Abdullah bin Ubay bin Salul (Kisah tentang Luka)

Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang tokoh yang kisah sikapnya diangkat di dalam Al Qur'an. Ya, sikap munafiknya di kota Madinah dan terutama di perang Uhud.

Abdullah bin Ubay bin Sahul adalah seorang tokoh yang hatinya terluka.

Dalam sebuah ukhuwah, kadang kadang kita akan bertemu dengan beberapa orang yang sedang terluka. Lantas, bagaimanakah orang orang yang terluka itu?
Orang-orang yang terluka itu, jangankan disakiti, dibaikin saja merasa sakit.
Kalau kita gambarkan, ada orang yang terkena telusup (serat kayu yang tersangkut di dalam kulit kuku). Kemudian telusup itu tidak dicabut, tidak diambil, dibiarkan disana, bernanah, membusuk. Sakit.
Orang yang jarinya ada telusupnya itu, jangankan disakiti, diajak bersalaman saja, padahal maksudnya baik, dia kesakitan.

Seorang sahabat kala itu mengatakan, "Ya Rasulullah lapangkan hatimu kepada Abdullah bin Ubay. Sungguh Abdullah bin Ubay bin Salul adalah orang yang sakit hati. Sebelum engkau menjelang datang ke Madinah, kaumnya bersepakat mengangkatnya menjadi raja. Sudah menyiapkan tahta dan singasananya. Tapi kemudian engkau hadir ya Rasulullah. Lalu kaumnya batal mengangkatnya jadi raja. Maka betapa sakit hatinya ia karena kedatanganmu ya Rasulullah."

Sayang Abdullah bin Ubay tidak menyadari bahwa Rasulullah SAW memang lebih utama darinya. Andai saja kemudian ia mengakui keutamaan Rasulullah SAW, maka pasti dia akan berlapang dada. Karena sebelumnya kebaikannya memang sangat diakui. Kemuliaanya diakui. Tapi karena sakit hati itu, lukanya tak pernah disembuhkan. Ia merawat lukanya. Membiarkan rasa sakit itu tetap disana. Sehingga ia menjadi musuh bagi Rasulullah SAW.

Takkala Umar bin Khattab mengatakan, "Ya Rasulullah, kupenggal saja orang yang mengatakan 'Akan kukeluarkan orang hina ini (orang mukmin) dari Madinah".

Apa kata Rasulullah SAW?
"Tidak wahai Umar. Nanti apa kata orang bahwa Muhammad membunuh sahabatnya. Demi Allah tidak."

Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul (putra Abdullah bin Ubay bin Salul) mendengar selentingan dari orang Madinah "Tunggu saja nanti Abdullah bin Ubay itu akan dipenggal oleh Nabi."

Menghadaplah Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasullah SAW, "Ya Rasulullah, aku mendengar kabar engkau hendak membunuh ayahku. Benarkah demikian? Demi Allah ya Rasulullah,  jika engkau hendak membunuh ayahku, jangan kirim seorang sahabatmu untuk membunuh beliau, karena demi Allah bahwa orang Madinah tau bahwa aku adalah seorang yang paling berbakti kepada orang tuaku. Demi Allah kalau sampai ada yang membunuh ayahku, aku pasti akan dendam. Dan pasti aku akan membalas dendamku dan pasti aku akan membunuh seorang mukmin yang dengan itu aku menjadi kafir ya Rasulullah. Demi Allah, aku tidak ingin itu terjadi. Tetapi jika engkau memang ingin membunuh ayahku ya Rasulullah, utus aku. Utus aku sendiri. Betapapun aku mencintai ayahku, tapi Allah dan RasulNya lebih layak aku cintai daripada ayahku sendiri".

Dan anak yang berbakti ini amat sedih takkala ayahnya meninggal masih dalam kemunafikannya dan belum bertaubat. Menangis ia menghadap Rasulullah, "Ya Rasulullah, tidak ada yang bisa menyelamatkan ayahku kecuali doa yang engkau panjatkan. Datang dan sholatkan ia ya Rasulullah".

Berdiri Rasulullah hendak berangkat tapi kemudian dihadang oleh Umar, "Ya Rasulullah, Allah melarang engkau mensholati mereka".

"Darimana engkau tau wahai Umar?", tanya Rasulullah.

Kemudian turun ayat QS. At Taubah: 80, dan Rasulullah pun mendengarkan ayat tersebut
"Kamu mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja)"

Kata Umar, "Benar kan ya Rasulullah. Allah melarangmu mensholati mereka. Ia memfitnah Aisyah berzina, ia mengatakan akan mengeluarkan orang mukmin dari Madinah. Ia membuat fitnah. Ia memisahkan diri dari perang. Ia memecah belah kaum muslim."

Apa kata Rasulullah?
"Tidakkah engkau dengar wahai Umar? Tuhanku memberikan pilihan bagiku 'engkau mohonkan ampun atau tidak engkau mohonkan ampun sama saja' maka aku akan memilih memohonkan ampun wahai Umar"

Kemudian turunlah lanjutan surat At Taubah ayat 80
"Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."

Rasulullah SAW berkata, "Maka hai Umar, aku akan mohonkan ampun untuknya 70 kali ditambah 70 kali ditambah 70 kali."

Ketika itu Umar berundur sambil gemetar. Kata Umar, "Betapa lancangnya aku pada Rasulullah. Betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW. Betapa hening dan jernih sikapnya atas perintah Allah SWT".

Kemudian Rasulullah SAW mensholatkan Abdullah bin Ubay bin Salul. Barulah kemudian turun keputusan Allah dalam surat At Taubah ayat 84, "Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan jenazah seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu mendoakan dikuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya, dan mereka mati dalam keadaan fasik".

Ingatlah kisah ini.
Ingatlah kisah Abdullah bin Ubay bin Salul yang karena membiarkan lukanya disana, akhlak Rasulullah SAW yang paling mulia pun tak dapat dilihatnya.
Maukah engkau menjadi seperti Abdullah bin Ubay bin Salul?
Tentu tidak.
Maka sembuhkanlah. Cabutlah.
Agar hilang semua prasangka saat seseorang datang dengan kebaikan yang tulus.
Agar hilang semua rasa takut.
Agar hatimu mampu dengan ringan menerima kebaikan.

Bukan, sungguh ini bukan lagi tentang orang lain.
Ini tentang dirimu sendiri. Terhadap dirimu sendiri.

Ucapkanlah basmallah
Lalu katakan di hadapan-Nya bahwa engkau memohon ukhuwah yang senantiasa dalam kebaikan.

Bersabarlah dengan ukhuwah, 
Sebab pasti ada kecewa, dan tentu ada luka. 

Berteguhlah diri bahwa ridho Ilahi yang hanya engkau kehendaki.


Sumber: disini* dan buku Dalam Dekapan Ukhuwah (Hal 143 - 161)
*Sengaja ditulis kembali dari sumber asli dengan sedikit penambahan sebagai pengingat diri.


Solo, 29 Desember 2016

Be First to Post Comment !
Posting Komentar