Tentang Ilmu

Beberapa waktu yang lalu, teman saya meminta pendapat kepada saya tentang sebuah berita yang mempunyai headline “Pelayan restoran yang tidak pernah mengenyam dunia perkuliahan mendapat gaji yang lebih besar dari pada seorang lulusan S2”.

Well, jawab saya singkat. “Sekolah itu tidak untuk mencari uang”. 

Iya, pemahaman tersebut saya dapatkan dari beberapa proses belajar saya selama ini di kampus UNY, dan pondok pesantren saya, Asma Amanina. 

Waktu itu ibu Nurfina Aznam, wakil rektor 2, memberikan nasihat kepada kami, kata beliau “Kalian sekolah jangan pernah mencari uang, namun kalian sekolah untuk menebar lebih banyak manfaat. Nanti, biarkanlah uang yang akan mengejarmu”. 

Iya, itulah nasehat dari beliau. Bahwa kita hidup itu untuk berbagi, untuk menebar manfaat. Dengan kita mempunyai banyak ilmu dan skills, maka yang akan kita tebar juga menjadi banyak. 

Kemudian, selama di pondok pesantren, ustadz kami yang bernama ustadz Sholihun memberikan nasihat yang indah tentang keutamaan sekolah (red:menuntut ilmu). Kata beliau, “Allah itu suka dengan orang berilmu. Allah akan meninggikan orang yang berilmu”. Dan beliau selalu mengingatkan akan niat kita menuntut ilmu, mengikatkan kita untuk tidak materialstik dengan menjadikan sekolah sebagai batu loncatan karir kita. Namun, beliau menasihatkan, “..Mbak mbak, tuntutlah ilmu hanya semata mata mengharap ridho Ilahi”. 

Perpustakan UNY, Yogyakarta, 29092104

I keep your advices, friends!


Friendship is the most beatiful thing in my life. When I love them, I’m gonna keep them in my heart. They build me, my character. They love me, and so do I. They are beside me when I’m weak. Thanks you, friend. Thanks God. They have given me a lot of advices I can’t write one by one. Here are some advices I’m remembering right now.
 
“Ealah Tam, Allah itu punya banyak cara ya untuk membuat kita menjadi baik. Meski harus ditinggalkan orang yang amat kita cintai, masuk operasi berkali kali, gagal berkali kali, dan kehilangan motor yang baru saja dibeli” (Uli Ratnawati, 2014)

“Sing jembar atimu yo Tam,”. (Metias Kurnia Dita, 2014)

“He will never be yours, Tami”. (Alifah Sri Sabekti, 2014)

“Allah hanya ingin melihat kesungguhan kita”, (Ranti, 2009).

“Perbanyak ucapan istighfar ya, seperti Nabi Yunus, dan Kisah Imam bin Hambal, agar pertolongan Allah selalu dekat dengan kita”, (Titis Numarsitoh, 2014).

“Tam, dia tidak pantas mendapatkan cintamu. Sungguh tidak pantas”, (Metias Kurnia Dita, 2014). 

“Hidup adalah belajar. Belajar cukup mesti tak cukup. Belajar ikhlas mesti tak rela. Belajar memahami mesti tak sehati. Belajar bersabar mesti terbebani”, (Avisenna Pramitasari, 2010). 

“Allah akan memberikan jalan dari masalahmu dari arah yang tidak diduga duga. Seperti Dia akan memberikan cobaan dari arah yang tidak kau duga duga pula”. (Yessy Triana, 2014).

“Wanita itu hanya butuh bercerita koq Tam. Dan butuh didengar”,. (One Ana Rahayu, 2013)

“Allah sangat mencintaimu Tam,”. (Mbak Dida, 2014)

“Aku selalu melihat semangat dalam wajahmu, Tam”. (Linda, 2014).

And there are still many advises from them that I can write it down all here. Thanks you, friends.




Ini adalah Ranti. Foto itu diambil pas hari pernikahan dia. Dan dia meningkah dengan salah satu teman saya, Pepi. 
ini namanya Yessy. Teman sekamarku selama di Asma. orang yang menampungku selama aku di jogja. Hah, sengaja tak buat miring, karena otaknya emang banyak miringnya.

Yang ditengah adalah kakak pertamaku, namanya Uli Ratnawati. Yang selalu memberikan nasihat nasihat kehidupan kepadaku.
Ini saya dan Metias Kurnia Dita. Di stasiun senen. Muka bangun tidur. hehe.








Untuk yang lain belum ketemu fotonya. Hehe...nyusul yak...haha.


Untuk Masa Laluku

Sewindu, Cinta Itu Akhirnya Tentang Waktu

"Sewindu, delapan tahun, adalah waktu yang bisa jadi lama atau malah sebentar. Tapi, bagi saya, itu rentang waktu yang cukup untuk menimbang cinta. Mengalami banyak hal bersamamu, meskipun hanya didalam kalbu. menyikapi setiap permasalahan, mencari solusi, dan menjalani paket kehidupan yang berbagai warna dan rasa, memunculkan sebuah konklusi: cinta itu tentang waktu"

Kutipan yang saya ambil dari bukunya Tasaro GK yang berjudul Sewindu.

Dan, kamu menyukai itu. Yah, saya mengetahuinya dari postingan kata kata itu di FB. Saya pun juga menyukai itu.

Dan, kisah ini, yang mungkin saya alami sendiri, akan berumur sewindu pada tanggal 31 Januari 2015 mendatang, Rentang lama yang cukup lama jika saya melihatnya dari deretan angka. Terhitung dari 31 Januari 2008 hingga 31 Januari 2015.

Saya berusaha sekuat saya untuk bisa melewati semua hari hari itu. Hari perjuangan untuk mencoba memahami dibalik semua yang telah terjadi. Memahami hakekat takdir. Memahami hakekat mencintai. Memahami hakekat ujian. Memahai hakekat manusia. dan Memahami hakekat kehilangan.

Iya, saya berusaha sekuat mungkin melewati semuanya. Menghapus setiap tangisan yang jatuh karena merindukanmu. Yah, merindu adalah perasaan yang luar biasa. Apalagi kita tak punya kuasa untuk bertemu, melihat wajahnya, dan lagi tak bisa mendengar suaranya. Bukan tidak bisa. Namun, hukum kemuliaan dan hukum keridhoan ilahi tak mengizinkan saya untuk melakukan semua itu.

Apakah menyiksa? iya, sangat menyiksa menurut saya.

Saya selalu bertanya waktu itu, kapankah ini akan berakhir? Saya berusaha mengisi hari hari itu dengan kesibukan yang melelahkan. Andai kamu tau itu. Saya kuliah. Saya bekerja. Saya berorganisasi. Saya masuk pondok pesantren. Kamu tau betapa melelahkannya hal itu.

Lebih melelahkan ketika sedikit membayangkan dirimu dibelahan bumi yang berbeda. Karir yang bagus. Tiap hari berkumpul dengan orang yang kamu cintai. Menikmati percintaan itu. Yah, kamu bahagia, dan saya tidak Sungguh keadaan yang tidak adil.

Sempat saya berfikir untuk menjadi perempuan jahat yang berteriak didepan wajahmu, "Kamu sungguh jahat. Kamu adalah laki laki jahat yang pernah kutemui, Kamu akan mendapatkan balasan yang sangat sangat menyakitkan daripada yang saya alami selama tujuh tahun lebih ini".

Iya, kamu meninggalkan saya tiba tiba. Tidak ada penjelasan sama sekali. Kamu membiarkan saya mencari semua jawabannya sendiri. Dan, pencarian itu ternyata tidak selesai dalam kurun waktu 7 tahun lebih ini.

Kamu sungguh jahat.

#Semoga kamu membaca tulisan ini
#Untukmu Zaerul

p.s. aku mengeyampingkan sisi kemanusiaan dalam menulis ini,mengeyampingkan bahwa km disana pasti juga sedang menjalani ujian yg berat,ujian hidup yg tentunya tdk aku ketahui di belahan bumi sini. sorry I still love u.