Quotes dr.Spock (Hari Ketujuhbelas di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Spock: It is unwise to trivialize that which one simply does not understand, Doctor.

Spock : Dokter, tidak pantas kita meremehkan sesuatu yang kita tidak mengerti.

Sering menjadi korban quote di atas geis?
Tentu pernah lah yak.
Kalian kan orang dewasa, pengalaman-pengalaman yang di dapat juga pasti dah buanyak dan beragam.
Pada suatu ketika kita mempunyai sebuah cara menjalani hidup, ada ada sahaja orang yang ngomongin.
Semisal kita diam instead of berbicara.
Semisal kita banyak berbicara instead of diam.
Semisal kita menolak ajakan dan memilih diam di rumah.

Apapun pilihan kita, naturenya pasti ada yang tidak suka.
Ada yang ngomongin. Bahkan dengan kata-kata yang sangat tajam.
Mereka tidak peduli dengan alasan kita memilihnya.
Mereka pun tidak mau mengerti dengan alasan kita tersebut.

Sudahlah.
Tutup saja telingamu.
Jangan kau menutup lidahnya.

Begitu saja ya.

Solo, 17 Januari 2019.

Obat Penguat (Hari Keenambelas di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Dear geis,
saya tu lemah, you know.
Cepet banget hati ini berubah.
Ibarat bunga dandelion,
maka kena angin dikit, bulunya udah lebas dari bunganya.
Ibarat kue kastangel,
dia langsung hancur ketika jatuh ke lantai.

Because of that,
saya perlu obat penguat.
Saya harus minum obat ini setiap hari.

Apakah kalian tau apa nama obat itu geis?

Namanya adalah kajian.
Yup, kajian. Mengkaji ilmu agama dari seorang ustadz.

Bagi saya, kajian memberikan kesejukan dan ketentraman hati.
Tapi yang lebih penting adalah,
kajian menguatkan keyakinan diri.

Itu geis.



Solo, 16 Januari 2019

Belajar Membuat Personal Branding (Hari Kelimabelas di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Dulu ada yang ngeHits namanya 30 facts about me (Angka bisa diubah-ubah).
Disitu isinya tentang diri kita. Lucu-lucu sih isinya.
Tak jarang bikin ngakak para pembaca.
Saya pastinya salah satu korbanya...hahahaha.

Waktu berjalan dan hal tersebut tenggelam.
Sekarang yang mirip-mirip adalah personal branding.
You know lah ya apa itu.
Jadi saya tak perlu panjang lebar menjelaskannya.

Hmmm, tapi disini saya mau coret-coret untuk my personak branding.
Sebab geis, you know what, saya selalu bingung kalau disuruh ngisi bio di medsos.
Di blog ini, di instragram, di web orang, di twitter, dan lain-lain.
Dan itu bisa merefleksikan bahwa saya sih ya masih suka labil orangnya. Xixixixixi...

Saya akan mulai menuliskan 15 hal tentang diri saya geis dengan awalan kalimat
"Tami adalah ....."
1. Penyuka cilok
2. Penyuka tempe mendoan
3. Penikmat hujan
4. Pendengar cerita
5. Quote lover
6. Pemburu kajian
7. Bukan penyuka duren
8. Perempuan unik
9. Seorang yang lucu
10. Pendukung setia
11. Ordinary inside and outside
12. Bukan penyuka matematika
13. Penikmat teh dan angkringan
14. Penyuka mie ayam
15. Seorang gadis desa

Hmmm, tapi, saya kira 15 hal tersebut belum menggingit.
Belum menunjukkan saya banget.
Belum ngeBold gitu.
Iya ga sih geis?

Saya yakin kalian pasti akan langsung angguk kepala tanda setuju. Hehehe.
Doakan ya, semoga saya lekas menemukan personal branding yang gue banget

Sekian dari saya geis.
Happy January!





Solo, 15 Januari 2019                                                                                                                                                                                            

Doa Ketakwaan (Hari Ketigabelas di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Saya pernah berdoa dengan serius.
Saya minta kepada Allah supaya didekatkan dengan majelis ilmu.
Alhamdulilah, Allah selalu berlari untuk menyambut hambanya yang merangkak.
Lewat informasi dari seorang teman yang bernama Mbak Meri,
saya ikut Madrasah Keluarga Sakinah di Masjid Al Qomar, Laweyan Surakarta.

Disitu membahas kitab Al Ushul Ats Tsalatsah (tentang Akidah),
kitab Tanhibatun Ala Ahkaam Tahta Bil Mukminat (tentang fiqih nisa),
dan kitab Tarbiyatul Abna' Wa Thoifah Min Nasholul Athibbai (tentang cara mendidik anak).

I feel so lucky geis.
Suka berada di tengah-tengah mereka.
Sederhana dan semangat menuntut ilmu agama.
Namun, untuk semangat menuntut ilmu agama dan mengamalkannya itu,
tidak semudah menggoreng telur ceplok.
Perlu ada ikhtiar dan doa yang tanpa henti. 

But here, I won't tell about them.
Saya hanya ingin membagi salah satu pelajaran yang nacep untuk saya.
Salah satunya adalah saya diajari doa untuk memohon ketakwaan.
Begini bunyinya.

« اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Artinya : "Ya Allah, aku memohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, keterjagaan, dan kekayaan"
(HR. Muslim no. 2721, At Tirmidzi no. 3489, Ibnu Majah no. 3105, Ibnu Hibban no. 900 dan yang lainnya).


Semoga.
Semoga selalu diberikan petunjuk untuk semakin takwa dari hari ke hari.
Takwa dengan sebaik-baik ketakwaan. 



Solo, 14 Januari 2019

Mendengarkan Saja (Hari Keduabelas di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Ketika saya hidup di asrama dulu,
salah satu kegiatanya adalah halaqah.
Isinya hafalan dan crita-crita.
Favorite dah pokoknya untuk kaum hawa.
Hafalanya sih dikit, curhatnya yang buannyak 😂.

Saya suka mengingat-ingat kenangan masa dulu.
Indeed sih ya. Memories bring happiness.

Salah satu kenangan yang saya ingat adalah suatu hari di moment halaqah.
Biasanya ber6-7 orang tuh.
Semuanya pada berebut mau cerita.
Dan semunya pasti bisa tertawa lepas.
Namun hanya satu orang yang ga cerita, cuma ketawa cekikikan terus.
Waktu ditanya "Siw, kenapa kamu ga cerita?"
Oh ya, namanya Siwi. Siwi Primasari klo ga salah nama lengkapnya. Ya kalau salah tolong dimaafkeun ye 🤡😎

Dia itu orangnya memang kalem.
Lembut gitulah pokoknya.
Dan kelen tau apa jawaban dia?
Jawaban dia bagai es teh di kala tenggorokan kering.

"Saya tak mendengar aja. Kan udah banyak yang ngomong"

Maa syaa Allah.
Akhlaknya itu geis.
Super duper kece pooool.
Semoga Allah selalu merahmatinya.

Tidak egois.
Tidak ingin menonjol.
Selalu mengalah.
Selalu merendah.

Barakallah Siwi sayang.
Saya selalu menginga akan akhlakmu.
Semoga jadi kebaikan untukmu.
(Dan saya pun bisa ketularan)


Klaten, 12 Januari 2019

Sederhana (Hari Kesebelas di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Ada hari dimana fikiran saya memikirkan jauh kedepan.
Pemikiran yang ruwet dan mbundet.
Eh..sama aja yak. Hehehe.
Dan hari itu adalah hari ini. Hiks hiks.
Besok mau ngapain. Hari ini mau bikin karya apa.
Bisnis apa yang akan dirintis
Nanti kalau mau menikah mau bikin program apa. 
Dan bla bla bla bla lainya.

Duh, kan saya jadi pusing geis.
Maklum, saya bukanlah tipe orang yang bisa berfikir berat.
Kraay..........

Ditengah kepusingan itu,
Allah tunjukkan saya membaca salah satu PP WAnya teman.
"Inginku sederhana.
Ingin tegak di atas sunnah bersamamu.
Itu saja."

Maa syaa Allah. Tabarakallah.
Hati saya langsung mak nyess membaca kalimat tersebut.

Tidak muluk-muluk.
Sederhana saja.
Sebab yang sederhana memang selalu lebih indah.




Solo, 11 Januari 2019.

Menentukan Arah (Hari Kesepuluh di 30 Hari Bercerita)


Bismillah.

"Ayo Tam, susun targetmu di tahun 2019. Bikin rencana-rencana."

Dan saya hanya bisa diam.
Eh, enggak dink. Saya jawab "Okay".

Mungkin orang pada gemes lihat saya.
Kayak orang yang ga punya harapan.
Kayak orang yang putus asa.
Tapi ya memang gitu sih adanya.

Mau merancang mimpi itu rasanya lelah.
Sebab setiap tahun bikin resolusi, namun tidak ada yang kesampaian.
Gagal gagal gagal gagal.
Kan ngenes ya geis.

Heh.
Tapi kan saya ga boleh lama-lama kek gitu.
Saya harus tetap berjalan meski berat.

Makanya, bagaimanapun rasanya sekarang,
saya masih akan merencanakan.
Itulah kenapa, untuk pertama kalinya, saya beli buku agenda.

Ini adalah sebuah ikhtiar.
Meskipun setelah beli, saya juga masih terbengong,
"Mau tak tulisin apa?"

Hmm, jadi beginikah sulitnya merencanakan (sendirian)?

Bismillah aja ya.
Semoga Allah berikan taufik.


Solo, 11 Januari 2019

Jokowi: Menuju Cahaya

Bismillah.

Geis, saat ini saya sedang membaca buku terbitan perusahaan saya bekerja.
Buku penutup akhir tahun saya bilang.
Judulnya adalah Jokowi: Menuju Cahaya yang ditulis oleh Albethiene Endah.
Tebal buku 384.
Harga sekitar Rp. 190.000

Isi buku ini ya tentang Jokowi.
Tentang masa kecilnya di Solo.
Tentang kegiatan yang dia lakukan.
Tentang mimpinya untuk Indonesia di masa depan.

Salut. Bagus.
Beliau memang seorang pemimpin yang humble dan punya niatan baik untuk negeri ini.
Memang, semua pemimpin di negeri ini secara personal adalah seorang yang layak menjadi pemimpin.
Tetapi...
Ketika memilih pemimpin, maka urusannya bukan lagi personal.
Namun lebih dari itu.
Memilih pemimpin di negeri ini adalah tentang siapa perkumpulan orang-orang yang ada di belakangnya.
Tentang misi besar partai yang mengusungnya, baik tersirat maupun tersurat.

I like Pak Jokowi.
That's why I read this book.
Saya ingin mengenal beliau lebih dekat.

But, suka tidak berarti memilih kan?
Hehehe.


Solo, 9 Januari 2019

Jangan Mengeluh (Hari Kesembilan di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Profile picture di WA saya saat ini adalah suatu tulisan seperti ini,
"I have made dua,
and forgotten them.
Years later as it manifest, 
God says quitely to me,
Do you remember this, my love?"

Saya memakai PP itu untuk self-reminder untuk tidak mengeluh.
Tidak mengeluh tentang pekerjaan yang sedang dijalani sekarang.
Dulu saya pernah punya keinginan seperti ini,
Percaya diri berjalan sendiri.
Menulis buku pelajaran, dan tidak mengajar.
Bekerja kantoran.
Berada di tengah-tengah orang yang heterogen.

And now, here I am.

But in fact, I feel boring too and need to move.
And I want another life. A new life. Out from routine. 

Saya sempat mengeluh, dan saya menyesal telah mengeluh.

Ibaratnya sekarang saya sedang berlabuh ke sebuah pulau.
Mampir sebentar.
Dan, sudah saatnya saya harus mendayung kembali.
Melakukan perjalanan lagi.
Maju dan melaju ke arah yang jauh lebih baik.


Solo, 9 Januari 2019

Penyedia Pekerjaan (Hari Ketujuh di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Tadi pagi ada tetangga ke rumah.
Bukan nemui saya sih.
Tapi nemuin ibuk saya.

Beliau bilang seperti ini,
"Tulung kek ono aku kerjo Yu"
Yang artinya adalah beliau meminta pekerjaan pada Ibuk.

Sebab beliau tidak punya pekerjaan.
Sebab beliau butuh uang.

Bagus.
Beliau tidak mengemis dan mencari jalan haram.
Tapi memberanikan diri mencari  pekerjaan halal.

Alhamdulilah, Ibuk punya pekerjaan untuk tetangga tersebut.

Tsumma Alhamdulilah.
Setitik cahaya membukakan impian saya.
Yang beberapa waktu ini sempat gelap akan masa depan.
Ya..semoga kelak Allah berikan taufik kepada saya dan keluarga untuk bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang di sekitar.

Bismillah.
Impian yang perlu direalisasikan.


VFS Tasheel International Jogja, 7 Januari 2019

Bersabarlah (Hari Keenam di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Hidup di masyarakat itu mesti kuat geis.
Iya kan?
Banyak kata yang asal ucap.
Banyak mulut yang tak beradab.
(Tentu saya masih jadi bagian dari itu. Namun lagi belajar untuk punya lisan yang baik).

Perempuan umur 29. Belum menikah.
Apa yang terbayang?
Ga laku? Terlalu pilih-pilih? Kebanyakan dosa? Ga normal? Kena azab?

Flaw.
Itulah yang kenyaatanya yang masih terjadi sampai sekarang.
Dianggap tabu dan sebuah cacat sosial.
Semua dicari kesalahannya.
Semua mencari penyebabnya.

I'm fine some days.
But, I don't feel okey for some days.

Kata Prof Rocky Gerung
"Ketika ada orang yang mengkritik, jangan kau tutup mulut mereka. Tapi tutuplah telingamu"

Kata Allah dalam Surat Sad ayat 17
"Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan...."

Klaten, 6 Januari 2019
19.16

Berkepala Dingin (Hari Kelima di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Hari itu saya sedang ikut manasik umrah.
For the first time geis.
Alhamdulilah.

Umrah pertama kali ini, saya percayakan perjalaman ini sama salah satu biro yang ada di Solo. Namanya Dewangga Lil Hajj Wal Umrah.
Ketika manasik, tentulah direktur biro memberikan sambutan.
Beliau adalah Bapak Her Suprabu.
Manasiknya berjalan nyaman dan enak.
Sebab tempatnya juga enak sih geis.
Dimana Kak?
Di Lor In Syariah Hotel geis.

Sesi terakhir adalah sesi tanya jawab.
Ada seorang yang bertanya tentang umrah sunnah.
Apakah pihak biro memfasilitasi? Begitulah pertanyaanya.

Yang menjawab pertama adalah dari pihak ustadz yang memberi manasik. Karena dari sisi ustadz, beliau doesnt believe with umrah sunnah. Jadi ya sudah.
Yang kedua dari direktur biro.
Tentulah, karena ini bisnis, maka jadilah kepuasaan customer adalah yang terdepan.
Jawaban diberikan oleh Bapak Her Suprabu.
Beliau menyadari akan perbedaan keyakinan itu, makanya dari pihak biro memberikan fasilitas untuk jamaah yang ingin melakukan umrah sunnah.

Apa yang saya tangkap geis?
Tentang kepala dingin menghadapi perbedaan. Apalagi masalah keyakinan.
That's cool dan terkesan ringan geis.

Tak perlu ngotot harus ikut keyakinan kita.
Woles aja kan.

Seperti perkataan Ust Felix Siaw.
"Aku dengan keyakinanmu dan aku tidak ikut campur. Aku dengan keyakinanku dan kamu juga jangan campuri. Saling respect, no judge"



Klaten, 5 Januari 2019
07.42

Menjadi Orang yang Doanya Mustajab (Hari Keempat di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Siang itu saya mendatangi seorang dokter untuk berkonsultasi.
Namanya adalah dr. Taufik Rahman Alkaff, SpOG.
Bagi masyarakat Klaten, pasti sudah tidak asing dengan nama ini. Apalagi untuk mommy mommy trendi.
Konon katanya dokternya enak.
Saya sih ga masalah konsultasi ke beliau, lha wong cuma konsultasi haid.
Jadi beliau won't touch me at all. Hehehe.

Bener ternyata kata orang-orang itu.
Dokternya informatif banget.
Ceria dan mampu membangkitkan semangat.
Belum pernah saya bertemu dengan dokter kayak gitu (Lhaaaa emang nona sudah menjelajah berapa dokter :D).

Konsultasi berjalan dengan sangat asyik.
Hingga tibalah waktu saya pamit.
Saya keluar ruangan, namun tiba tiba saya dipanggil
"Buk...jangan lupa doakan saya di depan ka'bah ya".

Saya menengok ke belakang
"Siap Dok"

Seketika saya memohon kepada Yang Maha Kuasa.
Semoga saya termasuk orang yang doanya mustajab.


Solo, 4 Januari 2019
07. 55 PM
 



2019ku

Bismillah.

Saya fikir saya mesti buat rencana geis.
Dan menuliskannya, for sure.
Terkhusus 2019 ini.

Baiq. Ehem ehem.

Here you go.

Tahun 2019 nanti saya mau seperti ini geis:
1. Lebih rilexs menghadapi apapun.
2. Lebih luwes dan asik (tapi prinsip haqiqi tetep dihati)
3. Lebih memperhatikan hal yg penting ketimbang yang ga penting
4. Basmi habis baper

5. Lebih dekat sama Al Quran (means lebih banyak pegang Al Quran ketimbang gadget)
6. Lebih tertata lagi bicaranya
7. Lebih berani mengungkapkan kebenaran dengan baik

8. Membuka mini barbershop
9. Membuka kelas mengaji untuk ibuk ibuk manula
10. Resign

11. Ke Turki bareng doi
12. Ke Bangka

13. Beli Buku Halo Balita
14. Beli Buku Muhammad Teladanku

15. Menulis buku untuk kemendikbud
16. Blog ramai pengunjung
17. Ketemu tokoh keren tiap bulan
18. Anak-anak ikut lomba
19. Anak anak hafal an naba

20. Menggenapkan separuh agama

Mempersilahkan Duduk (Hari Ketiga di 30 Hari Bercerita)

Bismillah.

Saya sedang di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Solo untuk suntik vaksinasi meningitis.
Namanya juga kantor pelayananan publik. Antrian pastilah menjadi sandangannya kan.
Hal yang paling membuat gemes adalah ketika tempat duduk kurang, tapi lelaki tidak mau mengalah.
Ada nona nona muda seperti saya berdiri lama, juga ndak mau kalah.
Itu sih ya sudah biasah.
Tapi kalau yang berdiri lama adalah perempuan tua...duh dek. Kan pengen kayak nggajul si doi yak...
Sikap menunjukkan nurani geis. Begitu saja sudah.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Solo
3 Januari 2019
09.21

Lapak yang Ramai Pembeli (Hari Kedua di 30 Hari Bercerita)


Bismillah.

Pagi ini saya sarapan seperti gambar di atas.
Ada nasi sayur daun ketela.
Ada dua gorengan.
Ada dua kerupuk.
Semuanya habis hanya Rp. 5.000.
Kenyang geis. Alhamdulilah. Luar biasaaak murah kan.

Saya membeli makanan tersebut di warung dekat kost.
Tempatnya bersih. Makanannya enak dan murah-murah. Penjualnya ramah.
Ibuk penjualnya seolah-olah tidak memperhitungkan untung rugi.
Mungkin prinsip ibuknya adalah yang penting aku dan kamu heppi.
Hihihihi.

Jika melewati lapaknya, saya berusaha untuk menyempatkan berdoa.
Semoga lapak ibuknya berkah (dan tetap murah).
Semoga banyak orang  cenderung untuk membeli di warungnya.
Semoga banyak orang tertolong perutnya dengan adanya lapak tersebut.

Solo, 2 Januari 2019
09.06

Mengukur Bicara (Hari Pertama di 30 Hari Bercerita)


Bismillah.

Buku berjudul Segenggan Iman Anak Kita karya Ustadz Mohammad Fauzil Adhim di atas sudah lama sekali berada di rak buku saya. Saya membelinya sekitar tahun 2013. Waktu itu PO, dan saya langsung pesan. Sebab ya pada masa itu, teman-teman di sekitar sedang bergemuruh untuk memesan buku itu. Ya saya sih hanya ikut-ikutan pesan. Hihihi.Saat itu hanya yaqin saja bahwa someday this book will be useful for me. 

Tahun berlalu. Hingga kini di tahun 2018 saya ikut kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional. As you know, di kelas MIIP ini setiap pekannya kita harus membuat essay. Sebagaimana essay essay kebanyakan, kita kan harus banyak baca gitu kan geis...nah, akhirnya saya bongkar-bongkar rak buku lagi. Dan taraaa, buku itu akhirnya kebaca juga. 

Membaca sebanyak 287hlm, namun hanya satu hal yang tertancap dalam ingatan saya. Yaitu tentang mengukur bicara kita. Ish ish ish....saya bak tertampar geis. Ya kan selama ini bicara saya kadang tidak tepat guna. Yang seharusnya diam, malah ngomong. Yang seharusnya ngomong malah diem. Kan ga bijaksana banget ya menampatkan diri dalam situasi.

Membayangkan orang yang selalu bisa mengukur bicara itu menentramkan hati. Dia kalau ga tau ya diam. Dia kalau ga bisa berkata-kata baik, ya juga diam. Kalau ingin berbicara pun, dia selalu berfikir terlebih dahulu. Memilah kata mana yang seharusnya diucapkan, dan mana yang seharusnya tidak diucapkan. 

Untuk menjadi orang seperti itu tentu bukanlah hal yang mudah dan instan. Semuanya butuh BELAJAR dan PROSES. 

Maka, kedepan, saya ingin senantiasa aware akan hal yang satu ini. Menjaga lisan, mengukur bicara!


Solo, 1 Januari 2019
15.49