bisik hati kala itu. Hahaha.  
Dimulai dari merubah pola makan dan pola hidup, hingga yang baru-baru ini saya lakukan adalah merawat kulit tubuh. Iya, saya terlalu banyak disibukkan dengan perawatan tambilan luar (wajah dan body shape), namun banyak mengabaikan hal-hal yang tidak terlihat (red: kesehatan kulit dalam). 

Saya merasa tidak adil terhadap diri sendiri. 

Finally, saya memutuskan untuk menjadikan luluran tubuh sebagai program pekanan. Dua kali dalam satu pekan, saya mesti luluran demi si calon cinta

Lulur apa yang saya gunakan? Nah, ini dia sebenarnya inti dari dari tulisan ini.

Beberapa kali bergonta-ganti merk lulur lokal, saya akhirnya mempatenkan lulur yang satu ini menjadi top brand untuk dunia kamar mandi saya. Lulur Kocok Ratu Mas itulah namanya.

sumber: http://balinanako55.seesaa.net/article/386952413.html
Lulur kocok ini berbeda dengan produk-produk yang beredar di pasaran. Kalau biasanya lulur yang biasa dilihat di supermarket adalah lulur yang berbentuk padat dan scrubnya bak pasir, lulur ini berbentuk cair dan bertekstur lembut. Jika ingin menggunakanya harus dikocok terlebih dahulu agar bahan-bahan aktif yang mengendap tercampur sempurna. Tidak perlu menunggu waktu lama jika ingin daki-daki yang lama menempel dalam kulit bisa terangkat. Dengan menggosok-gosokkan cairan lulur ini sebentar saja, maka daki-daki tersebut bisa langsung terangkat. 

Hal yang paling menyenangkan bagi saya menggunakan lulur ini adalah wanginya yang elegance bak putri kraton sehingga membuat saya betah untuk menggosok-gosok kulit. Ketika sudah dibilas pun, wangi-wangian alami dari lulur kocok tersebut masih melekat di kulit kita. 

Ada dua jenis lulur kocok ini, yakni Seruni dan Sri Gading (dari namanya saja sudah kelihatan aroma keratonya kan). Keduanya terbuat dari bahan-bahan alami yang sama yakni Temulawak, Kemunng, dan Kunyit. Yang membedakan keduanya hanyalah wangi dan warnanya saja. Sri Gading berwarna kuning pekat, sedangkan Seruni berwarna agak putih seperti jamu kunyit putih. Keduanya sudah saya coba, dan tidak ada kecondongan di salah satu jenis. Semuanya memberikan hasil yang memuaskan.

Karena lulur ini sedikit berbeda dengan beberapa lulur modern yang beredar, maka harganya pun diberandol dengan harga yang sedikit tinggi. Untuk botol kemasan 100ml, biasanya dihargai Rp 13.600 yang bisa habis selama satu bulan jika digunakan satu pekan dua kali. Untuk botol kemasan 200ml biasanya diberandol dengan harga Rp. 24.000 yang bisa habis lebih dari satu bulan (ya iyalah).

Last but no least, happy scrubbing ya!

Be First to Post Comment !
Posting Komentar