Dear Buya Hamka (Penulis Buku Pribadi Hebat)

Solo, 29 Desember 2020


Dear Buya Hamka, 

 

Aku baru saja menyelesaikan buku yang berjudul Pribadi Hebat yang Anda tulis. Entah kapan Buya menulisnya, tetapi buku itu diterbitkan pada tahun 2014 oleh Penerbit Gema Insani. Aku tidak membeli dan memiliki buku tersebut sayangnya. Aku hanya meminjam dari seorang sahabatku. Tapi sejujurnya, setelah membaca halaman pertama buku tersebut, aku merasa sangat ingin membelinya. Karena tanganku sangat gatal untuk mencoret-coret kalimat demi kalimat di buku itu. Soooo berisi! Tidak ada satu kalimatpun yang tidak dangkal maknanya. Semua kalimatnya mempunyai makna yang amat dalam dan langsung masuk di hati tanpa tading aling-aling. 


Ketemu buku itu rasanya aku menemukan dengan apa yang aku butuhkan selama ini. Aku sedang dalam proses memperbaiki dan membentuk diri. Aku butuh sumber yang menjelaskan secara rinci definisi dan karakteristik suatu sifat manusia. Aku butuh penjelasan sifat-sifat baik dalam diri manusia itu kayak apa aja. Dan disitu semua ada! Seperti ketika Anda menuliskan karakteristik-karakteristik orang yang cerdas. Dibuku itu dijelaskan bahwa orang yang cerdas adalah dia yang akalnya tajam, buah pikirannya baik, cepat dan tepat mengambil keputusan. terang otaknya, luas pandangannya, dan jauh tiliknya. Lalu, ketika Anda menjelaskan tentang orang yang budiman. Mereka adalah yang mempunyai perangrai halus, hatinya suci, sikapnya jujur, perkataannya teratur, kelakuannya baik, mukanya jernih karena ia memandang hidup dengan penuh pengharapan dan tidak pernah putus asa, apa yang diyakininya itulah yang dikatakannya. 


Satu paragraf yang paling aku suka adalah yang ada di chapter dua halaman sebelas, "Dengan apa kita membuat orang menjadi tertarik? Dengan budi yang tinggi, kesopanan, ilmu pengetahuan yang luas, kesanggupan menahan hati pada perkara yang belum disepakati, dengan kecerdasan, kecepatan menarik kesimpulan, kebagusan susunan kata, kepandaian menjaga perasaan orang lain, dan kesanggupan menenggang.". Ya. Aku ingin menjadi seseorang seperti itu, dan bagian itu secara tidak langsung membantu saya mendefinisikan hasil metamorfosa yang aku harapan. Oh ya, satu lagi, aku suka ketika Buya membahas satu sifat, Buya memberikan contoh beberapa tokoh dunia yang mewakili sifat tersebut. Itu sungguh menambah wawasanku!


Hampir semua bagian buku bisa aku nikmati dengan mengalir. Namun, di bagian terakhir, aku tidak nyambung dengan apa yang disampaikan. Topiknya, topik negara dilihat dari atas itu, agak tidak bisa kujangkau bahasannya. Hehehe. 


Last but not least, terima kasih Buya sudah menulis buku ini. Aku fikir Buya masih hidup, ternyata Buya sudah tiada. Semoga Buya tenang di sana ya. 


Salam Takzim


Tami



P.S.

Kemarin aku menyuruh anak-anak binaanku untuk menulis surat untuk penulis dari buku yang sudah mereka baca. Hasilnya kurang memuaskan. Lalu, aku mencobanya sendiri. Apakah sulit untuk menuliskanya? Hmmm, ternyata susah juga menulis itu 😂

Kesadaran untuk Merawat



Saat ini, aku lagi service mobil di Car Service Montecarlo cabang Klaten. Mobilku jarang dipake, jadi sebenernya tidak diservice pun tidak apa-apa. Tapi, aku merasa harus service. Akhir-akhir ini aku merasa sedikit ada yang aneh dengan mobil itu, terutama ketika buat ngebut. Sepertinya ada yang goyang-goyang begitu. Aku konsultasi dengan mechanicnya. Katanya, harus ganti ball joint. 


Aneh. Perasaan dulu pas service juga ganti ball joint. Kenapa secepat itu. Btw, apakah itu ball joint? Ball joint itu letaknya di bagian roda depan atau kaki-kaki. Fungsinya adalah sebagai poros. Hmmm, intinya penting begitu bagian itu. Banyak istilah asing ketika membaca tentang ball joint, jadi bagi kaum wanita, maka ball joint ini adalah komponen penting gitu, udah cukup. Hahaha.


Nah, sebelum kesini tadi, aku buka gerbang. Gerbangku itu terbuat dari besi. Dan hari ini aku baru notice dari dekat kalau ternyata besinya dah mulai kropos. Ga cuma sedikit. Tapi banyak. Ada beberapa roda yang sudah mulai lepas. Kulihat juga cat tembok. Banyak yang sudah mengelupas dan warnanya juga sudah berubah.


Memang, selama ini aku tidak berfikir tentang rumah dan kendaraan mobil. Aku hanya berfikir tentang motor dan merawatnya. Seketika, aku berfikir bahwa aku ternyata butuh alokasi dana untuk merawat. Mengganti pagar. Mengecet ulang rumah. Mengganti-ngganti komponen mobil yang sudah mulai aus. Bahkan, aku juga akhirnya sadar bahwa tubuhku harus dirawat. Wajahku harus dirawat. Dan perawatan itu perlu biaya yang tidak sesdikit. 


Aaaah, sampai juga aku pada masa ini. Harus memikirkan tentang rumah. Harus memikirkan tentang bagaimana caranya agar danannya cukup. Orangtuaku sudah mulai menua, btw. Tidak bisa mereka terus yang harus berfikir tentang rumah. 


Ya Rabb. Tunjukkan kepada hamba jalan untuk mendapatkan rejekiMu yang halal, berkah, dan cukup.  




Maaf, Tapi Aku Tak Mau Tertular!

 Saat aku menulis ini, situasinya sedang ada pandemi covid. Banyak orang menggunakan masker. Handsanitizer dan juga handwash menjadi barang yang laris. Menjaga jarak dan memilah-milah orang yang ingin ditemui secara fisik menjadi salah satu gaya hidup. Kenapa? Karena mereka tidak mau tertular virus berbahaya ini. Virus ini mengenai fisik manusia. Jika ada yang kormobid (punya penyakit bawaan), maka bisa jadi sakitnya akan terasa.

 


Aku tidak akan membahas masalah covid btw di kesempatan kali ini. That’s not my concern.

 

Jadi, beberapa hari ini aku sedang berada pada positive vibe. Aku merasa berani untuk melakukan apapun. Aku merasa percaya diri untuk berdoa dan meminta apapun. Fikiranku bebas dan tidak ada rasa merasa terhakimi atau terintimidasi oleh siapapun.

 

Menurutku, positive vibe, positive thought, atau positive emotion itu mahal harganya. Sama seperti kesehatan fisik, kesehatan mental adalah harta berharga yang harus dijaga.

 

Menurutku, selain fatkor internal, faktor eksternal menjadi faktor utama dalam meruntuhkan bangunan ke-positif-an itu. Bangunan emosi itu bisa jadi rapuh, belum kokoh. Bangunan emosi itu mudah sekali untuk runtuh.

 

Terkadang, ada orang-orang di sekeliling kita yang punya mental takut untuk melangkah. Fikirannya selalu was-was. Ketika kita berada di dekatknya, dengan emosi keberanian yang masih rapuh, bisa jadi kita akan tertular perasaaan ketakutan dan was-was tersebut. Terkadang ada orang di sekitar kita yang selalu berfikiran buruk tentang orang lain. Selalu melihat sisi gelapnya, dan menutup diri dari sikap buruknya. Terkadang, kita yang lemah ini bisa tertular akan fikiran-fikiran buruk tersebut.

 

Banyak. Banyak sekali hal yang seperti itu. Istilah jaman sekarang, sering disebut RACUN atau TOXIC.

 

Jika racun itu sudah mulai menulari kita dan sudah mengalir di semua aliran darah kita, perlu untuk menjaga jarak sebentar. Mendetox racun-racun emosi negatif yang sedang bersemayam di dalam tubuh. Tidak perlu untuk merasa tidak enakan. Kesehatan mentalmu lebih penting kan! Tenangkan batinmu. Jika sudah  tenang, plan a move untuk nanti berinteraksi lagi dengannya. Kamu mungkin akan menunjukkan perubahan sikap terhadapnya. That’s OK! Berubah adalah tanda bahwa kamu tumbuh.

 

Tapppi, jangan terlalu lama menjaga jarak. Selalu ingat bahwa kita ini adalah makhluk masyarakat. Agamaku dan kamu juga mengajarkan bahwa menjalin hubungan dengan masyarakat adalah ibadah bukan? Sulit? Pasti. Namanya juga ibadah. Jika berat, maka niatkan semata-mata kamu melakukannya untuk Allah. Semoga Allah kasih pertolongan.

Perlunya Mengetahui Level dalam Membaca

Aku tu kadang masih merasa bingung ketika akan mengajar anak-anak di Rumah Baca Matahari. Bingung tentang bacaan apa yang harus aku berikan kepadanya. Anak kelas 5 SD, namun ternyata dia tidak mampu untuk membaca buku yang di level atas. Dia bisa nyambung dengan isinya ketika membaca buku-buku untuk level di bawahnya. Jadi, apakah usia itu sama dengan level reading yang seharusnya diberikan kepada anak? Hmmm, bingung ya.

 


Jadi gini. Aku pernah membaca di perpustakaan digital yang beralamat di https://literacycloud.org/ Disana ada kategori bacaan berdasarkan level. Ada level 1 sampai level 6. Buku dengan katergori  level 1 punya karakteristik simple, word repetition, dan averages 1-4 words per sentence. Buku dengan level 2 punya karakteristik simple concept, familiar situations, averages 2-6 words per sentence. Level 3 punya ciri-ciri simple story line, simple sentences, averages 4-10 words per sentence. Karakteritstik level 4 adalah more new themes and consept, some compound sentences, averages 6-12 words per sentence. Level 6 karakteristiknya adalah some complex sentences and paragraph, bisa sampe 20 kata per kalimat. Level 6 mempunyai ciri-ciri full range of words, structure, punctuations, often full pages of text, dan bentuknya tak jarang adalah chapter books.

 

Btw, aku menggunakan bacaan tersebut untuk membuat soal AKM sebenernya yang aturanya ada di alamat https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/AKM/. Di soal AKM, ada perjenjangan juga. Ada Level 1-6 Level 1 untuk kelas 1 dan 2 SD. Level 2 untuk kelas 3 dan 4 SD. Level 3 untuk kelas 5 dan 6 SD. Level 4 untuk kelas 7 dan 8. Level 5 untuk kelas 9 dan 10. Level 6 untuk kelas 11 dan 12.  

 

Sebagai pengajar non-formal, aku kurang setuju dengan pelevelan di AKM itu sih. Karena level itu seharusnya tidak terbatas pada jenjang kelas atau umur seorang anak. Setiap anak mempunyai perkembangan masing-masing dan kemampuan membacanya itu masing-masing. Sebagai seorang yang bergerak di bidang pendidikan non-formal, tidak masalah kalau kita tidak saklek harus mengikuti aturan baku pemerintah untuk level reading. Merdeka Belajar. Flexibility in Learning. Itu pointnya.Kita diberikan kebebasan untuk mendesain pembelajarn sesuai dengan kondisi anak-anak yang kita ajar.

 

Lalu, perlukah seorang pengajar tau akan level dalam membaca dan karakteristiknya? Sure. It is a must. Aku sih taunya telat ya. Telat juga dalam kesadaran untuk mencari tau.

 

Menurutku sih ya, tau akan pelevelan ini bakal ngebantu kita buat mem-planning dan men-deliver reading instruction. Kan! Kita sudah tau pemetaaanya. Ooo…si anak ini ternyata masih di level 1. Yaw udah kita kasih bacaan di level 1. Perlu ada diagnose dulu tentang kemampuan anak, lalu tinggal dikasih resep yang cocok apa.

 

Semoga selalu bisa menakar sesuatunya dengan pas ya!

Belajar Berkuda di Klaten

Sudah lama aku punya keinginan untuk belajar berkuda. Belum terealisasikan karena belum ada tempat belajar, dan juga biaya. Saat sudah ada informasi belajar di kota Klaten, di Pondok Pesantren Ibnu Abbas, belum juga aku pergi belajar. Wei? Biayanya masih mahal. Sekali pertemuan 50k. Namun, yang lebih mendasar sebenarnya, bukan karena biaya yang mahal, melainkan keinginan yang kurang kuat. Jadilah keinginan tersebut hanya sebatas keinginan. Belum bisa dibuat status “Dream comes true”. 

 

But hey, akhir tahun 2020 ini,  di kota Klaten ada tempat belajar baru yang lumayan affordable. Namanya adalah D’Wangen. Lokasinya di Jl. Tegalgondo-Janti, Wangen, Polanharjo, Klaten. 

 

Liburan natal kemarin, aku mengajak Kakak Pertamaku kesana dengan menggunakan sepeda. Rumahku di daerah Terminal Penggung. Berangkatnya lewat Jl. Jogja-Solo. Jalanan belum begitu ramai karena kami berangkat bada subuh. Matahari sudah mulai muncul dan memancarkan kehangatan di tubuh kami. Jalanan lumayan naik turun. Kakakku berhenti beberapa kali untuk minum. Jika dilihat di GPS, kami seharusnya membutuhkan waktu dua jam untuk mencapai lokasi. Aku berfikir aku bisa menempuh jarak segitu dan perjalanannya pasti akan menyenangkan. You know what, bersama mbakku aku selalu merasa perjalanan itu menyenangkan. Dia tidak pernah emosi, dan selalu membuat lelucon ketika aku sudah mulai memanas. 

 

Setelah sampai Tegalgondo, kami belok ke kiri ke Jl. Janti-Tegalgondo. MasyaAllah. Takjub aku. Jalanannya tidak begitu ramai, dan aspalnya sangat halus. Tidak ada rusak-rusaknya. Warnanya masih hitam, seolah-olah baru saja diperbaiki. Di kanan kiri, bisa dilihat tanaman padi yang masih hijau dan juga parit yang mengalirkan air yang amat jernih. See! Air di daerah sana memang jernih! Ketika pandangan agak dijauhkan dan dinaikkan, kita akan melihat pemandangan gunung Merapi dan Merbabu yang amat jelas dan amat gagah berdiri. 

 


Aku pun berhenti. Tidak mau aku kehilangan momentum itu. Aku mengabadikan beberapa gambar daerah situ. Jam menunjukkan pukul 7. Matahari belum begitu panas sehingga sangat nyaman untuk berhenti sejenak dan menikmati alam sekitar. Setelah puas, aku melanjutkan perjalanan. Kulihat di GPS, tempat berkuda kurang setengah jam lagi. Jalanannya naik, naik, dan naik. Ngos ngosan? Pastilah. Disaat seperti itu, aku tidak perlu nggoyo. Aku hanya perlu terus mengayuh sepeda tanpa henti. Terserah mau kapan sampainya. Karena kalau aku berhenti, badanku akan terasa berat untuk mengayuh lagi.

 

Aaaaaaaand, the wait is over. Sampailah aku di D’Wangen. Parkirannya luas sekali. Terlihat belum begitu rapi karena memang masih baru mungkin. Belum banyak orang datang karena memang belum dibuka. Petugas tiketnya juga belum ada. Dengan tidak terpaksa, aku menunggunya sebentar. Di pacuan kuda, baru ada satu kuda yang keluar, dan satu orang yang berlatih. Dia bukan pengunjung biasa, tapi dia mengikuti privat berkuda dan sedang mengambil kelas. Pantesan sudah terlihat mahir. Aaaaaah, mupeng aku sama perempuan yang berlatih itu. Sambil menunggu pacuan di buka untuk umum, aku bermain sebentar ke kandang kuda. Ada banyak kuda disana. Dan setiap kuda ada nama-namanya. Aku fikir, kudanya akan gemuk-gemuk dan bersih-bersih seperti Maximus di drama korea The King Eternal Monarch. Namun, ekspekstasiku patah seketika. Haha. Kuda-kudanya jorok dan belum pada mandi. Mungkin kalau dimandikan, dan disisir bulunya, akan terlihat mengkilat dan bagus. 

 

Selfie with Helena



Kandang Kuda

Oh ya, disamping pacuan kuda ternyata ada tempat makan baru yang lagi ngehits di Klaten. Namanya adalah Ketcheh Resto. Ini konsep sangat jenius menurutku. Belum pernah kulihat sebelumnya. Jadi, restonya itu ada di atas sungai. Sungainya mengalir jernih. Tidak deras arusnya, hanya kecil. Suasannya adem karena ada di bawah pohon-pohon besar. Biasanya tempat itu sangat ramai. Berdesak-desakan penggunjung yang datang. Seolah-olah mereka lupa kalau sedang ada pandemi corona. Beruntung aku tidak pengen kesana. Beruntung pemandangan Ketcheh Resto pagi itu hanya sebatas bonus berharga dari niatku ingin bermain kuda. 

 

 



Aaaaaaaaand, once again, the wait is over. Ada kuda baru yang turun ke pacuan. Aha. Itu kuda yang aku ajak ngobrol di kandang. Namanya Helena. Aku menyapanya, dan kelihatanya dia suka padaku. Hahaha. Aku adalah penumpang pertama, dan itu adalah yang pertama pula aku naik hewan. Rasanya tidak seperti yang kubayangkan. Kufikir akan sama naik motor atau naik mobil. Tempat dudukannya bakal tidak berubah. Tappiiiiiiiii….salah ternyata dugaanku. Mengerikan sih pertama kali. Goyang-goyang begitu. Rasanya  seperti mau mabuk. Aku lupa ternyata yang aku tungganggi adalah makhluk hidup yang bergerak, bukan tungganggan benda mati. 

 

Aku pun gugup. Aku berteriak-teriak kepada pawangnya. Kudanya makin limbung. Pak Pelatih marah kepadaku. Katanya aku tidak boleh begitu. Aku diminta untuk tenang. Kuda itu amat perasa. Jika kita tidak tenang, kudanya pun ikutan tidak tenang jalannya. Bagus sekali pelajaran itu. Kuda ternyata mempunyai emosi yang amat menarik. Aku berusaha mengendalikan perasaanku, dan menjaga ketenanganya. Hebat! Helena pun kembali tenang. 

 


Sangat menyenangkan berinteraksi dengan hewan. Tanpa pikir panjang, aku membulatkan tekatku untuk ikut Lesson Berkuda. Bismillah, di Januari tahun depan insyaAllah. Rasanya aku juga ingin memiliki kuda. Taaaapiii, aku sekarang harus sadar. Bahwa mungkin  untuk memiliki itu gampang, namun untuk merawatnya susah. Perlu lahan yang luas. Perlu perawatan yang tidak mudah. Baiklah, untuk saat ini, cukup belajar berkuda dulu saja. 

 

So, skuy! Kalau ada yang ingin belajar menunggang kuda, D’Wangen rekomended dah. 

 


Setelah dua putaran, dan pengunjung sudah ramai datang, aku pulang. Aku dan kakakku memilih jalur yang berbeda. Untuk pulang, kami lewat Cokro, Ponggok, dan Karanganom. Jalannya datar dan rutenya lebih pendek. Puas rasanya! Alhamdulilah. 

Q&A Surat Al-Kahfi

Aku sering search di Pinterest itu kata "Reading Comprehension". Wei? Karena sering aku bikin soal untuk sebuah bacaan. Entah buat kerjaan, atau buat kegiatan sosial. Wei? Karena untuk mengukur apakah seseorang itu sudah paham betul apa yang dia baca. Moreover, kalau aku sih, lebih untuk mengasah kemampuan otak berfikir.

Trus, tadi setelah baca Al Kahfi, kepikiran aja buat bikin Q n A ini. Bukan tujuan untuk menginformasikan isinya sih Cuy. Cuma buat self-need aja. What self-need? 😮 Hmm, itu biar otakku keasah dan juga biar bisa nyatol tu makna Al-Kahfi. Biar ntar kalau cerita ke anak udah di luar kepala 🤭. Jauh amaaat yak proyeksiku!


Q : Kenapa kamu rutin baca Al Kahfi, Tem?
A : Perasaanku tu ada yang kurang gitu kalau ga baca Al Kahfi di hari Jumat. Semacam ini itu ibadah wajib. Rasanya tenang dan aman klo dah baca. 
Q : Itu aja?
A : Sebenernya ada keutamaan sendiri buat yang baca ini. Katanya, mereka bakal dikasih cahaya gitu antara Jumat sampe ke Jumat berikutnya. But, honestly, aku ga berfikir itu sih. Aku cuma pengen Allah suka sama aku.

Q : Kamu baca arabnya doank apa sama artinya?
A : Biasanya sih aku arabnya doank. Tapi dua pekan ini, aku dengerin murotal sambil baca artinya di screen. Video yang kudownload dari youtubenya Tadabur Daily enek didenger dan dilihat. 
Q : Siapa yang ngaji?
A : Zain Abu Kautsar

Q : Bagian cerita apa yang paling kamu inget setelah baca Al Kahfi? 
A : Ada beberapa bagian yang berkesan.
Q : Yang pertama?
A : Di bagian awal tu aku amazed sama para pemuda Al Kahfi yang teguh pendiriannya dihadapan raja yang dzalim. Mereka kan keknya ditanyain gitu kan. Trus jawabnya "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak menyeru Tuhan selain Dia." Uwuwuuuuu...aku udah bayangin pasti mereka adl pemuda yang cerdas dan berkepribadian kuat. 😎
Q : Hmmm...boleh lah. Kalau yang kedua?
A : Gapapalah aku jadi istri kedua. Loooh!!! Nglantur kemana kamuuuh Tem 😤. Baik. Mari balik ke topik. Jadi, yang kedua adalah Nabi Musa. Gilak! Nabi Musa tu keknya pembelajar sejati gitu. Sama orang yang baru ditemui aja, dia langsung mau belajar bersamanya. Trus, kritis poooooool! Tanyaaaaa teruuuus. Mungkin itu ya yang ingin disampaikan di cerita itu.
Q : Apa yang ingin disampaikan?
A : Ya kalau belajar itu harus gitu Cuy. Harus banyak tanya. Harus penasaran. Harus percaya diri untuk bertanya, ga usah peduli apakah pertanyaanmu itu bagus apa endak. Ya to ya to? Trus lagi, kamu harus punya guru jika mau dapat ilmu. 

Q : Biasanya kapan baca Al Kahfi?
A : Ga tentu. Tergantung situasi.

Q : Sekali duduk bisa selesai atau butuh bbrapa kali pause?
A : Sekali duduk.

Hmm, last but not least, terima kasih ya Cuy. Sudah mampir di mari dan  dengerin ceritaku dengan penuh perhatian. 

20 Self-Q&A 2020 (Bukan Serius Content)

Entah kenapa, beberapa hari yang lalu, aku kepikiran buat bikin ini, "Self-Q&A 2020". Semacam refleksi begitu kah? Hmmmm, agak beda sedikit kali ya. Kalau refleksi itu kan semacam serius gitu kan. Kayak yang ada di defisinisinya kamus Cambridge "serious and careful thought". Nah, kalau ini, ntr self-question-nya bakal ringan-ringan. Ya, kalau ada yang berat, itu bonus lah. Kwkwkwkwk.


Oke, let's get started


1. Q : Makanan baru apa yang kamu coba makan di tahun 2020 ini?

A: Hmm, jujur, aku sih jarang jajan, dan jarang coba-coba makanan. Kalau pun itu makanan kekinian, sudah dipastikan itu pasti pemberian orang. Tahun ini, makanan baru yang masuk ke perutku adalah bolen pisang yang dikasih sama Ibu Eka (teman kantorku), pizza roti (ambil di perpus kantor),  chia seed, juz brokoli, kiwi, lemonilo, gojiberry. What else? Itu doank. Hahahahaaha. 

Q : Taon depan pengen nyobain makan apa?

A : Ga neko-neko. Taon depan pengen lebih sehat lagi. Pengenya ga suka goreng-gorengan. Pengenya cuma makan buah sayur yang sehat-sehat doank. Kwkwkwkwkwkwkw. 


2. Q : Udah traveling kemana aja? 

A : Ke Magelang buat rafting. Ke Telaga Sarangan, Madiun. Ke Pantai Drini, Gunung Kidul. Ke Heritage Museum, Solo. 

Q : Taon depan pengen kemana?

A : Aku pengen banget ke Padang dan Malinau. Trus aku juga pengen ke Dubai. Dan aku pengen banget umroh taon depan (ini pengen banget). Dua domestik, dua internasional. 

 

3.  Q: Hobi ikutan give away ga? Udah pernah dapat?

A : Sekali doang kok. Tapi itu pake akun Rumah Baca Matahari. 

Q : Harapan give away taon depan apa?

A : Tiap bulan selama 12 bulan di tahun 2021 dapat give away kece kece. (Duuuuh...nglunjak bener mimpi kau wahai single tak tahu diri.....)

 

4. Q : Udah nyoba skincare apa aja nih?

A: Hahahahaha. Ngakak aku kalau ditanyain ini. Dari dulu pengen kulit glowing, tapi belum berhasil-berhasil. Dananya kurang sih. Kwkwkwwk. Well, untuk tahun ini, aku coba Cetaphil Cleanser, Cetaphil Moisturizing, Cetaphil Sunblock SPF 50, dan Biokos Vital Nutrition Series.

 Q : Taon depan rencana mau pake apa?

A : Keknya masih di Cetaphil. Tapi ada rencana buat ke Erha juga sih. Mau ngemix gitu rencanannya. Desember ini udah beli Erha Truwhite Vit C and Peptide Brightening Serum.  Mugi-mugi gusti Allah paring rejeki lancar buat beli skin care ya. (Aaamiiin)


5. Q : Beli baju berapa selama 2020?

A: 2 baju, 2 gamis, 1 kebaya, 2 kerudung segiempat, 2 kerudung isntan. Gimana? Ga boros akan aku? 😅

Q : Taon depan pengen ada yang dibeli?

A : Yes, of course. Aku pengen beli sneakersnya Nike dan Skechers. Oh ya, sebenernya kemarin pas aku jalan di Matahari Departemen Store, ada satu baju yang biasa tapi aku suka. Tapi karena harganya sungguh gila, akhirnya cukup di "pengen" aja. Semoga sih ya, taon depan masih di-display. Kwkwkwk. Oh ya, sama aku juga pengen beli shoulder bag dan juga koper. Trus aku juga pengen beli helm. Laaaaaaaah...kok jadi banyak banget. Tak apalah. Wong aku juga ga kena sindrom 12 12. (Apa hubungannya kisanak 😒)


6. Q : Peruabahan sikap ekstreem yang sudah dilakuin?

A : Salim sama Ibuk Bapak kalau mau berangkat kerja. 

Q : Taon depan mau kayak apa?

A : Pribadi yang yakin, cerdas, dan periang 💋 . 


7. Q : Drakor yang udah ditonton dan terfavorit apa? 

A: It's Ok Not To Be Ok; Black Dog; The World of Marriage; Itaewon Class; Lies after Lies. Dan yang terfavorit adalaaaaaaaaaaah ........ Blaaaack Doooooog!!!! 

Q : Taon depan pengen nonton apa?

A : Taon depan aku pengen sibuk banget so sampe ga bisa nonton drakor. Apalagi maraton.  #kibasrambut


8. Q : Sudah taaruf aka dikenalin sama cowok berapa kali? 

A: Empat kali dikenalin, dan sekali nembak cowok. 

Q : Harapan taon depan?

A : ...........................................................................

 

9. Q : Buku yang selesai dibaca?

A : Belum ada. Hahahahaha. Sukanya bacanya setengah-setengah. 

Q : Taon depan pengen nyelesaiin buku apa?

A : Karya Buya Hamka. 

 

10. Q : Punya kenalan baru atau teman baru mungkin?

A :  Sedih sih ini. Wei? Jadi aku juga ngrasain perihnya karena lingkaran pertemanan mengecil. Bingung mau memperluas pertemanan/relasi itu kek mana. Taon ini aku kenal siapa ya? Hmmm, ga banyak sih. Tapi keknya aku lupa siapa aja. 

Q : Harapan taon depan?

A : Pengen memperluas pergaulan sih. Bukan untuk mencari sahabat baru, pengen jari relasi baru aja. Biar tambah rejekinya kan. Rejeki ilmu, rejeki duit, rejeki hati seneng. 


11. Q : Sudah jadi narasumber berapa kali?

A : Dua kali. 

Q : Taon depan?

A : Pengenya tiap bulan satu ngisi acara gitu. Karena sumpah deh cuy. Jadi narasumber itu bahagia karena bisa berbagi. Emang sih, mempersiapkannya itu rada susah karena kita mesti belajar banyak. Tapi itu sensasinya. Jadi tau banyak euy.


12. Q : Hal paling memalukan yang dilakuin taon ini?

A : Duh. Apa ya. Banyak banget euy yang malu-maluin tuh. Kalau nembak cowok memalukan enggak? Enggak kayaknya sih. Kalau itu aku consider sebagai sebuah ketegasan dan kejujuran sih 😁. Kalau hubungi orang yang udah nolak kita? Kwkwkw...kayaknya itu memalukan. Oke. Itu aja berarti. 


13. Q : Harapan apa yang terwujud taon ini?

A : Hmmm, banyak sih kayaknya. Cuma satu dua doank yang masih tertunda 😎. Salah satunya adalah this one. Taon kemarin pas 12 12, aku ga punya duit sama sekali. Trus waktu itu berdoa moga taon depan pas 12 12 aku punya duit banyak. And yeah, taon ini aku rada kalap. 

Q :Harapan taon depan?

A : Financial ga pas-pasan. Jadi kalau orang mau ngutang, ada saldonya. Kalau ada tamu datang, bisa ngajak jalan-jalan. Kalau ada orang minta bantuan, langsung transfer. 


14. Q : Prestasi yang paling membanggakan apa?

A : Bisa keluar dari lingkaran toxic 🙊. 

Q : Taon depan?

A : Ngalahin hawa nafsu 🙈

 

15.  Q : Kamu ngrasain ada perubahan besar ga di dalam dirimu taon ini? Dalam hal apa itu?

A: Aku merasa tenang. Hatiku merasa ringan. Kayaknya lebih enteng aja dan ga ruwet mikirnya. 

Q : Taon depan mau berubah kayak apa?

A : Oh ya. Taon depan ni aku pengan jadi orang yang argumentatif. Speak up. Berani ngomong dengan argumen yang cerdas dan tak terpatahkan. Kwkwkwkwkw (Mumpung berharap itu gratis). 


16. Q : Siapakah yang ingin kamu temui tahun ini dan belum kesampaian?

A : Dia, dia, dan dia. Hahahaha. 

Q : Taon depan?

A : Dia, dia, dan dia. 


17. Q : Kapan kamu bisa tertawa saat terberat di tahun ini?

A : Jujur. Lupa. Sangat lupa. Sori ya. 


18. Q : Hal apa yang paling kamu syukuri tahun ini?

A : Masih waras dan still being a muslim. Oh ya. Satu lagi. Hapeku ganti dengan kapasitas yang gede so bisa instal macem-macem. Aku merasa terbantu dengan hape yang kapasitas gede. Hehehee. 


19. Q : Hal apa yang membuatmu merasa lega di tahun ini?

A : Ngasih 50% saldo rekeningku ke saudaraku. Ngasih rok termahal dan masih baru ke sahabatku. Ngasih tas kesukaanku ke teman sekantor.


20. Q : Hal termanis apa yang seseorang lakukan untukmu taon ini?

A : Aku tu suka kalau ada orang yang tiba-tiba WA aku dan nyampah gitu. Tanda kita deket kan? Menurutku itu manis sih. Tapi ya ga sembarang orang. Temen-temen deket aja. Kwkwkwkwkw. Aku juga paling suka kalau ada yang bilang "Sesungguhnya kita tak pernah berpisah, selagi ada doa diantara kita." 


Hmmmm, I think that's enough. It need three sits to finish this writing 😂. Padahal kan cuma tulisan gini doank yak. Well, stay healthy and positive yak! 👌👌 Byeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee..........