Ruang Luas


Aku katakan pada diriku bahwa aku ingin menjadi rumah untuk banyak orang.
Rumah yang memiliki ruang-ruang nyaman dan aman. 
Nyaman karena mereka bisa datang dan bercerita tanpa ada ketakutan akan penilaian.
Aman karena rahasia mereka tak akan tersebar kemana-mana.

Ku ingin rumahku tetap luas.
Ku ingin hatiku tetap lembut.

Keren


Kulihat suami teman-temanku keren-keren.
Aku juga ingin punya suami keren.

Yang sholih.
Yang cerdas.
Yang kerjaannya bonafit.
Yang bertanggung jawab dan penyayang.

Semoga. 

Pelajaran dari Menolak Seseorang


Beberapa hari yang lalu ada yang menawariku seorang laki-laki. 
Kulihat sekilas profile tentang dirinya.

Tanpa perlu melihat dengan jelas, hatiku mengatakan tidak. 

Aku mengatakan "Mohon maaf, mboten dulu."

Dia tanya kenapa.

Aku berkata tanpa tading aling-aling "Karena latar belakang pendidikannya, latar belakang pekerjaannya, dan status pernikahannya."

Glek.
Ada rasa menyesal aku mengatakan itu. 
Terlalu berbahaya. 
Terlalu tidak sopan.
Tidak beradab. 

Ilmu pembawaaan diriku ternyata belum bermanfaat. 
Ilmu berfikir dulu sebelum berucap ternyata belum betul-betul kumengerti. 

Seharusnya ketika ditanya kenapa ga mau sama itu, aku hanya menjawab "Ga tau, kayaknya ga sreg aja." Titik. Gitu aja.

Biarlah alasan utama itu menjadi rahasia.
Rahasia antara diriku dan yang mempunyai hatiku. 



Solo, 24 September 2021

Hujan dan Rindu


Tadi malam hujan deras.
Sangat ingin melihatmu dan memelukmu.
Tapi kamu tak ada. Entah di mana.

Akhirnya aku pun tidur cepat.
Ingin melupakan keinginan itu. 




Klaten, 23 September 2021

Hanya Sekedar Melihat Rumahmu

 


Sejak kau menutup pintu dan mengusirku pergi, ya aku memang benar-benar pergi. 

Aku tak muncul lagi di depanmu. 

Tapi, terkadang aku mendekati komplek rumahmu. 

Melihat rumahmu dari kejauhan. 

Melihat apakah kamu di rumah atau sedang pergi. 

Itu saja. 

Dan aku berjanji tidak akan menyapa ataupun menampakkan diriku dihadapanmu. 


Aku berharap aku tidak lagi melakukan itu lagi. 

Tapi butuh proses bukan?

Pelan-pelan. 


Pagi yang Diselimuti Kabut

Unta yang diciptakan
Langit yang ditinggikan
Bumi yang dihamparkan
Gunung yang ditegakkan

Hujan yang diturunkan
Kabut yang diselimutkan
Dan manusia yang diciptakan berpasang-pasangan

Apakah kamu masih tidak yakin akan keagungan-Nya?


Bentuk Lain Pertolongan Allah

Ahad, 12 September 2021

Tadi pagi pas kajiannya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikir, ada yang bertanya kurang lebih seperti ini.

"Ustadz, sepertinya saya sedang depresi berat karena suatu hal. Sudah 9 bulan saya berdoa, solat tahajud, solat taubat, solat hajat, solat dhuha, berdoa setelah asar di hari Jumat, berdoa diantara adzan dan iqomah, sedekah, berdzikir, beristighfar. Namun seakan-akan petolongan Allah itu tidak kunjung tiba. Seolah-olah Allah itu menutup pintunya bagi saya. Bagaimana itu Ustadz?".

Aku yang mendengarnya merasa senasib dengan si penannya. 

Lalu, apa jawaban Ustadz?
Sungguh aku ga mengira jawaban Ustadz akan begitu menenangkan dan begitu membesarkan hati.

"Kadang kala kita berfikir bahwa bentuk pertolongan Allah dengan satu sisi saja. Selesai masalah berarti pertolongan Allah datang. Bukan. Bukan itu. Coba perhatikan apa yang sudah dilakukan si penannya ini. Selama 9 bulan sudah beribadah tiada henti-hentinya. Itu adalah bentuk pertolongan Allah. 
Ada seorang Ustadz yang sudah amat tua. Beliau sekarang sakit, dan kalau solat saja maksimalnya hanya dengan duduk. Si Ustadz ini, hafidhatullah, cita-citanya hanyalah agar Allah mampukan ia untuk bisa sujud kembali. MasyaAllah. Jadi seperti itulah pertolongan Allah. Dimudahkan untuk beribadah adalah bentuk pertolongan Allah."

Aku pun tunduk. 
Teringat beberapa waktu lalu, di hari yang sama hatiku hancur, disitu aku lolos seleksi beasiswa menghafal Al Qur'an.

Alhamdulillah tsumma alhamdulilah.

Cilok Ternikmat di Solo (Bukan Review)

Aku adalah orang sederhana. 
Makanan kesukaanku pun juga sederhana.

Jika dapat bonus atau gaji lebih, bukan Korean ataupun Japanase Food yang kutuju. Cukup Cilok menjadi perayaannya.

Sungguh, aku sangat suka cilok. Beberapa pedagang cilok di Solo sudah kudatangi. Dan yang paling special adalah Cilok di depan PKU Muhammadiyah yang seberangnya ada Superindonya. Pedagangnya aseli dari Sunda sana. Pake motor Honda Supra. Dulu yang jual Bapak-bapak, sekarang diganti sama Mamang-mamang.

Kemarin, Jumat sore, entah kenapa setelah pulang kerja aku sangat ingin beli cilok. Baru pertama kali itu pulang kerja nyempetin beli cilok. Syukurlah pedagangnya masih ada. Dan betapa kagetnya ketika melihat ciloknya sudah mau habis. Bahkan stoknya juga dah habis. Tinggal di dandang-nya aja.

Aku antrian keempat. Saat sudah giliranku dilayani, aku menyapa mamangnya. 

"Udah mau habis ya Mas ciloknya", tanyaku.

"Alhamdulilah, Teh". Jawab beliau.

Adem dengernya. Jawabannya sederhana, dengan suara lemah lembut, dan seperti keluar dari hati yang sangat bersyukur. 

Dari situ aku ingin belajar dari Mamangnya untuk senantiasa mengucapkan hamdalah. 

The Story of Healing in 2021

Sudah sepekan, Alhamdulilah. Bisa kukatakan bahwa aku sudah sembuh. Aku sudah tidak menangis lagi. Hatiku sudah tidak merasa sakit. Aku sudah bisa berdiri tegak, tertawa, dan bekerja kembali. 
Foto di atas adalah foto pertama kalinya aku tersenyum dan dadaku sudah mulai ringan. Awalnya aku merasa melangkah saja berat. Energiku benar-benar habis. Puncak-puncaknya adalah tanggal 2-5 September 2021. Jika sendiri, aku langsung teringat dia. Langsung nangis dan merasa tak berdaya. Tidak sama sekali berani untuk melihat handphone, sebab kalau menyentuhnya aku hanya akan teringat dia. 

Qadarullah dia mengabari kalau tidak melanjutkan proses denganku (tidak ke jenjang khitbah) di hari Kamis. Ketika aku masih di kantor. Sontak air mataku jatuh, tak mau berhenti. Sudah kucoba bendung, tetapi arus itu terlalu kuat. Mungkin hatiku di dalam sana benar-benar hancur. Impian yang sudah dirancang pecah, berserakan. In the next day masih seperti itu. Aku belum bisa untuk berbicara kepada orang. Pasti mereka akan menanyakan ada apa denganku karena melihat mataku benar-benar menunjukkan kesedihan. Akhirnya kuputuskan untuk pamit pulang lebih awal. Aku memberikan ruang kepada hatiku untuk menangis sepuas-puasnya. Aku memberikan ruang kesedihan itu selebar-lebarnya.

Well, di rumah, di luar kamar, aku harus berjuang agar tidak ada yang melihatku menangis. Aku sibukkan diriku. Aku bantu Ibu. Aku bantu Bapak. Bahkan aku ikut Bapak pergi agar fikiranku jalan.

Aku pergi ke rumah Kakakku. Karena Kakakku adalah orang yang lucu dan suka bercerita, aku yakin kalau bersamanya aku akan banyak terhibur. Di rumahnya, aku diajak jalan-jalan. Aku banyak melihat pemandangan alam disana. 
Nature does heals.
Lalu, setelah pulang dari rumah Kakakku, aku bertemu dengan anak-anak di Rumah Baca Matahari. Mereka hari itu semangat belajar. Perhatianku pun terfokuskan sama mereka. 

Alhamdulilah juga aku sedang dalam masa ikut beasiswa hafalan Al Qur'an. Oh ya, saat sedang healing gitu tu, tiap kali baca Qur'an dan solat itu, air matanya tu langsung mengucur deras juga. Mungkin ngedetox kali ya. Al Qur'an benar-benar penyembuh. Tiap hari aku harus menghafal, murajaah, dan setor hafalan. Benar-benar sibuk.

Day by day, aku merasa tidak terpuruk, melainkan merasa ada kemajuan. Sampai hari ini aku merasa normal kembali. Aku sudah berani untuk sendiri lagi.
Sekarang, luka itu sudah mengering. Hatiku sudah damai. Dan aku berani untuk menceritakannya. Ya, aku akan menceritanya di blogku ini. Sebab, dia bukanlah orang yang bisa dicari di mesin pencari. Suatu saat jika ada yang mencari tentangnya, semoga postingan ini membantu.

Siapakah dia?
Well, oke. Akan aku ceritakan padamu tentangnya. Namanya adalah Andri Bangun Raharjo. Aku sangat menyukai namanya. Di awal aku memanggilnya Andri, namun di akhir-akhir aku memanggilnya Mas Andri.

Dia memakai kacamata. Tubuhnya besar.  Kulitnya putih. Rambutnya lurus dan hitam. 

Aku bisa mengatakan bahwa dia adalah lelaki yang pintar. Dia lulusan dari sekolah-sekolah terbaik. SD Barenglor, SMP 3 Klaten, SMA 1 Klaten, UGM, dan Universitas Brawijaya. Oh iya, dia jurusan IT. Pernah dulu masuk Teknik Kimia di ITS, tapi tidak direstui oleh Bapaknya.

Dia cuek. Super introvert. Tidak pandai bergaul. Aneh. Tidak suka mengumbar kehidupan pribadinya di media sosial. Pendiam. Culun. Jarang marah. Tidak empati. Tidak peka.

Dia berasal dari keluarga terpandang. Rumahnya bagus. Dia nomor dua dari tiga bersaudara. Kakak dan adiknya lumayan sukses. Dia yang agaknya kurang beruntung (saat itu). 

Aku pernah datang ke rumahnya dan bertemu orang tuanya. Sungguh aku ingin masuk di keluarga mereka. Bapak Ibunya berpendidikan. Cara ngomong mereka enak. Menentramkan. Aku merasa disayang sama mereka.

Lalu, kenapa harus berakhir?
I don't know. Dia hanya bilang "You deserve better."

Are you really OK right now?
Definetaly. Aku belajar banyak tentang hati yang ridho dalam proses ini. Bahwa sebegitu inginnya aku untuk bersama dia, namun jika hatinya tidak ditakdirkan untukku, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin aku memaksa, aku merasa semakin sakit.
Menerima dan melepaskan. Itu yang kupilih.

Begitu kira-kira yang aku tau sedikit tentang Andri Bangun Raharjo (red Mas Andri).

Doaku untuknya adalah semoga Allah senantiasa memperbaiki keimananya akan Allah dari hari ke hari sampai saat tutup usia nanti sehingga dia akan menjadi seoarang hamba yang sangat dekat dengan Rabbnya. Aamiin.


P.S.
Ini adalah fotoku saat air mataku ga bisa kubendung. Foto ini menjadi pengingat bahwa biidznillah aku sudah berhasil melalui masa-masa sulit itu dengan baik. Alhamdulilah. Terima kasih, Tami. 

2 September 2021

Hari ini kita berpisah. 

Dia memutuskan untuk sudah. 


Dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. 


Aku yang mulai menerimanya, 

namun dia mulai menutup hatinya. 


La haula wa la quwwata illa billah.

Save Your Tears (Backsound Situasi Saat Ini :D)

I saw you dancing in a crowded room
You  look so happy when I'm not with you
But then you saw me, caught you by surprise
A single teardrop falling from your eye

I don't know why I run away
I'll make you cry when I run away
 
You could've asked me why I broke your heart
You could've told me that you fell apart
But you walked past me like I wasn't there
And just pretended like you didn't care

I don't know why I run away
I'll make you cry when I run away
 
Take me back cause I wanna stay
Save your tears for another day
Save your tears for another day
 
So I made you think that I would always stay
I said some things that I should never say
Yeah, I broke your heart like someone did to mine
And now you won't love me for a second time
 
Girl, take me back cause I wanna stay
Save your tears for another
I realize that I'm much too late
And you deserve someone better
Save your tears for another day

Halu City Car

 


You know, jadi akhir Agustus (sekaligus akhir Muharram) ini aku merasa fisikku sedang sakit. 

Pusing. Batuk. Lemas. Kadang badan juga panas. Yang paling ga menggenakkan adalah otot punggungku nyekrekel kata orang Jawa. Itu pertanda kalau kita sedang mikir berat, ruwet, dan stress.

Maklum, kata Ibu. Aku kan selama ini ngglajo dari Klaten-Solo menggunakan motor. Badan setiap hari tersapu angin.


Lalu, aku pun mulai halu tentang moda transportasi yang kugunakan. 


Dalam waktu dekat ini, lima tahun ke depan, sepertinya ga mungkin kalau aku membeli city car secara mandiri. Paling ga kan butuh uang 80 jutaan. Uang dari mana kan yak. Kalau nunggu suami kaya, ya nek kaya. Ataupun kalau si doi punya mobil, ya pasti buat kerja dia sendiri. So, jalan suami kaya kayaknya kurang masuk akal. 

 

Aha!

Gini aja. Siapa tau ada horang kaya raya yang mobilnya turah-turah di rumahnya. Terus ia mengenalku. Nah, si horang kaya ini ceritanya mau ada kerjaan di luar negeri dalam jangka waktu lama. Terus si horang kaya ini bingung gimana ngerawat mobilnya itu. Lalu kepikiran untuk memanfaatkan mobil tersebut dalam jalan kebaikan. 

 

Terseliplah aku dalam fikirannya. "Oh iya ya, Tami kan selama ini nglaju dari Klaten-Solo. Kasihan juga itu anak naik motor tiap hari. Mana gajinya kecil, suami belum punya. Sungguh malang nasib anak itu. Ini mobil yang kecil tak suruh pake dia aja. Nanti pajaknya aku. Biaya service aku. Tapi kalau ada kerusakan semisal cat, Tami harus bertanggung jawab. Bensin juga dibebankan kepada Tami." Gitu kira-kira pikiran horang kaya tersebut. 

 

Hahaha. Apa ya ada ya orang yang sebaik gitu di dunia ini?