Non-Verbal Communication is Sometimes Warmer than Verbal Communication

Tadi aku pulang kerja sore. Biasanya kalau pulang, langit udah gelap, sekarang masih terang.

Aku menikmati perjalanan pulang sore tadi. Tidak tergesa-gesa. Tidak salip sana-salip sini. Bahkan ketika ada yang meminta jalan, maka aku persilahkan.

Tidak seperti biasanya. Sore tadi yang meminta jalan untuk menyebarang adalah seorang pemuda dengan sepeda ontelnya. Padahal jalanan padat. Tapi ia tetap saja permisi lewat. Kayuhannya kuat. Maka aku berhenti untuk mempersilahkannya lewat.

He looked so cool. Why? Bukan penampilannya. Tapi tentang sopan santunya. Cara dia berterima kasih karena diberikan jalan adalah dengan meletakkan tangannya disamping kakinya, lalu memberikan acungan jempol.

"Bagus. Terima kasih." Mungkin itu maknanya.

Aku terenyuh. Amat elegance sekali caranya berterima kasih. Tidak dengan melambaikan tangannya tinggi-tinggi, tapi dengan sederhana, apa adanya, dan mengena. 

Lalu seketika pula aku ingat tentang pelajaran kuliah waktu dulu. Seoarang dosen menjelaskan tentang non-verbal communication. 

Non-verbal communication adalah proses menyampaikan dan menerima pesan dengan tanpa suara, intonasi, kata-kata ataupun tulisam, melainkan dengan gerak-gerik tubuh kita, ekspresi wajah, ataupun badan kita.

Ya, orang yang bersepeda tadi adalah salah satu contoh orang yang sedang  melakukan non-verbal communication.

And you know what, entah kenapa, non-verbal communication itu kadang dirasa lebih dan hangat.

Titik Damai

Di titik ini, aku merasa saangat damai.
Alhamdulilah. 


Rekomendasi Penginapan Nyaman di Selo, Boyolali (D'Highland dan Omah Kita)

Setelah sepekan yang melelahkan, memang perlu kiranya untuk pergi ke suatu tempat yang quite far away  (but not too far) and quite quiet. Salah satu lokasi yang cocok untuk dikunjungi adalah Selo, Boyolali. Selo ini terletak antara Magelang dan Solo, lebih tepatnya adalah di lereng Gunung Merbabu. Bisa kamu bayangkan kan how calm it is. Sejuk, dingin, tenang. Sangat cocok untuk healing. Nah, jika kamu pengen menginap disana, nih ada dua penginapan yang oke banget untuk dikunjungi. Kubilang oke karena tempat mereka strategis. Dekat dengan apapun yang lagi nge-hits di Selo. 


1. D'Highland 

Kayaknya nih diantara beberapa penginapan di Selo, penginapan ini yang ter-paling. Ada glampingnya, ada villanya (yang satu rumah gitu, namanya Garden Hills), dan ada restorannya. Sayang sekali pas aku berencana menginap disana, semuanya full-booked. Akhirnya cuma bisa dateng ke restorannya aja yang namanya Kadung Tresno Kopi

Di D'Highland ini yang sering laku itu ini, Glampingnya. Cukup murah kawan, cukup 350k untuk dua orang. Fasilitasnya juga lengkap. Jika nambah satu orang, maka kena charge 100k. 





Oh ya, karena aku ga nginap sana, aku mau cerita aja soal restonya ya. Aku kesana itu sore hari dimana kabutya pada turun. Dingin, enak, tapi ruameeeny pool. Aku kudu ngantri agar bisa dapet tempat duduk. Tempat yang jadi favorit itu di rooftopnya karena mountain view. Look at my pictures below. 


Nah, kalau soal rasa sih jangan terlalu expect ya. Karena kan disini emang yang dicari bukan memanjakan lidah melainkan pemandangannya. Aku marasa biasa aja soal makanannya. Pas disana aku pesen rice bowl dan matcha. Enak sih matcha-nya, tapi rice bowl-nya blas ga ada rasa. 


Harganya pun ga terlalu mahal. Cocok untuk kalangan menengah ke bawah. 

Jelas ga? Ga jelas ya? Kkwkww. Oke. Jadi, harga minumannya itu kisaran 20-35k. Kalau makanannya start from 15K begitu. Satu orang minimal kalau ke sana itu ngeluarin 50k. Itu belum termasuk service tax-nya ya. 

Well gitu yang bisa aku share tentang D'Highland. Sekarang mau pindah ke Omah Kita. 

2. Omah Kita

Nah, waktu dikabari sama adminya D'Highland kalau kamarnya sudah habis, langsung kutanya tempat penginapan di dekat situ. Adminya baik, lalu ngasih rekomendasi di Omah Kita. Ya Allah, alhamdulilah masih ada kamar kosong di Omah Kita. 


Omah Kita ini letaknya cuma beberapa meter aja dari D'highland. Mungkin hanya sekitar 150 meter. Cukup dengan jalan kaki. Seneng kan. 


Tapi emang di Omah Kita harganya lebih mahal sih. Ada beberapa kamar disini. 


Aku nginep di kamar Bougenvile. Harganya 400K. Karena aku bertiga, maka nambah uang 100k (tanpa extra bed, kalau pake extra bed, tambah 50k). 

Kamarnya luas. Kasurnya gede dan emput. Kamar mandinya bersih. Ada air hangatnya. Nyaman deh pokonya. Aku yang kesana habis pulang kerja, langsung merasa lelah hilang pas merebahkan punggungku kesana. 

Ada kursi dan mejanya.

Ada coffee set, tea set, amnesties, dan air mineral.

Penampakan luarnya.

Tempat buat nyantai.

Restonya

Restonya

Begitu dulu review dan rekomendasi dari aku ya. Jaga hati, jaga diri. Jangan sedih berkepanjangan. Selamat berlibur. Semoga tulisan ini bermanfaat.






Kebiasaan Menyalahkan Orang Lain

Aku bekerja di sebuah institusi, an old institution. And old mind, as well. Karena ditempatku budaya saling bersaing itu masih kental terasa. Sebagai sebuah perusahaan, bukan bersinergi, melainkan ingin terlihat paling baik sendiri di tiap bagian, divisi, ataupun departemen. 


Menurutku, budaya bersaing yang masih menempel itu membawa kebiasaan untuk saling menyalahkan orang lain. Jika sedang ada masalah menerpa, maka pembicaraan itu cenderung mencari kambing hitam. Bahagia gitu kayaknya kalau melihat orang lain yang menjadi pihak yang tersalahkan. Mengutuki kegelapan, bukan menyalakan harapan. Bikin suasana negatif makin negatif kan? 


Padahal they are part of us. Jika ada bagian dari diri kita yang buruk misalnya, apakah kita akan membuatnya terpuruk? Gak kan. Menurutku lagi, mereka yang suka menyalahkan orang lain secara terang-terangan dan verbal adalah mereka yang tidak dewasa. 

Silent Days


Beberapa hari ke depan aku akan diam.
Sebab dengan diam aku merasa tenang.

Aku ingin hanya berdua dengan Yang Maha Kuasa. 
Merayu-rayu untuk mendapat cinta-Nya.


Pernikahan Sahabatku, Mariana Suci Swastika


Hanya ada 9 orang sahabat yang aku sebut-sebut namanya dalam doaku, dan salah satunya adalah dia, Mariana Suci Swastika.

Aku mengenalnya sudah lama, sejak tahun 2008. Sempet minder sebenernya berteman sama dia, tapi lama kelamaan rasa minder itu hilang. 

Alhamdulilah, terima kasih kepada Allah karena sudah menjadikanya sebagai sahabat dekatku. Semoga Allah jaga persahabatan ini.

Ahad, 17 Oktober 2021 adalah hari yang bersejarah. Seoarang laki-laki sholih nan bertanggung-jawab datang untuk menjadi imam baginya.

Alhamdulilah tsumma alhamdulilah. 

Barakallahulaka wabaraka alaika wajama bi khoir. Semoga Allah limpahkan keberkahan yang banyak untuk Mariana dan keluarganya sekarang. Semoga Allah selalu jaga, lindungi, dan rahmati Mariana dan suaminya serta keluarganya. Aamiin.

Dan aku bersyukur bisa menyaksikan seluruh proses akad nikah, Mariana. Ternyata dilibatkan dan dianggap ada itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri di hati.

Oh ya dan satu lagi, aku juga bersyukur karena sudah diperkenalkan dengan keluarga baru, temen-temen Mariana yang di Jakarta. 

MasyaAllah tabarakallah.

Memulai (lagi) untuk Menulis Gratitude Box

Bismillahirrahmaniirahim. 

Hari ini aku mulai lagi untuk menulis kebiasaan positif yang sudah lama aku tinggalkan, yakni menulis gratitude box. Dulu aku biasanya menulisnya ketika akan memulai pekerjaan di kantor. Aku nyalain komputer, menghadirkan kesadaran, menilik jiwa apa yang dirasakan, mengingat kejadian-kejadian, menuliskannya, dan mencetaknya. Lalu, aku gulung-gulung dan aku ikat. Kumasukkan ke dalam kotak yang aku labeli "Gratitude Box" yang kuletakkan di depan meja kerjaku. 


Hari ini hari Jumat. Tepatnya jam 6.24 AM. Biasanya jam segini aku masih berjalan ke tempat kerja. Namun, hari ini berbeda. Tadi malem aku dapat surat ijin dokter untuk tidak masuk kerja selama sehari lantaran aku dinyatakan sakit (batuk menggigil yang ga mau berhenti-henti). Rasanya seumur-umur aku belum pernah dapat surat ijin dokter euy. Aku syukuri. Karena dengan begini, aku lebih merasa slow down. Tidak dikejar-kejar target. Tidak merasa habis ini harus ngerjain ini. Makanya kan aku bisa menulis ini, dan tadi malem aku bisa membaca buku dengan lebih khusyuk. 


Meskipun dinyatakan sakit, aku masih bersyukur. Aku ga pusing, ga demam, ga mual, sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasanya. 


Hari ini aku juga bersyukur karena orang tua saya masih sehat, dan bisa berkativitas seperti biasanya. Aku masih punya rumah untuk tempat tinggal, dengan isi yang bisa dikatakan sudah cukup lengkap. 


Tak lupa yang paling penting adalah hari ini aku masih dalam keadaan Islam, dan masih ada keinginan untuk memperbaiki hidup. Aku bertekad dan memohon kepada Allah untuk diberikan kemauan dan keyakinan yang kuat, terutama dalam hal menikah. 


Dan yang terakhir, aku bersyukur karena merasa diberikan petunjuk untuk membangun koneksi jiwa kepada dia, jodohku, yang keberadaanya ada namun belum berjumpa. Semoga istiqomah untuk mendoakannya, dan istiqomah merasakan bahwa dia benar-benar ada. 



Klaten, 15 Oktober 2022

Karena Aku Tidak Kaya


Tadi sore, temenku telpon. Dia mengabari kalau mau khitbah sekaligus lamaran. Dia bilang, tak apa kalau calon suaminya ga kaya, karena ia sudah kaya. 

Kalau aku mungkin kebalikan, semoga suamiku kaya dan mau bekerja, karena aku tidak begitu kaya.

Ya Rabb, ampuni hamba. Jaga jodoh hamba. Lindungi dia. Sayangi dia. Perbaikilah kehidupan dunia dan akhiratnya. 

Wisata ke Embung Manajer, Selo, Boyolali : Jalannya Bagaimana dan Ada Apa Disana


Awal Oktober 2021, aku pergi ke Embung Manajer, Selo Boyolali. Aku berangkat dari Solo hari Sabtu siang, dan menginap di sana semalam. Meskipun Solo dan Boyolali dekat, namun nyatanya wisata ke Selo belum pernah kujajal sama sekali. Dulu mungkin memang ga banyak pilihan tempat wisata makanya ga kesana, namun kali ini tentu sudah berbeda. 


Perjalanan dari Solo sampai ke Selo membutuhkan waktu sekitar 1 jam 15 menit. Kok cepet? Ya ngebut tentunya. Pake motor aku. Belum berani kalau pakai mobil. Dari Solo (area Sriwedari) jam 12 siang, sampai penginapan Omah Kita jam 13.20 (karena mampir Alfamart di Pasar Cepogo beli camilan) dengan kecepatan rata-rata 90km/jam. Oh ya, aku ini termasuk orang yang cemasnya maksimal sama jalan di pegunungan. Beberapa hari sebelum perjalanan sudah cek sana-sini bagaiman medan jalan menuju kesana, betapa kemiringan dan menanjaknya. Motorku motor beat buatan tahun 2014. Jadi, perjalanannya sungguh aman. Tak ada ngeden-ngedennya sama sekali. Lancar tanpa beban (karena memang sendirian dan tak boncengan). 




Cuaca waktu itu panas, dan badan masih sangat lelah. Jadi diputuskan untuk ke Embung Manajer pagi harinya. Dan ternyata dekat sekali penginapanku dengan Embung Manajer. Jalan kaki cuma 15 menit, dan aku pakai motor dan cuma 5 menit paling. 


Jalan mau masuk ke Embung Manajer rada ngeri sih Kak. Jadi dari jalan utama itu, belokannya ga keliatan. Ga dibuat gapura khusus atau papan nama begitu. Tapi Google Map sangat tepat dan fully
help. Jalan ke Embung Manajer amat curam, dan hanya jalan setapak. Tentu mobil tak muat. Kalau pakai motor, kalau boncenganpun, mendingan jangan. Kalau sendiri masih okelah naiknya. Tikungan tajam dan menanjak bakal ditemui selama menuju Embung ini. Kalau tidak yakin bisa, nanti akan ada jasa ojek di bawah. Harganya 10k. Oh ya, HTMnya cuma 5k. 



Kalau aku naiknya kuat, alhamdulilah. Asal hati tenang, semua bisa terkendali. Naaaamuuuuun, turunya aku udah ga punya nyali. Lebih berbahaya turunan kan ya daripada jalan naik. So, aku minta bantuan ojek untuk nganter sampai bawah. Idep-idep juga ngasih rejeki ke orang. 

Nah tadi itu untuk jalannya. Lalu sekarang disana bisa ngapain aja?

1. Menikmati alam dan Photo-Photo

Jelas lah ini. Datanglah pagi-pagi, niscaya udara masih sangat sejuk dan segar. Kamu akan disuguhi dengan pemandangan Gunung Merbabu yang amat jelas. Pastinya juga bisa foto-foto dengan background yang sangat ciamik. 

Melamun


Bersyukur




Curhat-curhatan

2. Camping

Yup. Sekarang kan lagi pada suka camping kan yak. Disana itu ada spot untuk camping. Bayarnya cuma 15k per orang. Banyak keluarga-keluarga gitu yang ngecamp bareng. Banyak anak kecil juga. 


Yang tempat camping itu di atas

Kulihat kemarin di sana ada toilet. Tapi aku tak melihat apakah bagus apa enggak ya. Di sana juga ada yang orang jualan, namun sayangnya jualannya ga lengkap. Aku cari gorengan dan mendoan kagak ada. Akhirnya cuma beli sempol yang rasanya bukan sempol dan air mineral aja. 


Well, cukup sekian cerita dari aku ya. Tempat ini recommended banget lah ya untuk kalian yang pengen short escape dan healing. Semoga bermanfaat.