Lisan yang Selamat


"It is easier to forgive an enemy than to forgive a friend."
(William Blake)

Ketika hati berbahagia, terkadang kita tidak mampu untuk bersabar denganya. Ya, ternyata berbahagia pun butuh kesabaran. Sabar untuk tidak terlalu mengumbarnya. Sabar untuk tetap berucap santun meskipun hati sedang meletup-letup. Sabar untuk berusaha tidak menyakiti setiap hati.

Sebab, ketika kita sudah salah dalam bersikap, apalagi terhadap teman akrab, maka lisan yang salah berucap akan membuat luka hati yang tidak akan bisa kembali seperti sedia kala.

Seperti ketika kita memecahkan sebuah piring. Lalu kita minta maaf kepada pemilik piring tersebut. Apakah piring yang sudah pecah tersebut akan bisa kembali ke bentuk piring yang utuh seperti sebelumnya?

Mungkin, kita sudah memafkan akan sebuah kesalahan. Namun, seperti piring yang sudah dipecahkan, maka hati tidak akan kembali seperti sedia kala.

Maka, mari kita saling menjaga jika ingin hubungan terjalin lama. Menjalin percakapan, memperhatikan setiap ucapan, dan menjaga dalam doa.


Solo, 30 Mei 2017
Ramadan 4, 1438

Bertafakur di Lombok

Jika kamu pernah merasakan putus semangat karena doa-doamu yang lama tak terjawab hingga imanmu pun rapuh tak terawat, mungkin kamu butuh tafakur. Tafakur adalah merenungkan tentang alam semesta ini yang bertujuan untuk mengagungkan keMaha Besaran Sang Pencipta.

Bulan Mei 2017 ini, saya meminta kepada Sang Pencipta untuk melakukan tafakur alam, yakni dengan melakukan travelling keluar kota (bahkan mintanya ke luar Jawa). Sedikit tidak measurable sih keinginannya. Karena kalau dihitung-hitung dari gaji bulanan yang sudah banyak kebutuhan yang mengantri untuk dibayar, maka tidak akan cukup uangnya untuk melakukan perjalanan ke luar pulau. Kalau mengandalkan perjalanan dinas, tambah tidak mungkin sekali sebab pekerjaan saya tidak ada kebiasaan dinas luar. 

Kala itu, iman saya dalam kondisi lemah. Saya hanya meminta untuk dikuatkan kembali keimanan dalam diri sehingga bisa menjalani kehidupan dengam baik. Selain tafakur, kala itu saya juga berfikir untuk mengkaji Asmaul Husna (sifat-sifat Allah) agar lebih mengenal siapakah Tuhan saya.

Subhanallah. 

Ketika rehat istirahat kantor, saya iseng melihat akun media sosial saya (red: facebook). Di depan wall, saya mendapatkan informasi tentang kajian Asmaul Husna di Masjid Nurul Iman, Kalitan, Surakarta pada tanggal 11 Mei 2017. Pas hari libur. Saya pun langsung save the date, dan datang pada waktu acara. 

Dan memang benar, perjalanan mengenal Allah melalui mengkaji sifat-sifatNya adalah sarana efektif untuk memperkokoh iman dalam dada.

Yang kedua adalah Tafakur di Lombok. 

Sehari setelah mengikuti kajian di Masjid Nurul Iman, esok paginya di tempat kerja, atasan saya menginformasikan bahwa penjualan buku yang saya edit sangat laku di wilayah Lombok Timur. Para pembeli yang tergabung dalam komunitas IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Atfal) mengundang secara khusus penulis buku tersebut untuk membedah buku di Lombok Timur. Yang namanya bedah buku, biasanya penulis adalah satu paket dengan editor. Penulis berangkat, editorpun berangkat. Dan, saya adalah editornya. Ini berarti bahwa saya diminta untuk berangkat ke Lombok. 

Seriously? How can

Saya hampir tidak percaya dengan kabar ini. Seperti tidak mungkin saja. Ada gitu bedah buku untuk buku sekolah. TK lagi bukunya.

But, ya sudah, saya terima saja tugas tersebut. Saya yakin tugas ke Lombok tidaklah mudah. Maka, selama satu pekan sebelum acara diadakan yakni pada tanggal 21 Mei 2017, saya dan penulis banyak bergadang (dan ga doyan makan) untuk mempersiapkan segala hal yang akan kami sampaikan ketika acara berlangsung. Ini adalah pengalaman pertama kami. Oh ya, penulis saya namanya Ibu Ari Setyaningsih.

20 Mei 2017, saya tiba di Lombok dan saya mengalami jet lag. Pesawat pertama yang saya tumpangi dari Solo ke Surabaya berukuran kecil dan tua. Goyanganya sangat terasa. Alhasil, sampai Juanda International Airport, saya muntah. Alhamdulilah. Sampai di Lombok, saya belum menikmati perjalanan sama sekali. Fikiran saya masih memikirkan acara yang akan diadakan keesokan harinya. Jujur, saya belum siap untuk menjadi perwakilan perusahaan di acara bedah buku tersebut.

Semalaman di hotel, saya dan penulis berlatih presentasi. (FYI: Tugas saya hanya sebagai moderator saja sih). Sampai jam 2 malam kami berlatuh. Dan saya masih belum yakin untuk bisa melewati hari esok. Saya akhirnya tertidur, dan bangun jam 4 subuh. 2 jam saja tertidur, dan tidak nyenyak. Bangun tidur, saya berlatih lagi. Ketika mandi, sarapan, dan menunggu jemputan, saya juga berlatih. 

Tetap, saya berkesimpulan, "Saya belum siap ya Allah". Tapi mau bagaimana lagi, siap tidak siap harus tetap dijalani. Dalam perjalanan ke Lombok Timur dari Mataram yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam, saya hanya pasrah. Saya serahkan semua hasil nanti kepada Yang Maha Kuasa.

Sampai lokasi, para peserta belum banyak yang datang. Alhamdulilah. Saya punya kesempatan untuk memetakan lokasi dan audiens. Keringat dingin terus mengucur dan nafas sudah mulai memberat ketika satu demi satu para peserta datang dan memenuhi kursi yang sudah disediakan.

Well, acara pun dimulai. MC membacakan susunan acara. 

"..yang akan dimoderatori oleh bapak Sahlin". 

What? Really? Ngimpikah saya?

Dan saya gagal menjadi moderator. Saya sangat bersyukur dan senyum-senyum sendiri di depan meja laptop. Akhirnya, saya hanya menjadi operator di acara tersebut. 

Allah tau kondisi saya. Saat itu saya benar-benar lemah dan mengantuk. Kalau diajak ngobrol, saya sudah antara sadar dan tidak sadar. Saya tidak nyambung diajak ngobrol. Dan, hari itu Allah menyelamatkan nasib saya dari hampir melakukan pencemaran nama baik perusahaan lantaran berbicara ngawur di depan panggung. Hehehe.

Setelah acara selesai, barusalah saya bisa bernafas lega dan bisa menikmati tanah Lombok. Saya main ke pantai di malam hari. Menikmati suara ombak dan bintang berkelipan di malam hari. Mengobrol banyak hal tentang keseruan proses acara tersebut bisa sampai terlaksana. Dan saya berusaha menyambungkan titik-titik kejadian yang sungguh sepertinya sudah diatur dengan rapi oleh Allah untuk menunjukkan keMaha BesaraNya kepada saya. 

Saya merasa Allah sangat sayang kepada saya. Allah tidak ingin melihat saya terlalu lama menderita dalam kerapuhan iman. Allah tidak ingin saya berputus asa akan doa yang selama ini belum terjawab.

Allah itu baik. Allah pasti akan mengabulkan setiap permintaan yang dimohonkan dengan tulus di waktu paling tepat dan waktu paling baik.


Solo, 29 Mei 2017
3 Ramadhan 1438

Tentang Tawakal (by Raehanul Bahraen)



Image result for tawakal burung
source: https://www.google.co.id/search?biw=1128&bih=531&tbm=isch&sa=1&q=tawakal+burung&oq=tawakal+burung
  1. Tawakal itu ada rukunya (rukun: yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan)
  2. Rukun yang pertama adalah mengambil sebab dan melaksanakan usaha.
  3. Rukun yang kedua adalah menyerahkan hasil akhir kepada Allah dan ridha terhadap apapun takdir Allah karena itu yang terbaik.
  4. “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “. (HR.Tirmidzi)
  5. Maksud tawakalnya burung adalah bahwa seekor burung itu tidak pernah tau makanan apa yang akan dia dapatkan ketika dia pergi meninggalkan sarangnya untuk mencari makan.
  6. Yang penting bagi burung adalah berusaha keluar sarang dulu. Yang penting berusaha. Tidak meninggalkan sebab dan usaha.
  7. Yang penting bagi burung adalah tidak stress dulu di sangkar terlalu lama memikirkan nasibnya.
  8. Yang penting bagi burung adalah optimis dengan rezeki Allah.
  9. Manusia yang tidak bertawakal adalah mereka yang tidak mau berusaha walaupun kecil. Mereka terkungkung dirumah saja.
  10. Manusia yang tidak bertawakal adalah mereka yang terlalu lama stress dan depresi dirumah memikirkan nasibnya dan terlalu lama berkutat dalam rencana dan prediksi akhirnya tidak jalan.
  11. Manusia yang tidak bertawakal adalah mereka yang pesimis dengan usaha yang dilakukan, bisa jadi karena gengsi dan malas.
  12. Padahal yang penting adalah USAHA DAHULU. Bergerak walaupun presentasi keberhasilanya sedikit. Ini lebih baik daripada stress, depresi, dan terkungkung tanpa usaha.

Mei Bangkit


The Happy Tami is on her mood.
Jadi begini. Saya itu kurang begitu setia. Mudah bosan dan sering tidak konsisten. Contohnya, saya suka gonta-ganti buku catatan. Saya suka meninggalkan buku catatan dimana-mana. Saya suka menulis di sembarang tempat. Padahal kan sudah saya bagi-bagi kalau buku ini untuk menulis planning, buku ini untuk menulis materi kajian, buku ini untuk menulis curhatan, dan buku ini untuk menulis anggaran serta buku itu untuk menulis hutang. 

Hal ini menjadi masalah tersendiri untuk saya seorang perempuan yang mempunyai banyak kata dalam otak. Bisa ruwet kalau tidak diuraikan lewat kata atau curhatan. Bisa membusuk kalau tidak dicurahkan menjadi rentetan kalimat.

Maka, mulai hari ini saya ingin membebaskan blog ini menjadi ruang kebebasan. Sebab menulis itu adalah kebebasan, bukan? *Ini sih saya sebenarnya hanya ingin berAlibi untuk nyampah diblog ini sebab buku catatan saya ketinggalan di rumah orang tua. Padahal, ada banyak ide yang ingin segera dikeluarkan dari isi otak.

Sejak bulan Maret 2017 kemarin, saya memberikan tema untuk tiap bulannya (Miracle in March, Amazing April). Kenapa sih harus ada tema?

Alasan utamanya adalah karena saya tidak fokus. Karena hidup saya ngambang. Karena saya malas. Karena saya tidak produktif. Karena saya hanya meleleh tanpa makna. Dan karena saya kehilangan arah.

Poerwadarminta (1983) mengatakan bahwa tema adalah pokok fikiran yang menjadi pokok pembicaraan. *Ini bukan skripsi. Saya hanya copy paste dari panduan kurikulum SD terbitan Kemendikbud. Sehingga, dengan adanya tema diharapkan suatu kegiatan menjadi terpusat akan goal tertentu (atau fokus), lebih menarik, dan berkesan.

Jadi, begitulah kira-kira benefitnya suatu tema. 

Untuk Mei ini, saya memilih tema BANGKIT. Tidak perlu dijabarkan lebih lanjut kenapa saya memilih tema ini ya. It's too personal. Haha. Takutnya nanti malah curhat alay dramatic yang kurang berkelas.

Apa yang akan saya lakukan untuk Mei Bangkit ini?

Pertama, saya akan memulai lebih serius menghafal Al Qur'an. Kalian tau, urusan menghafal Qur'an ini sering sekali lepas dari planning yang sudah disusun. Susahnya untuk komitment. Dari dulu target ini tidak pernah tercapai. Bukan, saya bukan akan mentargetkan 30 Juz. Bulan Mei ini cukup hanya satu surat saja. Harapanya kali ini benar-benar bukan wacana.

Kedua, sebisa mungkin saya pengen menjauhi dosa. Meninggalkan apa-apa yang tidak disukai sama Sang Pencipta. Meninggalkan yang haram, dan berusaha hanya memilih yang halal. Untuk mengetahui do and don'ts ini, tentu saya harus banyak menuntut ilmu. Susah sih emang. Saya bukan manusia suci, saya hanya ingin menjadi lebih baik saja. Kata Kakek Jamil Azzaini, ketika sangat susah untuk meninggalkan apa-apa yang dilarang ini, cobalah untuk berfikir bahwa kamu hanya akan hidup selama satu jam kedepan. Jadi, selama satu jam kedepan, sebisa mungkin hanya melakukan amal kebaikan. Namun, karena we are just human nature, ketika melakukan kesalahan, secepat mungkin langsung beristighfar sebanyak-banyaknya. Amalan ini, katanya juga menjadi bekal untuk mereka yang ingin menjadi sahabat Al Qur'an. Ustadz Hanan Attaki, Lc pernah mengatakan bahwa tidak akan mereka mampu menghfal Al Qur'an dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jikalau masih banyak kemaksiatan yang terus dilakukan.

See, jadi begitu. (Doakan ya temans. Mari kita bergandengan tangan untuk menjadi baik bersama).

Cukup hanya dua saja. Semoga ini menjadi ruh bagi saya. Semoga dengan adanya tema ini, mampu menjadi salah satu strategi agar bisa fokus menjalani hidup.


Cemani, 6 Mei 2017

Cahaya Rumah (Kita)

Pagi tadi, dalam perjalanan dari tempat parkir ke ruang kerja, saya dibarengi oleh salah seorang karyawan yang saya tidak begitu akrab denganya. Sebut saja namanya adalah Bapak X.

Beliau menanyai saya beberapa pertanyaan. Tentang tempat tinggal (red: kost). Tentang rumah orang tua. Dan tentang kegiatan sehari-hari. Sepertinya itu adalah menjadi bahasan sehari-hari yang ampuh untuk mendekatkan satu sama lain. 

Saya menjawab dengan sejujur-jujurnya tanpa ada yang perlu saya tutup-tutupi dan saya ada adakan. Heh, karena menjadi apa adanya itu sangat menyenangkan.

Setalah Bapak X selesai menanyai saya, ada silent-period terjadi. Kali itu, saya mengambil kesempatan untuk melatih diri mulai membuka diri. Saya menanyainya tentang kegiatan mengajarnya di malam hari di sebuah pondok pesantren. Dari awal bekerja di tempat kerja saya ini, saya sudah mendapatkan informasi bahwa Si Bapak X ini mempunyai side-job sebagai seorang guru.

"Mengajar tahfidz", jawab beliau.

Saya excited sekali mengetahui kegiatan Bapak X ini. Pembicaraan pun berlanjut seputar tahfidz dan tahsin. 

Sampai dengan tempat absen, kami pun berpisah. Namun fikiran saya kemudian melayang jauh ke belakang dan ke depan.

Saya mengingat dulu pernah melakukan kegiatan serupa. Mengulang-ngulang hafalan Al Qur'an (red: murajaah) dan tentu menambah hafalannya. Namun, sekarang, semuanya sepertinya tidak membekas. Tidak ada teman-teman dengan semangat yang sama di sekitar saya. 

Pengen, suatu saat nanti, saya dan my hubby memiliki ketertarikan yang sama. Menjadikan Al Qur'an sebagai teman perjalanan. Bada solat maghrib bisa saling menyimak pengulangan hafalan Al Qur'an, dan selepas subuh bisa saling membantu menambah hafalan Al Qur'an.

Semoga saja. Allah Maha Mendengar. Allah Maha Penggenggam segala harap.

Solo, 3 Mei 2017

Bapak Ibuk Laundry dan Dry Cleaning Abadi



 Image result for grow old with you
Sore ini Solo hujan deras. Setelah sebelumnya angin juga bertiup sangat kencang. Saya pulang kehujanan. Namun, saya sangat menikmatinya sebab saya adalah penyuka hujan. Saya tidak buru-buru mengendari motor. Kecepatan malah saya pelankan untuk bisa lebih lama menikmati hujan.

Sesampainya di kamar kost, saya cepat-cepat membersihkan diri karena air hujan lumayan membuat badan dingin. Sudah selesai berganti pakaian, hujan reda. Saya ingat kalau karpet kamar masih di tempat laundry dan belum saya ambil. Maka, saya pun bergegas keluar lagi menuju tempat laundry.

Laundry dan Dry Cleaning Abadi namanya. Terletak di seberang Masjid Darissalam Cemani di jalan raya menuju pabrik obat Konimex. Tuan rumahnya adalah sepasang suami istri yang sudah lumayan tua.

Saya baru pertama kali mencuci karpet disana. Maklum, selama membeli karpet, belum pernah saya cuci. Saat mengantar karpet beberapa hari yang lalu, banyak pelanggan yang datang. Jadi, saya tidak begitu banyak berbincang dengan mereka.

Sore itu, ketika saya hendak mengambil karpet, kelihatan rumahnya tidak ada pelanggan. Saya mengucapkan salam berkali-kali, namun tidak ada yang menjawab. Maklum saja, rumahnya di pinggir jalan raya besar yang lumayan bising. 

Akhirnya saya beranikan diri untuk masuk sedikit ke dalam rumahnya. Kebetulan pintunya terbuka.

Sampai agak dalam memasuki rumahnya, saya mendapati bapak dan ibu pemilik laundry sedang duduk berdua di sofa yang sama. Saling berhadapan. Satunya membaca buku, dan satunya lagi membaca Al Qur’an. 

Mereka kelihatan sangat serasi. Romantis. Syahdu. Tenang dan tentram. 

Ketika menyadari kedatangan saya, sang ibu langsung mengambilkan karpet saya. 

Sambil mengambilkan karpet, bapak dan ibu laundry Abadi menanyai saya banyak hal. Tentang nama, daerah asli, tempat tinggal, tempat bekerja, kenal ini ga, kenal itu ga, dan sampai-sampai tentang status. 

Entah kenapa, saya sudah merasa sangat dekat dengan mereka. Pembicaraan kami nyambung, dan menentramkan.

Saya sangat bersyukur sore itu dipertemukan dengan mereka. Mereka menginspirasi saya untuk mencontoh aktifitas rumah-tangga mereka. Yakni, duduk di sofa berdua di tengan hujan sore hari dengan masing-masing membaca buku kesukaanya.

Cemani, 3 Mei 2017