Mengingat-Ingat


Sumber:  https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=
Di Surat Ar-Rahman, Allah berkali-kali menegaskan kepada para manusia tentang jutaan pertolongan dan nikmatNya kepada para penghuni bumi ini. Sebanyak 30 kali Allah berkata "Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang mampu kamu dustakan?".

Kalimat Allah itu tertiba mentonyor pipi kanan saya ketika saya bergeming dalam hati "Mana mungkin aku bisa mendapatkanya?" pada saat saya sedang menginginkan sesuatu yang sangat high dan impossible (Foto sama Mas Nicolas Saputra dan kemudian di upload di facebook).

"Hey, you, Tami, apakah kau tak ingat nikmat dan kejutan dari Allah selama setahun yang lalu?" berceramahlah Si Tami Yang Lain.

Iya, benar juga ya. Kalau difikir-fikir, berkali-kali saya mengalami hal-hal magic yang tidak disangka-sangka kejadiannya akan benar-benar ada.

Saya ingin menuliskannya agar level keoptimisan saya naik. Dan saya juga  ingin membaginya untuk para jin dan manusia agar tau lika-liku kehidupan saya (abaikan saja).

Pertama
Setiap pulang kerja, saya pasti melewati stasiun kereta api Purwosari. Tak jarang, kendaraan yang saya tungganggi terpaksa berhenti untuk menunggu kereta api lewat. Seringnya saya melihat deretan gerbong warna abu-abu, yang menandakan bahwa kereta api itu berkelas eksekutif (harganya setara dengan tiket pesawat terbang). Terakhir menaiki kereta ini adalah ketika saya masih duduk di bangku kuliah semester satu, gratis, dibayari sama kakak.
Kejenuhan di tempat kerja yang tidak ada kesempatan untuk travel a lot membuat saya terkadang marah dengan kondisi yang ada. Sebagai pelampiasanya, saya sering berdeming dalam hati sambil memandangi kereta itu, "Allahumma sholi'ala sayyidina muhammad, wa 'ala sayyidina muhammad. Ya Allah, saya ingin berpergian dengan pesawat, dan pulangnya dari Jakarta naik kereta ini". Begitulah kira-kira ritual doa yang senantiasa saya rapalkan ketika melihat pesawat dan kereta api eksekutif melintas. Entah kapan hal itu terjadi, saya pasrahkan saja pada Yang Kuasa. Entah membeli tiket dengan uang mana, saya juga serahkan pada Yang Maha Punya Uang. Pokoknya, yang penting saya berpergian dengan pesawat dan kereta tahun ini.
Matahari berkali-kali muncul dan tenggelam sejak keinginan itu ada dalam hati serta doa-doa terus di lontarkan.. Musim berganti, dan tahun pun juga berganti. Salah satu rekan kerja kantor memutuskan untuk resign. Saya ditugasi pak bos untuk menghandle beberapa pekerjaan beliau yang belum selesai, termasuk mengurus sebuah agenda ke Ibukota.
Bisa nebak bukan apa yang terjadi setelahnya? Betul. Pihak HRD membelikan tiket pesawat untuk keberangkatan ke Jakarta, dan tiket kereta api eksekutif untuk kepulangan ke Klaten. Perfect. Saya bahagia dan senyum-senyum sendiri selama beberapa hari. 

Kedua
Kakak pernah bilang begini kepada saya, "Aku tu pernah lihat anak muda yang nganterin ibuknya kulakan pake mobil. Dalam hatiku, berandai-andai, jikalau anak muda itu kamu, dan ibu itu adalah ibu kita".
Saya menunjukkan ekspresi datar ketika itu. Saya selalu takut untuk belajar menyetir mobil. Saya takut tidak bisa menstabilkan gas, dan tidak bisa mengira-ira jarak untuk parkir serta belok. Ketika akan belajar mobil, kepala saya selalu pusing. Tapi, kalau saya tidak bisa membunuh beruang ketakutan di dalam diri saya itu, maka berarti saya akan membiarkan ibu saya kulakan barang dagangan dengan menggunakan motor terus. Padahal, barang-barang yang dibeli selalu banyak.
Saya masih belum bisa membayangkan untuk berlatih mobil. Solusi yang selalu ditawarkan adalah menyewa sopir, yang berarti akan mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar. Tetapi, hal ini tidak boleh berlarut-larut. Saya harus berubah, dan saya harus membunuh ketakutan itu. Demi Ibuk!
Nampaknya, Kakak dan Ibu saya berdoa sangat kuat untuk kemudahanku belajar. Baru satu bulan berlatih, Allah sudah memperkenankan saya untuk mengantar Ibu kulakan di tempat yang sangat padat transportasinya. Tepat seperti apa yang di dambakan oleh kakak saya dulu "seorang anak muda yang mengantar ibunya kulakan dengan kendaraan roda empat". Maha Agung Allah.


Maka, masihkah saya tidak mempercayai kekuatan doa? Masihkan saya ragu akan pertolonganNya? Masihkan saya berputus asa untuk bangkit dan berjuang? Masihkah saya takut untuk meminta kepada Dzat Yang Maha Baik dan Bijaksana?


Be First to Post Comment !
Posting Komentar