Mencintaimu Lagi dan Lagi

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk makan malam dengan dua orang. Yang pertama adalah sepupu jauh, dan yang kedua adalah kawan SMA yang tidak begitu dekat. Layaknya orang yang sedang mengobrol, kami pun membicarakan banyak hal dari berbagai bidang. Dan entah kenapa, pada suatu pokok pembicaraan, mereka berdua mengatakan hal yang hampir sama, yakni, "Tam, Ibukmu itu enak banget lho diajak ngobrol". Dan yang satu menambahkan, "Sering-seringlah kamu curhat sama Ibukmu."

Again, saya lupa mensyukuri nikmat Allah yang diberikan hingga detik ini, yakni seorang Ibuk yang enak untuk mengobrol.

Dalam kesempatan ini, saya flashback kebelakang mengingat beberapa moment obrolan saya dan Ibuk yang mana saya menggarisbawahi kalimat penting yang beliau ucapkan.

1. Uwong kie nek wis dungo suwe, Gusti Allah mesti ngabulke.
Waktu itu, setelah mengantar Ibuk kulakan (belanja untuk menambah barang dagangan), saya mengajak Ibuk untuk makan siang di salah satu warung makan steak di kota Klaten. Sambil makan, kami mengobrol banyak hal. Salah satunya adalah tentang keluhan saya akan jodoh yang tak kunjung datang. Hahahaha. Dan, Ibuk saya spontan menanggapi dengan kalimat di atas. Sederhana tapi ngena euy.

2. Wong urip kie piye carane ben cukup.
Saya waktu itu sedang di kamar di rumah. Saya tidak sengaja mendengar tetangga saya berkomentar tentang aktifitas Ibuk yang berjibun. Dari habis shubuh hingga malam hari tidak terlihat istirahatnya. Kemudian, sambil Ibuk juga sibuk meracik makan malam untuk para ayam, Ibuk merespon dengan ucapan di atas "Orang hidup itu bagaimana usahanya agar bisa mencukupi kebutuhan hidup".

3. Uwong kie meski berubah. Ora mungkin elek terus.
Kalimat itu diucapkan Ibuk beberapa tahun yang lalu ketika saya masih duduk di bangku SMA. Tidak diucapkan kepada saya, namun kepada seorang tamu yang sedang berkunjung dirumah. Saya hanya mendengarnya dari balik kamar saja. Waktu itu si tamu tersebut mengeluhkan tentang perilaku saya yang konon katanya waktu itu sangat nakal dan manja. (Helow, Ibuk saya aja ga sewot situ sewot, hahaha). Dengan santainya Ibuk hanya menanggapi santai dengan kalimat di atas. Dari balik kamar, saya tersentuh dan berdoa semoga kelak saya menjadi orang yang terus menjadi baik hari demi hari.

4. Pokokmen usaha. Mengko nek Gusti Allah ngekei dalan.
Saya lupa waktu itu sedang dalam situasi apa. Namun yang jelas saya ingat sekali Ibuk mengatakan hal di atas diucapkan Ibuk untuk memberikan saya semangat agar tidak pesimis.

5. Wong wedhok kie kudu gelem ngalah dan kalah.
Dalam kehidupan rumah tangga, Ibuk berpesan hal demikian. Meskipun kita benar, dan suami kita salah, jangan menunjukkan bahwa kitalah yang benar. Mengaku salah dan mengalahlah demi sebuah keutuhan kehidupan rumah tangga. Secara tidak langsung, dengan bahasa yang sedikit modern, Ibuk menasihati saya untuk menurunkan ego, bahkan jangan pernah punya ego dihadapan suami.

6. Maem ki diakehi buah karo ijo-ijoan.
Ibuk saya memang sangat memperhatikan masalah gizi anggota keluarganya. Tidak jarang, jika kalian menginap dirumah, pasti menu yang disediakan Ibuk hanyalah sayur-sayuran hijau. Karena memang kami dibiasakan untuk makan banyak sayur. 

Beberapa hal diatas adalah sedikit nasehat yang bisa saya ingat dari Ibuk saya. Dan tidak terasa, hari demi hari saya semakin mencintai Ibuk saya. Hari demi hari saya semakin peduli dengan Ibuk. Semoga Allah selalu menjaganya dan membahagiakanya. Aamiin.


Solo, 17 Januari 2017
Ditulis ketika berangkat ke kantor kepagian.

Ngimpi Ala Ala Gue (Bisnis Catering)

Kalau lagi moodnya bagus, saya itu termasuk orang yang suka bermimpi. Membayangkan apa-apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Beberapa sih menjadi kenyataan, namun kebanyakanya belum kesampaian. Hehe

Kayak yang satu ini nih. Kelak ketika sudah menggenap, saya ingin menjadi stay-at-home mother yang hobinya memasak. Setiap hari saya akan memasak dan mempertajam keterampilan ini. Anak-anak dan suami (kalau mau sih) akan saya bawakan bekal untuk makan siang, dan camilanya sekalian. Di akhir pekan atau ketika saya membuat camilan istimewa, tetangga dekat rumah akan saya bagi. Pada suatu ketika, teman-temanya anak-anak saya, dan teman-temanya suami saya, serta tetangga-tetangga saya ingin sekali makan masakan saya. Kata mereka sih masakan saya enak. Wakakakakaka. Maka, mereka menghubungi saya untuk dibuatkan beberapa bungkus makanan untuk keperluan acara dirumah mereka.

Ngakak boleh kok. Saya pun juga nih. 


Nah, saat ini pun (When I am still single) saya sudah mencicilnya. Saya membuat Homemade Pizza, Pempek Tengiri, dan Cocholate Banana Cake. Homemade Pizza saya bagikan kepada saudara-sauradara saya di rumah, teman mengaji, teman kerja mbak saya, dan teman kantor. Pempek saya bagikan kepada tetangga saya. Chocolate Banana Cake saya bagikan kepada teman kantor saya. Dan hasilnya? Beberapa teman mengaji ingin memesan pizza buatan saya. Ada teman kantor yang ingin pesan cake pisangnya. Hahahaha. Disitu saya merasa bahagia. Namun, karena belum berniat untuk memulai bisnis itu sekarang, maka dengan terpaksa saya menolak beberapa permintaan tersebut.

But last weekend, pas saya pulkam di hari Sabtu, Ibuk saya membeli sayuran banyak sekali. Ibuk bilang kalau ada saudara yang meminta beliau membuatkan nasi box isi Gudangan (Gudangan is a Javanese traditional food made from a mixture of vegetable and seasoning with coconut flavor). Biasanya Ibuk akan menyuruh tetangga untuk membantu meringankan pekerjaanya. Namun kali itu, saya bilang ke Ibuk biar saya aja yang mengerjakan itu pesanan.

Kebetulan (sebenarnya tidak ada yang kebetulan) di kampung sedang banyak hajatan, dan memaksa Ibuk untuk berperan aktif di dalamnya. Disisi lain Ibuk juga tidak bisa menolak tawaran saudara saya yang meminta Ibuk membuatkan nasi box untuk acara ulang tahun dengan budget seminimal mungkin. Maka, saya memanfaatkan itu moment untuk challenge my self. "Buk, ora usah ngangkon uwong kon ngewangi. Tak tandangane dewe isoh", saya mulai bergaya.

Well, saya pun mulai beraksi. Dari menyiapkan kardus, membungkus kecil-kecil Bubuk (Bubuk is soybean sown), merebus telur, merebus sayuran, dan lain-lain. Ibuk memasak nasinya, dan bumbunya.

Jam 11.30 di hari Ahad, semua makanan sudah siap. Jam 12.00 saya mulai untuk mengepack makanan yang mana jam 15.00 sudah harus diantar kerumah saudara. Saya mulai meraciknya dan benar-benar harus teliti membagi makanan sebanyak itu agar pas untuk 70 kardus. Beberapa yang harus saya pertimbangkan adalah nasi seberat 6Kg, sayur kacang rebus, kangkung rebus, kecambah rebus, bumbu kelapa, dan pelas kedelai.

Ketika baru mendapat 40 kardus, kangkung rebus sudah habis. Maka, saya pun merebus kangkung kembali. Dan setelahnya, semuanya pas, tidak ada yang kurang. Malah ada yang sisa sehingga bisa dibagi-bagikan ke tetangga dekat rumah.

Alhamdulilah selesai 30 menit sebelum diantar.

Alhamdulilah. Badan saya pegal semua. Benar kata Ibuk, bisnis catering itu memang bikin capek jika kita tidak punya pegawai.

Namun, bisnis catering itu mengasyikkan. Ada dua hal yang baru saya rasakan. Yang pertama adalah kita bisa membantu mereka yang sedang membutuhkan. Kedua, bisnis catering itu pasti akan menyisakan makanan, dan kita bisa membagi-baginya untuk tetangga kita.

Alhamdulilah. Hari itu saya banyak belajar tentang ilmu memasak. Terimakasih Allah. Terimakasih Ibuk. Terimakasih saudara.


Solo, 14 Januari2016
Ditulis ketika banyak sekali pekerjaan kantor, dan saya sedang tidak mood untuk mengerjakanya.

P.S.
Dan satu lagi, Ibuk saya tidak pernah mempromosikan untuk bisnis catering. Namun, saudara saya sendiri yang meminta Ibuk untuk dibuatkan nasi bungkus. Konon kata saudara saya, masakan Ibuk saya itu enak. Hehehe. (This is what I ever wish).

Memories of Happiness in 2017 (January Series)

 "If your are grateful, I will give you more and more"
(Qur'an 14:7)


1. Able to stay in a cozy dormitory near Kalitan Mosque, Surakarta.
 Picture 1. The Window of My Dormitory's Room
2. Told a story about saving cat to my niece and cousin, Habib and Syifa.
 Picture 2. Syifa in Plaosan Temple

 Picture 3. Habib in Plaosan Temple

3. Had a feeling of hating someone and working hard on how to overcome this.
4.When I wake up in the morning in my new dormitory, I was greeted by very beautiful bird voice, and amazing sunrise.
5. Had a courage to invite friends in my office to join a seminar.
6. Got delicious chocolate from my office friend.
7. Got two pieces of banana fried and a piece of pizza from my office friend when I feel starving. (Without informing him what I feel of course.)
 Picture 4. A Piece of Paparon Pizza

8. Enjoyed sunset after heavy rain all day in the rooftop office.
 Picture 5. Before Continuing Over-Time, I Went Upstair to See the Sky
9. Listened to a friend's problem.
10. Made 70 rice boxes for family's birthday.
 Picture 6. 70 Boxes of Gudangan Rice

Picture 7. The Preparation
11. Eat a lot of fruits
Picture 8. Mom's Support for Maintaining My Body
12. Got a picture of current Tsaqiif's body
Picture 9. His Mom Sent His Pic after I Said I Missed Him
13. Enjoyed a cold weekend morning with a glass of tea and chatting with members Kita Semua Bahagia's WhatsApp Group.
Picture 10. A Glass of Tea in the very Cold Morning



14. Got a lot of snacks from Ibuk Pantry.

#It's not the end yet
#It'll be still continued
#hehehe
#Wanna contribute?
 

Cerita Liburan Akhir Tahun: There Is No Better Friend Than A Sister

Suatu ketika ada seseorang yang berkata kepada saya, "Mbak Tami sungguh sangat beruntung punya dua kakak perempuan yang semuanya sudah berkeluarga. Mbak Tami seharusnya bisa belajar dari mereka tentang cara hidup berkeluarga dan mendidik anak tentunya".

Nasehat itu membekas di dalam otak saya. Iya ya, ternyata ada satu hal yang hampir saya lupa untuk disyukuri, yakni kehadiran kakak perempuan. 

Mereka berdua usianya terpaut cukup jauh dari usia saya. Mereka juga telah banyak melalui fase kehidupan yang belum saya lalui. Mereka juga ternyata mempunyai segudang hikmah yang seharusnya saya petik banyak banyak dengan melakukan komunikasi secara berkala dengan keduanya.

Maka, kesempatan liburan akhir tahun 2016 kemarin tidak saya sia-siakan. Kami para ladies (Saya, Mbak Wiba, dan Mbak Uli) berlibur di rumah orang tua kami, Klaten. Dan seperti biasa tanpa kehadiran suami masing-masing. Oh ya, satu hal yang saya syukuri lagi dengan pernikahan mereka. Suami mereka itu tidak memaksakan untuk selalu didampingi. Suami mereka (Kakak ipar saya) selalu memberikan porsi waktu yang cukup longgar untuk kakak saya berkumpul bersama keluarga orang tuanya. Bahkan ketika lebaran pun, tidak ada aturan khusus suami-istri harus berlebaran bersama. Seringnya, kakak saya dan suami mereka selalu berlebaran hari pertama di rumah orang tua masing-masing. Unik kan? Ya. Memang. Setiap keluarga itu mempunyai keasyikan masing-masing. Hehehe. 

Liburan yang kami rancang pun tidak semata-mata memuaskan keinginan pribadi masing-masing. Namun, liburan kami adalah sarana para bocils (ponakan-ponakan) berbahagia mengisi liburan mereka. Dan sarana saya juga untuk mengenali dunia anak-anak. Hahahaha

Dalam waktu tiga hari, ternyata kami hanya bisa mengunjungi tiga tempat. Ya, karena pergi bersama anak-anak tentu sangat berbeda dengan berpergian bersama orang dewasa.

And here we go. Liputan liburan saya bersama kedua kakak serta ketiga ponakan.

Hari pertama (Exploring Janti, Klaten)
Salah satu kakak ipar saya yang hobinya mancing sangat penasaran dengan pemancingan Janti yang sangat terkenal itu. Maka, kami harus mensurvei tempat pemancingan yang bisa memfasilitasi kakak ipar saya untuk mancing, para ponakan bermain, dan saya membaca (halah). Untuk itu, atas rekomendasi beberapa tetangga rumah, kami memutuskan untuk pergi ke Pemancingan 100. Konon katanya, pemancingan ini mempunyai taman air yang asyik, masakan ikan yang enak, dan ada tambahan pesawat yang tidak terbang.

Ya, memang. Taman airnya memang asyik untuk anak-anak. Ada tiga kolam yang terpisah-pisah. Ketika hari libur, tempat ini dipadati oleh kerumunan orang. Mungkin selain tempatnya yang asyik, daya tarik taman air ini adalah harga tiket masuk yang sangat terjangkau (Rp. 2000/orang). 

Ketika sudah selesai bermain air, para pengunjung di manjakan dengan aneka hidangan warung makan yang sangat enak, apalagi masakan bebakaranya. Harganya pun lumayan terjangkau. Untuk satu kilo ikan (gurameh, nila, lele) dihargai antara Rp. 50.000 - Rp. 90.000. Harga lalapan, snack, buah, dan aneka gorengannya pun juga tidak beda jauh dengan harga-harga di luar lokasi. 

Arena mancing disediakan disekitar tempat duduk lesehan tempat makan. Kolamnya dibuat seperti sungai-sungai. Ponakan saya yang paling besar (Al namanya) mendapatkan dua ekor ikan nila dan satu ekor lele. Kakak ipar saya (ayahnya Al) hanya memperoleh satu ekor ikan lele saja. 

Setelah puas dengan berenang, mancing, dan makan, kami pun mampir ke pesawat yang tidak terbang untuk menonton film animiasi under world. Setiap orang akan dikenakan biaya sebesar Rp. 20.000 untuk 2 dimensi, dan Rp. 25.000 untuk film 3 dimensi. Dan disini, saya agak kecewa dengan film dengan durasi 6 menit yang disajikan. Isinya sangat biasa saja. 
Foto 1. Pesawat Tempat Menonton Film 2 dan 3 Dimensi 
di Wilayah Taman Air Pemancingan 100 Janti Klaten

Hari Kedua (Wisata Candi Plaosan, Klaten)
Habib, ponakan saya yang kedua, sangat penasaran dengan yang namanya candi. Dia sebenarnya mengajak ke Candi Prambanan. Tapi saya yang malas, karena Candi Prambanan pasti padat orang (orang yang dominant introvert tidak akan suka). Untuk itu, saya alihkan ke candi lain, yakni Candi Plaosan.

Candi Plaosan ini, secara geografis, masih terletak di kawasan Kabupaten Klaten. Lokasinya tidak jauh dari Candi Prambanan. Hanya beberapa ratus meter disebelah timurnya saja. Disekitar candi terhampar rumput hijau yang menambah kenyaman mengunjungi sana. Plus, yang paling penting adalah, lokasinya sangat enak untuk foto-foto. 
Foto 2: Candi Utama Plaosan Tampak dari Depan 

Foto 3: Berfoto di Depan Candi Utama

Foto 4: Rerumputan Hijau di Sekitar Candi


Foto 5: Para Ponakan Sedang Asyik Berlarian di Sekitar Candi


Saya sempat kewalahan sebenarnya mengajak anak-anak datang ke candi. Why? Karena banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. For example: Tante, candi itu apa? Candi itu untuk apa? Kenapa dikasih pintu besi? Ini patung apa Tante? Kenapa duduknya kayak gitu Te? Ini gambar apa Te? Disana itu bangunan apa Te? Dan bla-bla lainya. Saran saya, nanti kalau ke suatu tempat sejarah bersama ponakan, lebih baik kalian membaca dulu sejarah dari lokasi yang kalian akan kunjungi. Hehehe. 

Oh ya, hampir lupa. HTMnya cukup terjangkau juga, hanya cukup membayar administrasi sebesar Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 0 untuk anak-anak. 

Hari Ketiga (Wisata Goa Selarong, Bantul, Yogyakarta)
Goa Selarong adalah salah satu wisata sejarah di kota Bantul. Konon katanya, Goa ini dulu adalah tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro dalam perjalananya ketika perang Diponogoro berlangsung. Ada dua goa disana, Goa Kakung dan Goa Putri. Goanya tidak besar, hanya sebuah ruangan kecil di bebatuan saja. Saya hanya keheranan saja melihatnya. Masak iya dulu Pangeran Diponegoro beristirahat ditempat sekecil itu. Hehehe.

Terlepas dari sisi sejarahnya, saat ini para pengunjung tertarik dengan suasana alamnya, yakni air terjun dan sungainya. Bebatuan di air terjunya tidak licin sama sekali. Jadi, kita bisa manjat tebing air terjunya. Sungainya juga masih alami. Dan yang terbenting, tidak banyak orang yang mengunjunginya. Jadi, suasanya lumayan tenang dan tidak crowded.

Foto 6. Para Mbakyu dan Ponakan Sedang Bergaya
Foto 6. Para Ponakan Sedang Bermain Air
Hari Keempat (Rencana Ke Water Park Gabusan Bantul)
Rencananya kami mau bermain air lagi di sebuah water park di kawasan Bantul. Namun, ternyata fisik kami sudah terlalu kelelahan. Para ponakan juga sudah ada yang batuk-batuk. Ditambah lagi, hari itu seharian diguyur hujan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalas-malasan dirumah. Kami melanjutkan tidur hingga waktu dhuha datang. Kami masak bersama dan makan dirumah bersama-sama. Kami bercerita tentang kesedihan, masalah pekerjaan, nostalgia masa lalu, dan rencana-rencana masa depan. Kami tertawa bersama. Kami bahagia bersama. Saat itu, saya baru benar-benar bersyukur mempunyai kakak seperti mereka.

Semoga bermanfaat.

Solo, 4 Januari 2017

15 Quotes Novel Tentang Kamu

Salah satu daya tarik dari beberapa novel Tere Liye adalah quotes yang ada di dalamnya. Isinya syarat akan kebijaksanaan hidup. Kata-katanya dalam hingga mampu menyentuh perasaan setiap orang yang membacanya. Tidak hanya menyentuh tentunya, namun cukup ampuh untuk memberikan pencerahan untuk para pembacanya. Berikut beberapa quotes yang ada di dalam novel terbarunya di tahun 2016, Tentang Kamu.

1. "Setiap janji sesederhana apa pun itu, memiliki kehormatan"
Kalimat tersebut diucapkan oleh Zaman Zulkarnaen kepada Aimee, penjaga panti. Aimee ragu apakah janji Zaman untuk mengunjungi kembali Maximilien (salah satu anggota panti jompo) akan benar-benar ditepati ataukah hanya lip service untuk menyenangkan dan menenangkan Maximilien yang sudah pikun tingkat akut dan bukan siapa-siapanya Zaman. 

2. "Aku tidak tau kenapa aku harus mempercayaimu Tuan Zaman. Tapi aku selalu mempercayai instingku."
Itu adalah kata-kata Aimee ketika menyerahkan buku diary milik Sri Ningsih kepada Zaman. Ya, dari situ saya diingatkan kembali untuk mempercayai sebuah insting. 

3. "Menemuinya, mengobrol sebentar, bertanya apa kabar, dan menawarkan bantuan adalah hal menyenangkan bagi sesama sahabat baik."

4. "Aku ingin punya hati seperti milik Sri Ningsih. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak pernah berprasangka buruk walau setetes."
Itu adalah salah satu sifat khas Sri Ningsih dalam lakon di novel tersebut.

5. "Saat kita sudah melakukan yang terbaik dan tetap gagal, apalagi yang harus kita lakukan? Berapa kali kita harus mencoba hingga kita tahu bahwa kita ada pada batas akhirnya? Berapa kali kita harus menerima kenyataan bahwa kita memang tidak berbakat, sesuatu itu bukan jalan hidup kita, lantas melangkah mundur? Aku sekarang tau jawabanya. Terimakasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tau sekarang. Pertanyaan paling penting adalah bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi dan lagi setelah gagal tersebut. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x lagi."
Itu adalah diary ketiga yang ditulis oleh Sri Ningsih pada tahun 1977 - 1979. Saat dia berada di Jakarta. Saat dia sedang mencoba hidup sendirian di kota Jakarta.

6. "Separuh semangatku runtuh. Hidupku dipersimpangan. Apakah pulang atau terus dengan cita-citaku. Saat aku sudah hampir di titik terakhir, hampir menyerah, pertolongan itu datang."
Kalimat diatas adalah salah satu kupian diary Sri Ningsih saat ia kehabisan uang untuk hidup di Jakarta, dan ditambah lagi belum mendapatkan pekerjaan. 

7. "Tidak ada yang benar-benar bisa kita lupakan. Karena saat kita lupa, masih ada sisi-sisi yang mengingatnya. Boleh jadi selama ini kita terus menyibukkan diri, karena sejatinya aku sedang mengenyahkan masa lalu itu"
Itu adalah penggalan isi dari diary Sri Ningsih di surat yang ke-19. Sri Ningsih sedang suntuk dengan masalah yang terjadi dengan bisnisnya. Dan dalam hiruk pikuk masalahnya tersebut, Sri Ningsih merasa seolah-olah kesibukanya selama ini hanya untuk melupakaan kejadian masa lalu yang tidak ingin dia ingat.

8. "Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru."
Itu adalah kata-kata Sri Ningsih yang diucapkan kepada Ibu Chaterine sebelum Sri Ningsih meninggalkan pabrik yang dia miliki. 

9."Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu. Itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, namun cintalah yang akan menemukan kita."

10. "Terima kasih. Nasehat lama itu benar sekali. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi."

11. "Masa lalu, rasa sakit, masa depan, mimpi-mimpi, semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan."

12. "Dia memiliki kecantikan dengan defisini yang berbeda."
Itu adalah kalimat yang digunakan penulis untuk menggambarkan sosok Sri Ningsih. Secara fisik, Sri Ningsih mempunyai badan pendek, kulit hitam legam. Namun, kebaikan hatinyalah yang membuat wajah Sri Ningsih menjadi enak dipandang mata.

13. "Karena bila berbicara tentang penerimaan yang tulus, hanya yang bersangkutanyalah yang tau seberapa ikhlas dia telah berdamai dengan sesuatu."
Dalam cerita dalam novel, banyak orang yang memberikan kesaksian bahwa sosok Sri Ningsih adalah seorang wanita kuat yang bisa memeluk hal semenyakitkan apapun. Namun, tetap, Sri adalah seorang perempuan dan bukan wanita super yang hatinya terbuat dari baja. Dia hanya selalu berjuang membujuk dirinya sendiri untuk sabar, membujuk dirinya sendiri untuk melepaskan dan melupakan.

14. "Mencintaimu telah memberikanku keberanian, dan dicintai olehmu telah memberikanku kekuatan."

15. "Selalu menyenangkan mempunyai seseorang yang menunggu dirumah".