Cilok Ternikmat di Solo (Bukan Review)

Aku adalah orang sederhana. 
Makanan kesukaanku pun juga sederhana.

Jika dapat bonus atau gaji lebih, bukan Korean ataupun Japanase Food yang kutuju. Cukup Cilok menjadi perayaannya.

Sungguh, aku sangat suka cilok. Beberapa pedagang cilok di Solo sudah kudatangi. Dan yang paling special adalah Cilok di depan PKU Muhammadiyah yang seberangnya ada Superindonya. Pedagangnya aseli dari Sunda sana. Pake motor Honda Supra. Dulu yang jual Bapak-bapak, sekarang diganti sama Mamang-mamang.

Kemarin, Jumat sore, entah kenapa setelah pulang kerja aku sangat ingin beli cilok. Baru pertama kali itu pulang kerja nyempetin beli cilok. Syukurlah pedagangnya masih ada. Dan betapa kagetnya ketika melihat ciloknya sudah mau habis. Bahkan stoknya juga dah habis. Tinggal di dandang-nya aja.

Aku antrian keempat. Saat sudah giliranku dilayani, aku menyapa mamangnya. 

"Udah mau habis ya Mas ciloknya", tanyaku.

"Alhamdulilah, Teh". Jawab beliau.

Adem dengernya. Jawabannya sederhana, dengan suara lemah lembut, dan seperti keluar dari hati yang sangat bersyukur. 

Dari situ aku ingin belajar dari Mamangnya untuk senantiasa mengucapkan hamdalah. 

Be First to Post Comment !
Posting Komentar