Cry

 

Sometimes I cry for no reason.

Ketakutan Corona


Pas awal kasus corona, aku paranoid akut.
Lalu memudar seiring waktu. Sudah berani pergi kemana-mana. Tidak menyemprot disenfektan secara rutin. Tidak menggunakan handsanitizer secara sering.


Waktu bergulir. Tiba-tiba, teman satu kantorku ada yang terkena. Satu orang awalnya. Bertambah hingga sekarang lima. 🥺🥺🥺


Tiap malam, aku selalu mimpi yang ga enak. Selalu tentang corona. Tidak tenang. 


Aku masih mencari-cari cara gimana seharusnya aku bersikap dalam menghadapi situasi ini.

Senyum Taat


Ga cuma satu orang doank yang bilang kalau mukaku itu serem. Bentuk wajahku sangar dan garang. Hingga, belum apa-apa, orang-orang pada takut untuk mendekat.  


Setelah kulihat-lihat di cermin, aku pun ternganga melihat wajahku sendiri. Benar juga. Jutek maksimal. Serem tingkat akut. Garang, ga ada ramah-ramahnya sama sekali. 


And then aku berfikir. Begitukah seoarang muslim? Wajah yg mengerikan instead of wajah yang teduh?


Aku ingin berubah perlahan-lahan untuk memperbaikinya. Aku ingin menjadi seorang muslim dengan wajah yang teduh dan gembira. 


Bukanlah memperlihatkan wajah gembira kepada saudara seiman juga bentuk taat? Bukankah senyum adalah akhlak yang diajarkan oleh Rasul kita?


Maka, dengan memohon pertolonganNya, aku ingin menjadi seseorang yang mudah tersenyum.






Kejarlah Apa yang Kamu Butuhkan

 



Kata Ustadz, solusi masalah itu tidak selalu ada pada ronde pertama. Bisa jadi, pada ronde kesembilan atau ronde terakhir, kedua belas. 


Kalau kamu menyerah pada ronde ketiga atau kelima, maka kamu tidak akan pernah selesai pada hal itu.


Keep on your track sampe Allah turunkan pertolonganNya. 


Begitu pula buatmu, Tami. Kamu tidak mendapatinya di malam yang ke 234 atau Jumat yang ke 187. Lalu, kamu sudah merasa letih dan berhenti pada langkahmu. Padahal Dia, bisa jadi. Bisa jadi sudah berjanji akan memberikannya di malam yang ke-247 atau Jumat yang ke-198. 


Jadi Tami, kuatkan kesabaranmu.

Hujan 10 10 2020

 

Aku selalu suka hujan. Genting yang basah. Tanah yang harum. Suara air yang jatuh mengenai daun-daun. Awan yang mendung. Semua itu membuat hatiku tenang dan merasa baik-baik saja. Semua itu membuatku merasa Dia memelukku dan mengelus kepalaku.

Setiap Hari Adalah Misteri

Aku dan kamu belum pernah mengalami hari ini, bukan? Semua kita adalah seseorang yang baru di hari baru. Hari baru adalah kertas putih yang siap untuk kita isi.


Dan inilah hariku dengan masih dalam tantang Smile Anytime 🤗.


Bangun jam 3. Minum kopi. Solat. Lalu mengaji dan membaca arti. Happy. Mengaji di jam-jam segitu itu melegakan.

Senam di pagi hari. Si Instrukturnya suruh kita senyum terus meskipun excercisenya berat 😌




Berangkat kerja. Senyum dulu biar smooth 🤪




Bersyukur masih punya kesibukan kan 🥰

Hati tetap tenang meskipun negara api menyerang. Temen satu ruangan kena Covid. 

Smile Whatever Happens

Karena melihat wajah yang semakin menua, aku jadi berfikir untuk bikin suatu aksi 😎


Hmmm, aku namakan aksi kali ini adalah Smile Anytime. Jadi, aku akan memswafoto diriku minimal tiga kali sehari dalam keadaan senyum. Lalu aku akan menguploadnya disini dan disetiap foto akan aku sisipkan cerita di balik foto senyum itu.

Senyum paling pagi. Rasanya masih agak berat untuk memulai bekerja. Hatinya masih mendongkol karena kerjaan salah melulu. SOPnya ga dijelasin di awal secara detail. Tapi, komitmenya kan harus senyum, yaw dah sih, disenyumin aja. 🤪


Agak siangan menjelang istirahat siang. Alhamdulilah kerjaan diberi kelancaran. Ada ide-ide brilian muncul untuk membetulkan kesalahan perkerjaan. Tapi tiba-tiba di WA suruh melengkapi lagi. Duh duh. Sebelum meledak, hokehlah aku senyum dulu.😌



Kalau ini aku juga lagi sebal karena tetiba dimint Bos buat nyelesaiin pekerjaan teman. Padahal aku lagi semangat-semangatnya ngerjain pekerjaan yang lain.🙄🤗


Begitu cerita senyumku hari ini. Sampai ketemu esok lagi.

Jujur, Berani, dan Tegas

 


Hari Sabtu aku mengantar Ibu kulakan. Adakah yang ga tau makna "kulakan"? 


Kulakan adalah membeli banyak barang dalam jumlah banyak yang tujuannya untuk dijual kembali.


Tempat kulakan friendly  di tempat kami itu, sejauh ini masih didominasi oleh orang-orang Cina. Harganya bersaing jauh. 


Tempat kulakan andalan Ibu adalah di tempat Baba. Entah itu nama sebenarnya apa tidak. Tapi yang jelas semua orang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.


Tidak pernah tidak antri selama beli disana. Pasti antri. Tapi semua pedagang-pedagang kecil rela untuk mengantri berjam-jam. Karena worth it kan. 


Pas ngantri itu, Si Ibu cerita. Pekan lalu ada orang yang datang menemui Baba. Si Ibu tau karena saat itu sedang berjejer dengannya saat antri. Si orang itu menyampaikan kalau dia sedang tidak mempunyai pekerjaan. Dia meminta Baba untuk memberinya pekerjaan.


Baba, seorang yang keliatan amat tenang tapi galaknya minta ampun, mengamati si orang itu dari atas sampai bawah. Baba mungkin sudah banyak tau tentang kehidupan. Baba juga mungkin sudah banyak memahami berbagai jenis manusia. Baba kelihatan ahli. Baba kharismatik, eksentrik, dan superpintar dalam hal berdagang. 


"Ora weh. Aku ora mantep karo kowe."


Tanpa ada kata maaf, dan bermimik ramah. Straight. Jujur. Tegas. Berani. Baba menolak orang itu.


Wiiiiih. Aku terpana dengan kalimat penolakan Baba. Aku tidak pernah berani untuk bersikap seperti itu. Padahal pengen. Sudah jenuh aku bersikap tidak enakan sama orang lain. Sudah lelah aku untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.


Dan aku, hari itu, aku melangitkan doa. Semoga aku bisa meneledani sikap Baba. Jujur, berani, dan tegas.


Tatapan Mata


 

Aku ingin punya tatapan mata yang meneduhkan, menghangatkan, dan memberikan ketenangan yang menghujam untuk orang-orang di sekitarku. 


Selama ini mungkin tatapanku penuh dengan hujatan dan pengekerdilan. Aku tidak ingin seperti itu. Tapi, tatapan mata ini katanya berkata seperti itu.


Sungguh, aku ingin menjadi orang baik. Baik menurutNya dan baik menurut mereka. 

Akhir Bulan

Ketika akhir bulan, dan harapan belum dikabulkan, aku hanya mampu berucap "Oh, bulan ini teranyata belum menjadi bulanku."
 

Pemimpin

Aku butuh pemimpin. Pemimpin seperti apa? Pemimpin yang membuat mataku berbinar, hatiku tenang, dan yakin akan masa depan.

 

Fotoku Hari Ini di Tempat Kerja

 


Fotoku hari ini di tempat kerja. Rasanya ingin dikirimkan ke siapa. Tapi siapa. Tidak ada siapa-siapa. 


Hari ini rasanya ringan. You know why? Karena tadi malam aku dibangunkan sama The Invisible Hand. The Great One. Aku dibangunkan dengan ringan. Jam 2 malam. Lalu, dimudahkan untuk solat dan baca Qur'an. 


Ajaib. Seolah Dia wants to show me one important thing. Kayak lagi ngobrol sama Allah rasanya tu. Kayak dia bener-bener buka mata dan hatiku yang beberapa hari ini rasanya gelap dan berat. 


He said "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak."