Non-Verbal Communication is Sometimes Warmer than Verbal Communication

Tadi aku pulang kerja sore. Biasanya kalau pulang, langit udah gelap, sekarang masih terang.

Aku menikmati perjalanan pulang sore tadi. Tidak tergesa-gesa. Tidak salip sana-salip sini. Bahkan ketika ada yang meminta jalan, maka aku persilahkan.

Tidak seperti biasanya. Sore tadi yang meminta jalan untuk menyebarang adalah seorang pemuda dengan sepeda ontelnya. Padahal jalanan padat. Tapi ia tetap saja permisi lewat. Kayuhannya kuat. Maka aku berhenti untuk mempersilahkannya lewat.

He looked so cool. Why? Bukan penampilannya. Tapi tentang sopan santunya. Cara dia berterima kasih karena diberikan jalan adalah dengan meletakkan tangannya disamping kakinya, lalu memberikan acungan jempol.

"Bagus. Terima kasih." Mungkin itu maknanya.

Aku terenyuh. Amat elegance sekali caranya berterima kasih. Tidak dengan melambaikan tangannya tinggi-tinggi, tapi dengan sederhana, apa adanya, dan mengena. 

Lalu seketika pula aku ingat tentang pelajaran kuliah waktu dulu. Seoarang dosen menjelaskan tentang non-verbal communication. 

Non-verbal communication adalah proses menyampaikan dan menerima pesan dengan tanpa suara, intonasi, kata-kata ataupun tulisam, melainkan dengan gerak-gerik tubuh kita, ekspresi wajah, ataupun badan kita.

Ya, orang yang bersepeda tadi adalah salah satu contoh orang yang sedang  melakukan non-verbal communication.

And you know what, entah kenapa, non-verbal communication itu kadang dirasa lebih dan hangat.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar