The Engaged Idealist

Saya suka hal semacam personality test. Denganya saya bisa menemukan definisi kepribadian yang meleket pada diri. Denganya pula saya bisa mengenal diri saya lebih dalam. Dan denganya saya bahagia, haha

Berikut adalah hasil dari test yang diadakan oleh http://www.ipersonic.com/ untuk diri saya. Hasilnya memuaskan. 80% dari isi benar-benar menjelaskan siapakah diri saya sebenarnya. Hasil ditentukan berdasarkan analisis dari jawaban-jawaban kita atas pertanyaan yang di berikan oleh web tersebut. Here you are punya saya. Siap-siap menganggukkan kepala berkali-kali yak :D

My Type
Engaged Idealists are extroverted and helpful. Others find them to be very congenial and inspiring - especially as they are always willing to see the best in the other person. Their humor, their energy and their optimism attract other people. Engaged Idealists are very good at communicating and are good at convincing and firing on others. That is why it is a matter of course that they often take over the leading role in groups. This personality type often produces very charismatic persons.

Engaged Idealists have an unusually strong ability to empathize. They are tolerant and generous towards others; they sometimes tend to idealize their friends. They always try to suit everybody and want their relationships to be harmonious and satisfactory. To achieve this, they are prepared to invest a great deal and to put their requirements last. As Engaged Idealists are very considerate, there is the danger of them sacrificing and overexerting themselves for others. In their job, they therefore have to be very careful not to develop a burnout syndrome.

Engaged Idealists are reliable, well organized and love structuring complicated situations. They have difficulty accepting criticism; they quickly feel hurt and misunderstood. Their perfectionism also influences their love life - they look for the perfect relationship for life. Once they have made their decision, they are faithful, well-balanced and loving partners. However, should they get involved with the wrong person, it can happen that they allow themselves to be exploited for a long time before they end the relationship.

 My Career
As an Engaged Idealist you are one of the extroverted personality types. You enjoy working in a colorfully diverse group of people who interest and inspire you. Working all by yourself is not your thing. You enjoy emphasizing with those around you and soon everybody senses the high priority and importance people represent to you. Therefore a team-oriented project is just right for you.
 
Your insight into human nature, your feel for your colleague’s and/or subordinate’s positive sides and potentials and your preparedness to encourage and support everyone around you to the best of your ability quickly brings them closer to you. People like to ask you for advice, appreciate your caring ways and appreciate to be taken under your wings. Within your means you are always available to others who need you because you yourself enjoy the ultimate gratification of being able to help others to make the best of themselves and to be successful mediating conflicts among people.

You are well suited to be an executive: It is difficult to resist your charisma, your enthusiasm and your ability to excite and motivate others. Authoritarian management attitudes are not your thing; it is your way to convince others of a project’s reason and significance who will then look forward to follow you voluntarily. You place a lot of value on creating the willingness to cooperate in others and with your gift to motivate that usually comes easy to you. You do not enjoy conflicts, need harmony and invest lots of energy and time in a good working climate and a harmonic relationship of your colleagues among each other.

Kiriman Sahabat


Pernah dapat rejection letter? Bagaimana rasanya? Pilu kah? Hancur? Hopeless?

"It depends", you said. Or sometimes "It's definitely fine", you respond. But, my answer is "I am not OK with that".

Iya, jadi ceritanya begini (siap-siap bentangin tiker yak). Sore-sore menjelang berbuka, saya mendapat kabar bahwa saya tidak diterima bekerja di sebuah institusi yang saya lamar. Selama proses seleksi bahkan sebelum mendaftar, saya sangat exited dengan institusi tersebut. Kepercayaan diri saya berada di atas rata-rata meskipun ketika melihat rekan-rekan pendaftar lainya agak minder juga. Kepercayaan diri tersebut berhasil membuahkan bunga-bunga hayalan dalam fikiran sadar saya: "Wah, nanti kalau saya bekerja di tempat itu, tiap pagi saya mau jogging", "Wah, nanti kalau saya bekerja disana, tiap bulan saya akan bisa berkunjung kerumah bulek", "Wah, nanti kalau bekerja disana, tiap hari saya akan ngeblog", "Wah, nanti kalau bekerja disana, saya akan bisa bertemu orang-orang kece". Bahkan parahnya lagi, di kantor tempat saya bekerja, saya sudah berlagak bahwa saya akan farewell dengan mereka.

Bak layang-layang putus. Saya langsung down (I admit that my level of crisis is above average). Bukan saya yang jatuh, namun hati saya jadi berceceran (lebay is mute on). I was trembling. I was suddenly blind; No ideas to pass the future. Kalau sudah begitu, saya biasanya langsung ingin menyendiri dan menangis. Namun, hari kemarin tidak memungkinkan. Hari sudah sore, menjelang buka puasa. Para ibu sibuk di dapur, dan mau tidak mau saya harus membantunya. Biasanya saya berbuka di masjid kampung, namun hari itu saya memilih untuk tidak berangkat karena takut air mata saya tertumpah ruah di tengah-tengah jamaah yang menanti buka puasa sambil mendengarkan kajian tentang tafkiyatun nafs. 

Akhirnya saya memilih untuk dirumah saja, membantu ibu memasak. Gerak saya cepat-cepatkan, karena semakin banyak bergerak, maka tidak akan ada kesempatan untuk air mata itu terjatuh. Jujur, saya malu menangis di depan ibu. Haha. 

Memasak selesai. Saya memutuskan mandi. Saya menangis sejadi-jadinya. Kran air saya nyalakan agar tidak terdengar isak. Disitu, I scream on silent. I need someone to hug me. I need shoulder to lay my head. (Drama dimulai). "Saya ingin memelukmu Ibu tapi malu. Saya ingin memelukmu wahai mbak-mbakku tapi malu juga. Ditaaa, saya lagi sedih, I need you Dit. Temans, I need you" rintihan-rintahan sebagai pengantar air yang jatuh dari kedua mata saya. (Sumpeh deh, lebai sekali saya kemarin ya). 

Selesai mandi, saya pastikan Ibu tidak melihat mata saya yang masih merah. Saya langsung menuju kamar, dan meraih hand phone. Saya buka HP, ada pesan di BBM. 

Air mata jatuh lagi. Kali ini saya biarkan jatuh karena saya tidak bisa membendungnya lagi. Bukan, kali ini bukan karena kesedihanku tersebab rejection letter, namun lebih kepada moment pesan BBM itu datang.

Ini orang selalu saja ada ketika saya sangat membutuhkan someone beside me. Ini orang selalu saja mengirimkan pesan-pesan yang tanpa diminta selalu pas dengan kondisi yang sedang saya alami. Ini orang selalu memberikan ketenangan dalam diri saya. 

Ini orang adalah Mbak Puri, salah satu sahabat terbaikku. Dia, tanpa disengaja, selalu muncul ketika saya merasa sangat membutuhkan seseorang untuk bercerita atau sekedar menyadarkan bahwa saya itu masih punya teman lho yang bisa buat diajakin cerita tanpa perlu ada jaim-jaiman. Dia itu adalah sering memberikan pesan-pesan langit ke layar hape saya yang kadang saya tidak langsung membacanya (#plak #punten). Isinya kebanyakan mengingatkan saya untuk keep staying on the right track. Dia mungkin tau bahwa saya ini orangnya mudah sekali lalai. Hehe. 

Perempuan yang suka dengan tulisan Nazrul Anwar dan Tere Liye ini  adalah juga termasuk tempat sampah andalan saya. Kalau saya lagi pengen menyapa orang, pasti ini orang menjadi top three lists nya. Kalau saya lagi kehilangan arah tujuan, biasanya ini orang yang siap menampung curcol-an saya. Mungkin juga sebaliknya. Kalau layar hapenya sedang sepi, mungkin nomer saya lah yang menjadi sasaranya. Kepedean.

Ada beberapa pesannya yang sampai sekarang melekat erat dalam ingatkan, dan bahkan menginternalisasi dalam kehidupan pribadi saya. 

Yang pertama adalah nasihat dari Imam Syafi'i:
 “Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan
kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali”

Yang kedua adalah tentang takdir pertemuan:

Allah mempertemukan untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah hanya untuk sesaaat atau selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Akan tetapi tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut. Lakukanlah dengan tulus, meski tidak menjadi seperti apa yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia. KARENA ALLAH YANG MEMPERTEMUKAN”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/panduherusatrio/apa-benar-engkau-jodohku_54f6c58fa3331195158b45ee
“ Allah mempertemukan untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah hanya untuk sesaaat atau selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Akan tetapi tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut. Lakukanlah dengan tulus, meski tidak menjadi seperti apa yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia. KARENA ALLAH YANG MEMPERTEMUKAN”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/panduherusatrio/apa-benar-engkau-jodohku_54f6c58fa3331195158b45ee
“ Allah mempertemukan untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah hanya untuk sesaaat atau selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Akan tetapi tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut. Lakukanlah dengan tulus, meski tidak menjadi seperti apa yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia. KARENA ALLAH YANG MEMPERTEMUKAN”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/panduherusatrio/apa-benar-engkau-jodohku_54f6c58fa3331195158b45ee
Yang ketiga adalah tentang salah satu perkataan Ibnu Qayyim Al Jauziyah:

 Begitulah ia dalam ruang kehidupan saya. Ya, saya sangat bersyukur dipertemukan denganya.

To conclude my conclusion, semoga ia segera menyatu dengan pujaan hati yang akan membimbingnya ke surgaNya kelak. (boleh mringis koq :P)




Invent Myself

Ahai, bahagia itu adalah ketika kita bisa menemukan siapa diri kita, apa yang kita sukai, dan apa yang tidak kita sukai serta percaya diri untuk mengakuinya secara publik.

Dan saya sedang berbahagia pagi ini sebab saya menemukan kembali tambahan deskripsi tentang diri saya. Selain suka memasak dan membantu orang lain, saya ternyata tipe perempuan yang suka akan quote. Shortly, I am a quote lover. How could I say that?

Menurut saya, quote itu hanya dilahirkan oleh orang-orang cerdas sebab sebuah quote adalah proses penyederhanaan sesuatu yang sangat komplek. Quote biasanya terdiri dari tidak lebih dari satu kalimat. Meskipun hanya pendek, namun si quote ini mempunyai kekuatan yang sangat dasyat. Dengan membaca sebuah quote, saya biasanya bisa kembali hidup optimis, menerima, dan berlapang dada. 

Tak jarang, jika membaca novel, hal yang paling saya sukai adalah menggaris bawahi kalimat-kalimat yang menjadi quote of my life. Ketika menonton film, saya pasti menyiapkan buku dan bolpoin (atau bisa juga diganti dengan aplikasi memo di hand phone) untuk mencatat kalimat-kalimat dasyat yang dikeluarkan oleh para pemain film. Bahkan, ketika mengobrol dengan kawan pun, saya biasanya akan mengingat kalimat penting yang mereka lontarkan, dan jika takut lupa, saya pasti akan segera menuliskannya di buku. 

Saya suka dengan jenis quote tentang penerimaan, keoptimisan, kerja keras, heart healing, persahabatan (all about self-help lah).

Sebagai penutup, berikut saya cantumkan beberapa quote yang saya culik dari www.huffingtonpost.com tentang the power of healing yang sekaligus memberikan inspirasi kepada saya untuk menuliskan tulisan ini. 

Pesan untuk diri:
Teruslah belajar memaafkan jika kamu ingin sembuh. 

Pesan untuk diri:
Jika kamu sudah berhasil menghilangkan rasa sakit hatimu,
maka ajarkanlah kepada orang lain bagaimana mereka bisa
menyembuhkan penyakit di hatinya. 

Pesan untuk diri:
Luka-luka itu adalah pembuktian bahwa kamu itu sudah berusaha keras untuk sembuh.

Pesan untuk diri:
It's ok. Kekecewaan akan membuat dirimu terus belajar untuk berlapang dada.

Pesan untuk diri:
Be happy karena masalah membuatmu semakin kuat. 

Pesan untuk diri:
Di balik luka ada sesuatu yang sangat indah menanti di hadapan kita.

 Pesan untuk diri:
Masalah itu adalah pintu masuk bagi cahaya dalam hidupmu.

Lulur Kocok Ratu Mas

Bisa dikatakan, dulu dan masih sampai sekarang, saya termasuk orang yang kurang frekuensinya dalam merawat diri. Luluran dilakukan biasanya hanya tiga bulan sekali. Maskeran dilakukan ketika pergi ke pusat perawatan wajah yang rentan waktunya biasanya 6 bulan sekali. Padahal, you know what, saya ini sering bergelut dengan polusi perkotaan yang kotor dan bau. Hampir tiap hari, pagi dan sore, wajah saya disemprot oleh asap hitam bus, angkot, truk, motor, dan mobil tua yang mesinya sudah rusak sehingga proses pembakaranya menghasilkan asap yang hitam, legam, kelam.

Alhasil, wajah saya jadi ikut-ikutan hitam, legam, kelam (red: kusam). Kalau di foto, pasti saya dikira orang yang baru pulang dari hidup di pedalaman yang lama tidak kembali.

Kemudian, entah dapat ilham dari mana, hati saya tergerak untuk mulai merawat diri. "Belajarlah untuk menjadi pasangan yang menggemaskan", bisik hati kala itu. Hahaha.  
Dimulai dari merubah pola makan dan pola hidup, hingga yang baru-baru ini saya lakukan adalah merawat kulit tubuh. Iya, saya terlalu banyak disibukkan dengan perawatan tambilan luar (wajah dan body shape), namun banyak mengabaikan hal-hal yang tidak terlihat (red: kesehatan kulit dalam). 

Saya merasa tidak adil terhadap diri sendiri. 

Finally, saya memutuskan untuk menjadikan luluran tubuh sebagai program pekanan. Dua kali dalam satu pekan, saya mesti luluran demi si calon cinta

Lulur apa yang saya gunakan? Nah, ini dia sebenarnya inti dari dari tulisan ini.

Beberapa kali bergonta-ganti merk lulur lokal, saya akhirnya mempatenkan lulur yang satu ini menjadi top brand untuk dunia kamar mandi saya. Lulur Kocok Ratu Mas itulah namanya.

sumber: http://balinanako55.seesaa.net/article/386952413.html
Lulur kocok ini berbeda dengan produk-produk yang beredar di pasaran. Kalau biasanya lulur yang biasa dilihat di supermarket adalah lulur yang berbentuk padat dan scrubnya bak pasir, lulur ini berbentuk cair dan bertekstur lembut. Jika ingin menggunakanya harus dikocok terlebih dahulu agar bahan-bahan aktif yang mengendap tercampur sempurna. Tidak perlu menunggu waktu lama jika ingin daki-daki yang lama menempel dalam kulit bisa terangkat. Dengan menggosok-gosokkan cairan lulur ini sebentar saja, maka daki-daki tersebut bisa langsung terangkat. 

Hal yang paling menyenangkan bagi saya menggunakan lulur ini adalah wanginya yang elegance bak putri kraton sehingga membuat saya betah untuk menggosok-gosok kulit. Ketika sudah dibilas pun, wangi-wangian alami dari lulur kocok tersebut masih melekat di kulit kita. 

Ada dua jenis lulur kocok ini, yakni Seruni dan Sri Gading (dari namanya saja sudah kelihatan aroma keratonya kan). Keduanya terbuat dari bahan-bahan alami yang sama yakni Temulawak, Kemunng, dan Kunyit. Yang membedakan keduanya hanyalah wangi dan warnanya saja. Sri Gading berwarna kuning pekat, sedangkan Seruni berwarna agak putih seperti jamu kunyit putih. Keduanya sudah saya coba, dan tidak ada kecondongan di salah satu jenis. Semuanya memberikan hasil yang memuaskan.

Karena lulur ini sedikit berbeda dengan beberapa lulur modern yang beredar, maka harganya pun diberandol dengan harga yang sedikit tinggi. Untuk botol kemasan 100ml, biasanya dihargai Rp 13.600 yang bisa habis selama satu bulan jika digunakan satu pekan dua kali. Untuk botol kemasan 200ml biasanya diberandol dengan harga Rp. 24.000 yang bisa habis lebih dari satu bulan (ya iyalah).

Last but no least, happy scrubbing ya!

7 Alasan untuk Berbahagia di Tempat Kerja Sekarang


sumber:  https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images

13 bulan sudah saya bekerja di tempat ini (PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri). Masih terekam jelas alasan kenapa dulu akhirnya saya memutuskan untuk bekerja disini.

Setahun berlalu, saya masih terus berusaha untuk berbahagia dengan tempat kerja saya sekarang instead of some problems yang tidak bisa dipisahkan dari keseharianya.

Berikut adalah 8 alasan untuk tetap tetap bahagia dengan my current workplace:
1. Mempunyai kesempatan beribadah seluas-luasnya
Perusahaan mendukung para karyawanya untuk melaksanakan ibadah. Tidak akan dimarahi ketika anak buahnya solat dhuha empat rakaat. Tidak akan dimarahi ketika anak buahnya pergi meninggalkan meja kerja ketika azan dhuhur berkumandang.

2. Laki-laki dan perempuan tidak bersalaman
Yes. Budaya kantor yang islami ini sangat mendukung dengan prinsip hidup yang sedang saya usahakan untuk ditegakkan ini, yakni tidak bersalaman dengan lawan jenis. Kalau tidak bekerja disini dan memilih bekerja di pilihan yang lain, mungkin saya akan masih berjabat tangan dengan lawan jenis.

3. Senam tiap hari Jumat
Mungkin untuk semua institusi ada senam bersama di hari Jumat. Namun, ada yang saya senangi di senam bersama di kantor saya ini. Yakni, instrukturnya sangat energic, dan tempat laki-laki dan perempuanya di pisah. Jadi, kalau saya bergerak secara all out ketika senam tidak akan kelihatan oleh para kaum laki-laki.

4. Ada pengajian pekanan
Setiap sepekan sekali, tiap departemen di berikan waktu khusus satu jam untuk mengikuti pengajian yang di adakan oleh perusahaan.

5. Kubikel yang super cozy
Hal ini hanya berlaku untuk saya saja. Bahwa kubikel saya sangatlah nyaman dan privat dibandingkan dengan kubikel yang lain. Samping kanan kiri, depan belakang, semua tertutup oleh sekat. Jadi, ketika saya makan atau tidur ketika jam kantor tidak akan kelihatan oleh banyak orang.

6. Proses mencoret salah satu wish list
Saya pernah punya mimpi untuk membuat English workbook. Dengan bekerja disini, harapanya saya mempunyai bekal relasi untuk kedepanya menulis buku pelajaran mata pelajaran bahasa Inggris.

7. Dekat rumah
Tempat kerja yang dekat dengan rumah membuat saya tidak perlu repot-repot untuk kost. Hal ini membuat saya bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga dirumah. Melakukan sesuatu yang belum sempat saya lakukan selama ini; mengajari ibu membaca Al Qur'an.

Meskipun banyak benefits yang saya dapatkan dari perusahaan ini, namun dari awal saya tidak berniat untuk berada disini selamanya. Tujuan saya disini adalah ajang batu loncatan menuju pencapaian mimpi berikutnya. Sudah setahun. Saya rasa cukup sudah keberadaan saya ditempat ini. Doakan semoga Allah menunjukkan jalan yang terbaik dan diberi kemudahan untuk keputusan yang akan ditetapkan.

Cik Cik Klik

Klik. Begitulah suara ghaib yang terdengar ketika saya menemukan tempat belanja yang pas di hati dan juga bertemu langsung dengan lelaki imaji. Tempatnya asyik, displaynya rapi, barang yang ditawarkan limited edition, dan yang paling penting adalah harganya yang muiring sekali.

Ketika saya masih bermukim di Yogyakarta, tempat yang menjadi tujuan saya pertama kali membeli baju adalah Elener dan Sakola. Kedua tempat tersebut menawarkan barang dan harga yang pas dengan kondisi dompet serta tubuh saya. Ketika berpindah di Solo, saya harus mulai dari nol lagi untuk pencarian pengganti Elener dan Sakola. Setahun berlalu hidup di Solo, belum juga menemukan tempat berbelanja pakaian yang berbunyi Klik.

Sampai akhirnya, ada beberapa orang yang merekomendasikan saya untuk menyambangi outlet baju di daerah belakang kampus UMS Solo. Ketika pulang kantor awal, saya pasti menyempatkan untuk mampir kesana. Beberapa outlet sudah saya masuki satu persatu, namun belum juga bertemu dengan yang pas di hati. Saya sudah hampir putus asa untuk mencari-cari lagi, dan hampir memblacklist daerah belakang UMS sebagai tempat yang tak layak di kunjungi untuk berbbelanja baju yang kece.

But, beberapa waktu yang lalu, ada saudara saya yang merekomendasikan outlet Cik Cik. Katanya, outlet ini menyediakan kebutuhan yang saya cari-cari selama ini. Saya pun mencari review tempat ini di google. Hasilnya hanya saya temukan gambar outletnya saja.
 sumber: www.cikciksolo.blogspot.com
  sumber: www.cikciksolo.blogspot.com
  sumber: www.cikciksolo.blogspot.com
 sumber: www.cikciksolo.blogspot.com

Dari gambarnya, saya lumayan tertarik sebab tempatnya kelihatan cozy. Cik Cik UMS yang beralamat di Jalan Menco Raya (Pintu gerbang UMS masuk, ada perempatan yang ada portalnya, masuk kiri, lurus kira-kira 800m, letaknya ada di kiri jalan setelah Momilk) adalah cabang dari Cik Cik yang ada berada di sekitaran kampus UMS.

Sore kemarin, saya menyempatkan untuk mendatangi tempat itu.

Klik. Suara itu akhirnya berbunyi nyaring.

Barang-barang yang di jual adalah barang-barang kesukaan anak muda masa kini. Kaos, blouse, kemeja, jaket, rok, baju tidur, accecoris, jilbab, dll. Harganya sangat murah.

Kerudung merek Umama segiempat dihargai hanya 21k. Rok bahan katun jatuh dihargai hanya 50k. Kemeja katun dihargai hanya 30k. Daster keren ala anak muda (entahlah namanya apa) dihargai hanya 30k. Dress kaos untuk tidur dihargai hanya 80k.

Olala. Murah sekali bukan?

Jadi, ketika ada yang sedang mencari baju di daerah Solo, saya sarankan untuk mengunjungi tempat ini. 


Belajar Menjadi Lebih Baik

Ketika sedang mengalami hari yang buruk tersebab oleh kesalahan diri sendiri, saya ingin selalu mengingat kesabaran Ka'ab bin Malik ketika masyarakat seluruh negeri termasuk Rasulullah tidak diperkenankan bertegur sapa dengan Ka'ab.

Ketika doa yang senantiasa dipanjatkan belum juga terjawab oleh Sang Maha Mendengar, saya ingin terus mengingat Surat Maryam ayat  4 "Nabi Zakaria berkata 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbhui uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku". Dan juga wajah teduh dan tawakal pada Ustadz Syafi'i Antonio. Beliau juga belum dikaruniai keturunan hingga saat saya menulis ini.

Ketika ada berita tentang kesuksesan duniawi yang telah diperoleh seseorang, maka saya ingin selalu mengingat perkataan Rasulullah ketika seorang sahabat mengabarkan tentang jabatan duniawi yang diperoleh oleh si Fulan. "Semoga Allah menjaganya", kata Rasulullah.

Ketika permintaan yang sudah lama saya mohonkan dan ikhtiarkan terkabulkan, maka saya ingin selalu mengingat Surat Fussilat ayat 49-50. "Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan" (49). "Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah  dia berkata: 'Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. "Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan dari sisiNya'. Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepadanya azab yang keras" (50).

Ketika diri ini kelelahan untuk mencari pemenuhan hawa nafsu duniawi, maka saya ingin selalu mengingat Surat Al Hadid ayat 20-21. "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamanya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Maka berlomba-lombalah kamu mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan kepada-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar".

Ketika diri ini suka memperhatikan amal orang lain, dan kemudian membanding-bandingkanya dengan tujuan memberikan penilaian, maka saya ingin terus mengingat sebuah kisah yang diceritakan oleh Ustadz Salim A Fillah. "Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri. Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain".

Ketika diri ini mengaku ingin menjadi penjadi penghuni surga, namun membaca dan menghafal Al Qur'an saja malas, maka saya ingin terus mengingat para hafidz/hafidzoh yang sekarang sudah bertebaran ke muka bumi. Mungkin mereka mensedikitkan untuk tidur, dan mengiasi kebanyakan waktu mereka untuk mempelajari Al-Qur'an. Mungkin mereka pulalah yang setiap malam senantiasa terbangun untuk melaksakan solat lail untuk mendekatkan diri mereka kepada Sang Pencipta.

Ketika diri ini sedang tidak bersemangat untuk menjalani hari-hari ke depan, maka saya ingin terus mengingat perkataan salah seorang guru, "Allah tidak menyukai orang-orang yang pesimis".

#Bersambung

Mimpi Bertemu Rasul


Sumber:  https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&

"Mbak, saya bermimpi Nabi Muhammad", ucap Lala dengan wajah ketakukan di pagi hari kami bangun tidur.
"MasyaAllah La, serius?", jawab saya setengah tidak percaya.
"Iya. Wajahnya tidak jelas. Hanya sosok lelaki tinggi berbaju putih. Tersenyum kepadaku. Dia mengatakan bahwa dia adalah Nabi Muhammad". Cerita Lala dengan sangat berhati-hati.
"Ya Allah La, aku mrinding", ucap saya.

Lala adalah my roomate lima tahun lebih yang lalu di sebuah rumah asrama di kota Yogyakarta. Wajahnya putih seperti anak bayi. Perilakunya lembut, penuh kehati-hatian, dan tawadhu'. Dia suka memasak, membaca buku, dan bersih-bersih lingkungan.

Setelah lulus kuliah, dan berhijrah ke kota yang berbeda, kami jarang berkomunikasi lagi. Sudah lama sekali.

Namun, pagi, dalam perjalanan menuju tempat kerja sambil mendengarkan murotal surat ash-saff, saya kembali mengingat hari itu, hari dimana Lala menceritakan hal yang jarang di alami oleh manusia. Bermimpi bertemu Rasulullah.

Tentu, tidak sembarangan orang yang diberikan kenikmatan bertemu dengan sosok agung itu. Mereka adalah orang-orang pilihan. Mungkin mereka adalah orang-orang yang mempunyai hati yang minim penyakit. Mungkin mereka adalah orang yang hanya menjadikan Rasulullah adalah satu-satunya tauladan kehidupan sehari-hari. Mungkin mereka adalah orang yang bibirnya senantiasa basah oleh kalimat sholawat. Mungkin mereka adalah orang yang sangat rajin menjalankan ibadah sunnah yang sering dilakukan Nabi. Dan mungkin mereka adalah orang yang senantiasa di doakan untuk menjadi anak yang soleh/ah.

Seperti Wirda, putri Ustadz Yusuf Mansyur. Beliau bertekad menghafal Al Qur'an karena pernah bermimpi didatangi oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk menghafal Al Qur'an. Dan seperti teman saya itu, Lala.

 Saya, sambil takut-takut, meskipun merasa belum pantas, juga ingin merasakan kenikmatan di dunia untuk bertemu dengan Rasullullah di dalam mimpi dan diberikan satu nasihat spesial darinya. Semoga. Aamiin.

Allahumma shali'ala sayyidina muhammad. Wa 'ala ali sayyidina muhammad.


Mengingat-Ingat


Sumber:  https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=
Di Surat Ar-Rahman, Allah berkali-kali menegaskan kepada para manusia tentang jutaan pertolongan dan nikmatNya kepada para penghuni bumi ini. Sebanyak 30 kali Allah berkata "Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang mampu kamu dustakan?".

Kalimat Allah itu tertiba mentonyor pipi kanan saya ketika saya bergeming dalam hati "Mana mungkin aku bisa mendapatkanya?" pada saat saya sedang menginginkan sesuatu yang sangat high dan impossible (Foto sama Mas Nicolas Saputra dan kemudian di upload di facebook).

"Hey, you, Tami, apakah kau tak ingat nikmat dan kejutan dari Allah selama setahun yang lalu?" berceramahlah Si Tami Yang Lain.

Iya, benar juga ya. Kalau difikir-fikir, berkali-kali saya mengalami hal-hal magic yang tidak disangka-sangka kejadiannya akan benar-benar ada.

Saya ingin menuliskannya agar level keoptimisan saya naik. Dan saya juga  ingin membaginya untuk para jin dan manusia agar tau lika-liku kehidupan saya (abaikan saja).

Pertama
Setiap pulang kerja, saya pasti melewati stasiun kereta api Purwosari. Tak jarang, kendaraan yang saya tungganggi terpaksa berhenti untuk menunggu kereta api lewat. Seringnya saya melihat deretan gerbong warna abu-abu, yang menandakan bahwa kereta api itu berkelas eksekutif (harganya setara dengan tiket pesawat terbang). Terakhir menaiki kereta ini adalah ketika saya masih duduk di bangku kuliah semester satu, gratis, dibayari sama kakak.
Kejenuhan di tempat kerja yang tidak ada kesempatan untuk travel a lot membuat saya terkadang marah dengan kondisi yang ada. Sebagai pelampiasanya, saya sering berdeming dalam hati sambil memandangi kereta itu, "Allahumma sholi'ala sayyidina muhammad, wa 'ala sayyidina muhammad. Ya Allah, saya ingin berpergian dengan pesawat, dan pulangnya dari Jakarta naik kereta ini". Begitulah kira-kira ritual doa yang senantiasa saya rapalkan ketika melihat pesawat dan kereta api eksekutif melintas. Entah kapan hal itu terjadi, saya pasrahkan saja pada Yang Kuasa. Entah membeli tiket dengan uang mana, saya juga serahkan pada Yang Maha Punya Uang. Pokoknya, yang penting saya berpergian dengan pesawat dan kereta tahun ini.
Matahari berkali-kali muncul dan tenggelam sejak keinginan itu ada dalam hati serta doa-doa terus di lontarkan.. Musim berganti, dan tahun pun juga berganti. Salah satu rekan kerja kantor memutuskan untuk resign. Saya ditugasi pak bos untuk menghandle beberapa pekerjaan beliau yang belum selesai, termasuk mengurus sebuah agenda ke Ibukota.
Bisa nebak bukan apa yang terjadi setelahnya? Betul. Pihak HRD membelikan tiket pesawat untuk keberangkatan ke Jakarta, dan tiket kereta api eksekutif untuk kepulangan ke Klaten. Perfect. Saya bahagia dan senyum-senyum sendiri selama beberapa hari. 

Kedua
Kakak pernah bilang begini kepada saya, "Aku tu pernah lihat anak muda yang nganterin ibuknya kulakan pake mobil. Dalam hatiku, berandai-andai, jikalau anak muda itu kamu, dan ibu itu adalah ibu kita".
Saya menunjukkan ekspresi datar ketika itu. Saya selalu takut untuk belajar menyetir mobil. Saya takut tidak bisa menstabilkan gas, dan tidak bisa mengira-ira jarak untuk parkir serta belok. Ketika akan belajar mobil, kepala saya selalu pusing. Tapi, kalau saya tidak bisa membunuh beruang ketakutan di dalam diri saya itu, maka berarti saya akan membiarkan ibu saya kulakan barang dagangan dengan menggunakan motor terus. Padahal, barang-barang yang dibeli selalu banyak.
Saya masih belum bisa membayangkan untuk berlatih mobil. Solusi yang selalu ditawarkan adalah menyewa sopir, yang berarti akan mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar. Tetapi, hal ini tidak boleh berlarut-larut. Saya harus berubah, dan saya harus membunuh ketakutan itu. Demi Ibuk!
Nampaknya, Kakak dan Ibu saya berdoa sangat kuat untuk kemudahanku belajar. Baru satu bulan berlatih, Allah sudah memperkenankan saya untuk mengantar Ibu kulakan di tempat yang sangat padat transportasinya. Tepat seperti apa yang di dambakan oleh kakak saya dulu "seorang anak muda yang mengantar ibunya kulakan dengan kendaraan roda empat". Maha Agung Allah.


Maka, masihkah saya tidak mempercayai kekuatan doa? Masihkan saya ragu akan pertolonganNya? Masihkan saya berputus asa untuk bangkit dan berjuang? Masihkah saya takut untuk meminta kepada Dzat Yang Maha Baik dan Bijaksana?


Akankah Kita Akan Terus Bersahabat?


Sumber:  https://www.google.co.id/search?biw=1440&bih=771&tbm=isch&sa=1&q=persahabatan+kartun&oq=persahabatan+kartun&gs

Salah satu group WA di HP saya adalah Kita Semua Bahagia (KSB). Anggotanya terdiri dari Saya (Tami, Goldar B), Yessy (Goldar AB), Kiki (Goldar O), Bella (Goldar B), dan Avis (Goldar O).

Saat menulis ini, saya bertanya-tanya dan mengingat kembali bagaimana bisa ada group WA yang satu ini terbentuk. Kami bukan berasal dari kampus yang sama. Kami pun bukan berasal dari organisasi yang sama. Kami tidak tinggal satu kos. Kami hanya sama-sama tinggal di jogja dan lulusan PPMI Asma Amanina. Dan satu lagi, kami sama-sama tidak punya teman kala itu. Teman yang bisa buat makan bareng, teman ngobrol ngarol-ngidul, teman bergaya, teman bercanda, teman bernyanyi, teman menggombal, dan teman berbelanja.

Meskipun kami tinggal ditempat berbeda, kami sering berkumpul di kos Yessy dan Avis. Yessy kala itu, tahun 2014, masih bergulat dengan skripsinya yang tidak kunjung selesai. Dia sering menghabiskan waktunya di kos untuk mengerjakan skripsinya atau menonton drama korea.  Avis, yang kebetulan sudah lulus kuliah, sangat sibuk dengan aktifitas sosialnya, sehingga jarang berada dikos. Kiki, meskipun sudah menikah dan sedang hamil, sering ditinggal suaminya pergi. Dirumah dia sering tidak mempunyai teman. Tetangganya adalah para orang tua. Jadi, dia suka berkunjung ke kos Yessy untuk menunggu suaminya sambil ngobrol dengan Yessy. Saya tinggal di asrama kampus yang terletak di Wates, Kulonprogo. Saya sering pergi ke jogja untuk kuliah dan kabur dari asrama. Jika sudah lelah dan penat dengan kehidupan asrama, saya biasanya akan singgah di kos Yessy. Bahkan sering menginap dan yang pada akhirnya saya ikut kos disana. Kos Bella terletak tidak jauh dari kos Yessy. Bella juga sering ke kos Yessy, sekedar untuk tidur bareng atau makan bareng.

Kegiatan yang sering kami lakukan adalah saling menemani (belanja, makan, pergi ke stasisun atau bandara, de el el). Maka, (mungkin), untuk memudahkan komunikasi, siapa yang sedang longgar, siapa yang sedang membutuhkan bantuan, kami membuat satu group WA, yakni Kita Semua Bahagia (KSB). Why KSB? Ya, karena saat itu banyak alasan kondisi yang membuat kami mudah untuk tidak bahagia. Belum lulus, belum dapat kerja, dipaksa orang tua menikah, terus menerus mendapat penolakan beasiswa, keguguran, dan banyak kekecewaan. Namun, kala itu kami tidak mau larut dalam kesedihan. Untuk itulah, filosofi yang kami coba untuk bangun adalah apapun yang terjadi, kami tetap bahagia.

Dulu, kami sangat dekat. Setiap hari, kita tahu kegiatan masing-masing. Kita tau bagaimana keadaan hati masing-masing. Kita tau detik ini, menit ini, kita sedang ngapain. Kita saling tau apakah hari ini kita sehat atau tidak. Kita bahkan tau kondisi dompet masing-masing. Group KSB selalu rame. Kita membahas hal yang tidak penting menjadi hal yang sangat penting. Kita saling blak-blak an tentang apa yang sedang kita rasakan dan apa yang sedang kita inginkan.

Itu dulu.

Sekarang, Kiki sudah mempunyai anak dan tinggal di Bekasi. Bella sudah menikah dan tinggal di Jepang (kadang di Jogja). Avis di Bogor untuk menghafalkan Al-Qur'an. Yessy bekerja di Pontianak. Saya, disini, bekerja di Solo.

Group KSB menjadi sepi. Percakapan menjadi hambar (seringnya). Mungkin kami sedang sama-sama sibuk. Mungkin kami sekarang menjadi sungkan atau kurang percaya diri untuk saling menyapa. Mungkin kami terlalu banyak kenyataan pahit yang dihadapi, dan terlalu rumit untuk diceritakan, serta belum tentu masing-masing dari kita punya waktu untuk mendengarkan. Mungkin keadaan ruh kami sedang berbeda, ada yang sedang sangat bahagia, dan ada yang sedang sangat sedih tersebab kondisi yang sedang menimpanya. Mungkin, dan mungkin lainya.

Pada suatu saat, Yessy mewakili perasaan saya, menyatakan perasaannya di group KSB. Dia mengatakan bahwa dia kangen jogja, dan teman-teman yang ada di dalamnya. Teman-teman yang ditemui sekarang, tidak seperti yang dulu di temui di Jogja. Saat itu, terjadi obrolan yang sangat panjang. Saya ketinggalan obrolan. Namun, ada salah satu pernyataan dan kenyaatan yang dikeluarkan oleh Kiki yang seketika membuat saya freeze. Dia menuliskan:

"Kita sekarang sedang sibuk dengan kehidupan masing-masing."


Yang sudah menikah, waktunya sudah terkuras untuk mengurus anak dan suami. Yang belum menikah, waktunya terkuras untuk menunggu dengan berjibun aktifitas yang menghibur. Kita sama-sama sedang dalam masa perjuangan untuk memenuhi kebutuhan kita masing-masing secara mandiri. Memastikan masa depan yang sejahtera dan mandiri.

Saya sempat sedih dengan kenyataan itu. Saya takut kehilangan teman untuk berbagi.

Saya tidak bisa berbuat banyak. Saya mencoba untuk mempertahankan hubungan persahabatan dengan siapapun dengan sekedar menanyakan kabar mereka. Meskipun hanya terjadi percakapan singkat, dan tidak semua diceritakan, serta kadang malah terasa percakapan kami hambar, saya masih terus berharap semoga suatu saat nanti, kami bisa saling bertatap muka dengan wajah-wajah bahagia kami. Bahagia bersama setelah perjuangan yang penuh liku.

Terakhir, doa rabitah baru saya resapi dan gunakan sepenuhnya akhir-akhir ini. Ketika kami sudah saling jauh, sibuk dengan urusan masing-masing, dan mengalami fase yang berbeda, maka, saya serahkan dan titipkan rasa persahabatan ini kepada Sang Pemilik Hati manusia.

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru di jalanMu, dan berjanji setia untuk membela syariatMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepadaMu, hidupkanlah dengan ma'rifatMu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."

Find Myself In You


Find Myself In You

by Nicole Star

I talk to God about you,
Yet I have no idea who you are
And although I haven’t met you yet, I already know you’re different
I know we share the same amount of passion in our bodies
I know we understand each other
I already love you so much that I’m exercising patience to the highest degree
I talk to God about you
Knowing He designed you specifically for me and only me
I know you’re somewhere out there wondering what it would be like to be with someone like me
I know you’re somewhere getting your life together
But rest assured, I see the light in your darkness
And I already accept your flaws as they were mine
I know you’re out there living each day with a hopeful heart
So I talk to God about you…
Knowing that one day you’ll find me
And you will choose me. Each day. And if you had to, you would pick me all over again. Without a doubt
And I am already so proud to have you
Although I haven’t met you yet
I know we’ll be each other’s back bone
I can feel it in my soul
How much you will adorn me
How supportive you will be of me
How I’ll never have to question your loyalty
I talk to God about you
Because I confide in Him and pray
So that when you come along, I have the strength to let my guards down
& the ability to love you the correct way
And until then, I’m going to keep myself together… Until I find myself in you.