Akankah Kita Akan Terus Bersahabat?


Sumber:  https://www.google.co.id/search?biw=1440&bih=771&tbm=isch&sa=1&q=persahabatan+kartun&oq=persahabatan+kartun&gs

Salah satu group WA di HP saya adalah Kita Semua Bahagia (KSB). Anggotanya terdiri dari Saya (Tami, Goldar B), Yessy (Goldar AB), Kiki (Goldar O), Bella (Goldar B), dan Avis (Goldar O).

Saat menulis ini, saya bertanya-tanya dan mengingat kembali bagaimana bisa ada group WA yang satu ini terbentuk. Kami bukan berasal dari kampus yang sama. Kami pun bukan berasal dari organisasi yang sama. Kami tidak tinggal satu kos. Kami hanya sama-sama tinggal di jogja dan lulusan PPMI Asma Amanina. Dan satu lagi, kami sama-sama tidak punya teman kala itu. Teman yang bisa buat makan bareng, teman ngobrol ngarol-ngidul, teman bergaya, teman bercanda, teman bernyanyi, teman menggombal, dan teman berbelanja.

Meskipun kami tinggal ditempat berbeda, kami sering berkumpul di kos Yessy dan Avis. Yessy kala itu, tahun 2014, masih bergulat dengan skripsinya yang tidak kunjung selesai. Dia sering menghabiskan waktunya di kos untuk mengerjakan skripsinya atau menonton drama korea.  Avis, yang kebetulan sudah lulus kuliah, sangat sibuk dengan aktifitas sosialnya, sehingga jarang berada dikos. Kiki, meskipun sudah menikah dan sedang hamil, sering ditinggal suaminya pergi. Dirumah dia sering tidak mempunyai teman. Tetangganya adalah para orang tua. Jadi, dia suka berkunjung ke kos Yessy untuk menunggu suaminya sambil ngobrol dengan Yessy. Saya tinggal di asrama kampus yang terletak di Wates, Kulonprogo. Saya sering pergi ke jogja untuk kuliah dan kabur dari asrama. Jika sudah lelah dan penat dengan kehidupan asrama, saya biasanya akan singgah di kos Yessy. Bahkan sering menginap dan yang pada akhirnya saya ikut kos disana. Kos Bella terletak tidak jauh dari kos Yessy. Bella juga sering ke kos Yessy, sekedar untuk tidur bareng atau makan bareng.

Kegiatan yang sering kami lakukan adalah saling menemani (belanja, makan, pergi ke stasisun atau bandara, de el el). Maka, (mungkin), untuk memudahkan komunikasi, siapa yang sedang longgar, siapa yang sedang membutuhkan bantuan, kami membuat satu group WA, yakni Kita Semua Bahagia (KSB). Why KSB? Ya, karena saat itu banyak alasan kondisi yang membuat kami mudah untuk tidak bahagia. Belum lulus, belum dapat kerja, dipaksa orang tua menikah, terus menerus mendapat penolakan beasiswa, keguguran, dan banyak kekecewaan. Namun, kala itu kami tidak mau larut dalam kesedihan. Untuk itulah, filosofi yang kami coba untuk bangun adalah apapun yang terjadi, kami tetap bahagia.

Dulu, kami sangat dekat. Setiap hari, kita tahu kegiatan masing-masing. Kita tau bagaimana keadaan hati masing-masing. Kita tau detik ini, menit ini, kita sedang ngapain. Kita saling tau apakah hari ini kita sehat atau tidak. Kita bahkan tau kondisi dompet masing-masing. Group KSB selalu rame. Kita membahas hal yang tidak penting menjadi hal yang sangat penting. Kita saling blak-blak an tentang apa yang sedang kita rasakan dan apa yang sedang kita inginkan.

Itu dulu.

Sekarang, Kiki sudah mempunyai anak dan tinggal di Bekasi. Bella sudah menikah dan tinggal di Jepang (kadang di Jogja). Avis di Bogor untuk menghafalkan Al-Qur'an. Yessy bekerja di Pontianak. Saya, disini, bekerja di Solo.

Group KSB menjadi sepi. Percakapan menjadi hambar (seringnya). Mungkin kami sedang sama-sama sibuk. Mungkin kami sekarang menjadi sungkan atau kurang percaya diri untuk saling menyapa. Mungkin kami terlalu banyak kenyataan pahit yang dihadapi, dan terlalu rumit untuk diceritakan, serta belum tentu masing-masing dari kita punya waktu untuk mendengarkan. Mungkin keadaan ruh kami sedang berbeda, ada yang sedang sangat bahagia, dan ada yang sedang sangat sedih tersebab kondisi yang sedang menimpanya. Mungkin, dan mungkin lainya.

Pada suatu saat, Yessy mewakili perasaan saya, menyatakan perasaannya di group KSB. Dia mengatakan bahwa dia kangen jogja, dan teman-teman yang ada di dalamnya. Teman-teman yang ditemui sekarang, tidak seperti yang dulu di temui di Jogja. Saat itu, terjadi obrolan yang sangat panjang. Saya ketinggalan obrolan. Namun, ada salah satu pernyataan dan kenyaatan yang dikeluarkan oleh Kiki yang seketika membuat saya freeze. Dia menuliskan:

"Kita sekarang sedang sibuk dengan kehidupan masing-masing."


Yang sudah menikah, waktunya sudah terkuras untuk mengurus anak dan suami. Yang belum menikah, waktunya terkuras untuk menunggu dengan berjibun aktifitas yang menghibur. Kita sama-sama sedang dalam masa perjuangan untuk memenuhi kebutuhan kita masing-masing secara mandiri. Memastikan masa depan yang sejahtera dan mandiri.

Saya sempat sedih dengan kenyataan itu. Saya takut kehilangan teman untuk berbagi.

Saya tidak bisa berbuat banyak. Saya mencoba untuk mempertahankan hubungan persahabatan dengan siapapun dengan sekedar menanyakan kabar mereka. Meskipun hanya terjadi percakapan singkat, dan tidak semua diceritakan, serta kadang malah terasa percakapan kami hambar, saya masih terus berharap semoga suatu saat nanti, kami bisa saling bertatap muka dengan wajah-wajah bahagia kami. Bahagia bersama setelah perjuangan yang penuh liku.

Terakhir, doa rabitah baru saya resapi dan gunakan sepenuhnya akhir-akhir ini. Ketika kami sudah saling jauh, sibuk dengan urusan masing-masing, dan mengalami fase yang berbeda, maka, saya serahkan dan titipkan rasa persahabatan ini kepada Sang Pemilik Hati manusia.

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru di jalanMu, dan berjanji setia untuk membela syariatMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepadaMu, hidupkanlah dengan ma'rifatMu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."
Be First to Post Comment !
Posting Komentar