Bertafakur di Lombok

Jika kamu pernah merasakan putus semangat karena doa-doamu yang lama tak terjawab hingga imanmu pun rapuh tak terawat, mungkin kamu butuh tafakur. Tafakur adalah merenungkan tentang alam semesta ini yang bertujuan untuk mengagungkan keMaha Besaran Sang Pencipta.

Bulan Mei 2017 ini, saya meminta kepada Sang Pencipta untuk melakukan tafakur alam, yakni dengan melakukan travelling keluar kota (bahkan mintanya ke luar Jawa). Sedikit tidak measurable sih keinginannya. Karena kalau dihitung-hitung dari gaji bulanan yang sudah banyak kebutuhan yang mengantri untuk dibayar, maka tidak akan cukup uangnya untuk melakukan perjalanan ke luar pulau. Kalau mengandalkan perjalanan dinas, tambah tidak mungkin sekali sebab pekerjaan saya tidak ada kebiasaan dinas luar. 

Kala itu, iman saya dalam kondisi lemah. Saya hanya meminta untuk dikuatkan kembali keimanan dalam diri sehingga bisa menjalani kehidupan dengam baik. Selain tafakur, kala itu saya juga berfikir untuk mengkaji Asmaul Husna (sifat-sifat Allah) agar lebih mengenal siapakah Tuhan saya.

Subhanallah. 

Ketika rehat istirahat kantor, saya iseng melihat akun media sosial saya (red: facebook). Di depan wall, saya mendapatkan informasi tentang kajian Asmaul Husna di Masjid Nurul Iman, Kalitan, Surakarta pada tanggal 11 Mei 2017. Pas hari libur. Saya pun langsung save the date, dan datang pada waktu acara. 

Dan memang benar, perjalanan mengenal Allah melalui mengkaji sifat-sifatNya adalah sarana efektif untuk memperkokoh iman dalam dada.

Yang kedua adalah Tafakur di Lombok. 

Sehari setelah mengikuti kajian di Masjid Nurul Iman, esok paginya di tempat kerja, atasan saya menginformasikan bahwa penjualan buku yang saya edit sangat laku di wilayah Lombok Timur. Para pembeli yang tergabung dalam komunitas IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Atfal) mengundang secara khusus penulis buku tersebut untuk membedah buku di Lombok Timur. Yang namanya bedah buku, biasanya penulis adalah satu paket dengan editor. Penulis berangkat, editorpun berangkat. Dan, saya adalah editornya. Ini berarti bahwa saya diminta untuk berangkat ke Lombok. 

Seriously? How can

Saya hampir tidak percaya dengan kabar ini. Seperti tidak mungkin saja. Ada gitu bedah buku untuk buku sekolah. TK lagi bukunya.

But, ya sudah, saya terima saja tugas tersebut. Saya yakin tugas ke Lombok tidaklah mudah. Maka, selama satu pekan sebelum acara diadakan yakni pada tanggal 21 Mei 2017, saya dan penulis banyak bergadang (dan ga doyan makan) untuk mempersiapkan segala hal yang akan kami sampaikan ketika acara berlangsung. Ini adalah pengalaman pertama kami. Oh ya, penulis saya namanya Ibu Ari Setyaningsih.

20 Mei 2017, saya tiba di Lombok dan saya mengalami jet lag. Pesawat pertama yang saya tumpangi dari Solo ke Surabaya berukuran kecil dan tua. Goyanganya sangat terasa. Alhasil, sampai Juanda International Airport, saya muntah. Alhamdulilah. Sampai di Lombok, saya belum menikmati perjalanan sama sekali. Fikiran saya masih memikirkan acara yang akan diadakan keesokan harinya. Jujur, saya belum siap untuk menjadi perwakilan perusahaan di acara bedah buku tersebut.

Semalaman di hotel, saya dan penulis berlatih presentasi. (FYI: Tugas saya hanya sebagai moderator saja sih). Sampai jam 2 malam kami berlatuh. Dan saya masih belum yakin untuk bisa melewati hari esok. Saya akhirnya tertidur, dan bangun jam 4 subuh. 2 jam saja tertidur, dan tidak nyenyak. Bangun tidur, saya berlatih lagi. Ketika mandi, sarapan, dan menunggu jemputan, saya juga berlatih. 

Tetap, saya berkesimpulan, "Saya belum siap ya Allah". Tapi mau bagaimana lagi, siap tidak siap harus tetap dijalani. Dalam perjalanan ke Lombok Timur dari Mataram yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam, saya hanya pasrah. Saya serahkan semua hasil nanti kepada Yang Maha Kuasa.

Sampai lokasi, para peserta belum banyak yang datang. Alhamdulilah. Saya punya kesempatan untuk memetakan lokasi dan audiens. Keringat dingin terus mengucur dan nafas sudah mulai memberat ketika satu demi satu para peserta datang dan memenuhi kursi yang sudah disediakan.

Well, acara pun dimulai. MC membacakan susunan acara. 

"..yang akan dimoderatori oleh bapak Sahlin". 

What? Really? Ngimpikah saya?

Dan saya gagal menjadi moderator. Saya sangat bersyukur dan senyum-senyum sendiri di depan meja laptop. Akhirnya, saya hanya menjadi operator di acara tersebut. 

Allah tau kondisi saya. Saat itu saya benar-benar lemah dan mengantuk. Kalau diajak ngobrol, saya sudah antara sadar dan tidak sadar. Saya tidak nyambung diajak ngobrol. Dan, hari itu Allah menyelamatkan nasib saya dari hampir melakukan pencemaran nama baik perusahaan lantaran berbicara ngawur di depan panggung. Hehehe.

Setelah acara selesai, barusalah saya bisa bernafas lega dan bisa menikmati tanah Lombok. Saya main ke pantai di malam hari. Menikmati suara ombak dan bintang berkelipan di malam hari. Mengobrol banyak hal tentang keseruan proses acara tersebut bisa sampai terlaksana. Dan saya berusaha menyambungkan titik-titik kejadian yang sungguh sepertinya sudah diatur dengan rapi oleh Allah untuk menunjukkan keMaha BesaraNya kepada saya. 

Saya merasa Allah sangat sayang kepada saya. Allah tidak ingin melihat saya terlalu lama menderita dalam kerapuhan iman. Allah tidak ingin saya berputus asa akan doa yang selama ini belum terjawab.

Allah itu baik. Allah pasti akan mengabulkan setiap permintaan yang dimohonkan dengan tulus di waktu paling tepat dan waktu paling baik.


Solo, 29 Mei 2017
3 Ramadhan 1438
Be First to Post Comment !
Posting Komentar