Perlunya Mengetahui Level dalam Membaca

Aku tu kadang masih merasa bingung ketika akan mengajar anak-anak di Rumah Baca Matahari. Bingung tentang bacaan apa yang harus aku berikan kepadanya. Anak kelas 5 SD, namun ternyata dia tidak mampu untuk membaca buku yang di level atas. Dia bisa nyambung dengan isinya ketika membaca buku-buku untuk level di bawahnya. Jadi, apakah usia itu sama dengan level reading yang seharusnya diberikan kepada anak? Hmmm, bingung ya.

 


Jadi gini. Aku pernah membaca di perpustakaan digital yang beralamat di https://literacycloud.org/ Disana ada kategori bacaan berdasarkan level. Ada level 1 sampai level 6. Buku dengan katergori  level 1 punya karakteristik simple, word repetition, dan averages 1-4 words per sentence. Buku dengan level 2 punya karakteristik simple concept, familiar situations, averages 2-6 words per sentence. Level 3 punya ciri-ciri simple story line, simple sentences, averages 4-10 words per sentence. Karakteritstik level 4 adalah more new themes and consept, some compound sentences, averages 6-12 words per sentence. Level 6 karakteristiknya adalah some complex sentences and paragraph, bisa sampe 20 kata per kalimat. Level 6 mempunyai ciri-ciri full range of words, structure, punctuations, often full pages of text, dan bentuknya tak jarang adalah chapter books.

 

Btw, aku menggunakan bacaan tersebut untuk membuat soal AKM sebenernya yang aturanya ada di alamat https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/AKM/. Di soal AKM, ada perjenjangan juga. Ada Level 1-6 Level 1 untuk kelas 1 dan 2 SD. Level 2 untuk kelas 3 dan 4 SD. Level 3 untuk kelas 5 dan 6 SD. Level 4 untuk kelas 7 dan 8. Level 5 untuk kelas 9 dan 10. Level 6 untuk kelas 11 dan 12.  

 

Sebagai pengajar non-formal, aku kurang setuju dengan pelevelan di AKM itu sih. Karena level itu seharusnya tidak terbatas pada jenjang kelas atau umur seorang anak. Setiap anak mempunyai perkembangan masing-masing dan kemampuan membacanya itu masing-masing. Sebagai seorang yang bergerak di bidang pendidikan non-formal, tidak masalah kalau kita tidak saklek harus mengikuti aturan baku pemerintah untuk level reading. Merdeka Belajar. Flexibility in Learning. Itu pointnya.Kita diberikan kebebasan untuk mendesain pembelajarn sesuai dengan kondisi anak-anak yang kita ajar.

 

Lalu, perlukah seorang pengajar tau akan level dalam membaca dan karakteristiknya? Sure. It is a must. Aku sih taunya telat ya. Telat juga dalam kesadaran untuk mencari tau.

 

Menurutku sih ya, tau akan pelevelan ini bakal ngebantu kita buat mem-planning dan men-deliver reading instruction. Kan! Kita sudah tau pemetaaanya. Ooo…si anak ini ternyata masih di level 1. Yaw udah kita kasih bacaan di level 1. Perlu ada diagnose dulu tentang kemampuan anak, lalu tinggal dikasih resep yang cocok apa.

 

Semoga selalu bisa menakar sesuatunya dengan pas ya!

Be First to Post Comment !
Posting Komentar