Cerita Liburan Akhir Tahun: There Is No Better Friend Than A Sister

Suatu ketika ada seseorang yang berkata kepada saya, "Mbak Tami sungguh sangat beruntung punya dua kakak perempuan yang semuanya sudah berkeluarga. Mbak Tami seharusnya bisa belajar dari mereka tentang cara hidup berkeluarga dan mendidik anak tentunya".

Nasehat itu membekas di dalam otak saya. Iya ya, ternyata ada satu hal yang hampir saya lupa untuk disyukuri, yakni kehadiran kakak perempuan. 

Mereka berdua usianya terpaut cukup jauh dari usia saya. Mereka juga telah banyak melalui fase kehidupan yang belum saya lalui. Mereka juga ternyata mempunyai segudang hikmah yang seharusnya saya petik banyak banyak dengan melakukan komunikasi secara berkala dengan keduanya.

Maka, kesempatan liburan akhir tahun 2016 kemarin tidak saya sia-siakan. Kami para ladies (Saya, Mbak Wiba, dan Mbak Uli) berlibur di rumah orang tua kami, Klaten. Dan seperti biasa tanpa kehadiran suami masing-masing. Oh ya, satu hal yang saya syukuri lagi dengan pernikahan mereka. Suami mereka itu tidak memaksakan untuk selalu didampingi. Suami mereka (Kakak ipar saya) selalu memberikan porsi waktu yang cukup longgar untuk kakak saya berkumpul bersama keluarga orang tuanya. Bahkan ketika lebaran pun, tidak ada aturan khusus suami-istri harus berlebaran bersama. Seringnya, kakak saya dan suami mereka selalu berlebaran hari pertama di rumah orang tua masing-masing. Unik kan? Ya. Memang. Setiap keluarga itu mempunyai keasyikan masing-masing. Hehehe. 

Liburan yang kami rancang pun tidak semata-mata memuaskan keinginan pribadi masing-masing. Namun, liburan kami adalah sarana para bocils (ponakan-ponakan) berbahagia mengisi liburan mereka. Dan sarana saya juga untuk mengenali dunia anak-anak. Hahahaha

Dalam waktu tiga hari, ternyata kami hanya bisa mengunjungi tiga tempat. Ya, karena pergi bersama anak-anak tentu sangat berbeda dengan berpergian bersama orang dewasa.

And here we go. Liputan liburan saya bersama kedua kakak serta ketiga ponakan.

Hari pertama (Exploring Janti, Klaten)
Salah satu kakak ipar saya yang hobinya mancing sangat penasaran dengan pemancingan Janti yang sangat terkenal itu. Maka, kami harus mensurvei tempat pemancingan yang bisa memfasilitasi kakak ipar saya untuk mancing, para ponakan bermain, dan saya membaca (halah). Untuk itu, atas rekomendasi beberapa tetangga rumah, kami memutuskan untuk pergi ke Pemancingan 100. Konon katanya, pemancingan ini mempunyai taman air yang asyik, masakan ikan yang enak, dan ada tambahan pesawat yang tidak terbang.

Ya, memang. Taman airnya memang asyik untuk anak-anak. Ada tiga kolam yang terpisah-pisah. Ketika hari libur, tempat ini dipadati oleh kerumunan orang. Mungkin selain tempatnya yang asyik, daya tarik taman air ini adalah harga tiket masuk yang sangat terjangkau (Rp. 2000/orang). 

Ketika sudah selesai bermain air, para pengunjung di manjakan dengan aneka hidangan warung makan yang sangat enak, apalagi masakan bebakaranya. Harganya pun lumayan terjangkau. Untuk satu kilo ikan (gurameh, nila, lele) dihargai antara Rp. 50.000 - Rp. 90.000. Harga lalapan, snack, buah, dan aneka gorengannya pun juga tidak beda jauh dengan harga-harga di luar lokasi. 

Arena mancing disediakan disekitar tempat duduk lesehan tempat makan. Kolamnya dibuat seperti sungai-sungai. Ponakan saya yang paling besar (Al namanya) mendapatkan dua ekor ikan nila dan satu ekor lele. Kakak ipar saya (ayahnya Al) hanya memperoleh satu ekor ikan lele saja. 

Setelah puas dengan berenang, mancing, dan makan, kami pun mampir ke pesawat yang tidak terbang untuk menonton film animiasi under world. Setiap orang akan dikenakan biaya sebesar Rp. 20.000 untuk 2 dimensi, dan Rp. 25.000 untuk film 3 dimensi. Dan disini, saya agak kecewa dengan film dengan durasi 6 menit yang disajikan. Isinya sangat biasa saja. 
Foto 1. Pesawat Tempat Menonton Film 2 dan 3 Dimensi 
di Wilayah Taman Air Pemancingan 100 Janti Klaten

Hari Kedua (Wisata Candi Plaosan, Klaten)
Habib, ponakan saya yang kedua, sangat penasaran dengan yang namanya candi. Dia sebenarnya mengajak ke Candi Prambanan. Tapi saya yang malas, karena Candi Prambanan pasti padat orang (orang yang dominant introvert tidak akan suka). Untuk itu, saya alihkan ke candi lain, yakni Candi Plaosan.

Candi Plaosan ini, secara geografis, masih terletak di kawasan Kabupaten Klaten. Lokasinya tidak jauh dari Candi Prambanan. Hanya beberapa ratus meter disebelah timurnya saja. Disekitar candi terhampar rumput hijau yang menambah kenyaman mengunjungi sana. Plus, yang paling penting adalah, lokasinya sangat enak untuk foto-foto. 
Foto 2: Candi Utama Plaosan Tampak dari Depan 

Foto 3: Berfoto di Depan Candi Utama

Foto 4: Rerumputan Hijau di Sekitar Candi


Foto 5: Para Ponakan Sedang Asyik Berlarian di Sekitar Candi


Saya sempat kewalahan sebenarnya mengajak anak-anak datang ke candi. Why? Karena banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. For example: Tante, candi itu apa? Candi itu untuk apa? Kenapa dikasih pintu besi? Ini patung apa Tante? Kenapa duduknya kayak gitu Te? Ini gambar apa Te? Disana itu bangunan apa Te? Dan bla-bla lainya. Saran saya, nanti kalau ke suatu tempat sejarah bersama ponakan, lebih baik kalian membaca dulu sejarah dari lokasi yang kalian akan kunjungi. Hehehe. 

Oh ya, hampir lupa. HTMnya cukup terjangkau juga, hanya cukup membayar administrasi sebesar Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 0 untuk anak-anak. 

Hari Ketiga (Wisata Goa Selarong, Bantul, Yogyakarta)
Goa Selarong adalah salah satu wisata sejarah di kota Bantul. Konon katanya, Goa ini dulu adalah tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro dalam perjalananya ketika perang Diponogoro berlangsung. Ada dua goa disana, Goa Kakung dan Goa Putri. Goanya tidak besar, hanya sebuah ruangan kecil di bebatuan saja. Saya hanya keheranan saja melihatnya. Masak iya dulu Pangeran Diponegoro beristirahat ditempat sekecil itu. Hehehe.

Terlepas dari sisi sejarahnya, saat ini para pengunjung tertarik dengan suasana alamnya, yakni air terjun dan sungainya. Bebatuan di air terjunya tidak licin sama sekali. Jadi, kita bisa manjat tebing air terjunya. Sungainya juga masih alami. Dan yang terbenting, tidak banyak orang yang mengunjunginya. Jadi, suasanya lumayan tenang dan tidak crowded.

Foto 6. Para Mbakyu dan Ponakan Sedang Bergaya
Foto 6. Para Ponakan Sedang Bermain Air
Hari Keempat (Rencana Ke Water Park Gabusan Bantul)
Rencananya kami mau bermain air lagi di sebuah water park di kawasan Bantul. Namun, ternyata fisik kami sudah terlalu kelelahan. Para ponakan juga sudah ada yang batuk-batuk. Ditambah lagi, hari itu seharian diguyur hujan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalas-malasan dirumah. Kami melanjutkan tidur hingga waktu dhuha datang. Kami masak bersama dan makan dirumah bersama-sama. Kami bercerita tentang kesedihan, masalah pekerjaan, nostalgia masa lalu, dan rencana-rencana masa depan. Kami tertawa bersama. Kami bahagia bersama. Saat itu, saya baru benar-benar bersyukur mempunyai kakak seperti mereka.

Semoga bermanfaat.

Solo, 4 Januari 2017
Be First to Post Comment !
Posting Komentar