15 Quotes Novel Tentang Kamu

Salah satu daya tarik dari beberapa novel Tere Liye adalah quotes yang ada di dalamnya. Isinya syarat akan kebijaksanaan hidup. Kata-katanya dalam hingga mampu menyentuh perasaan setiap orang yang membacanya. Tidak hanya menyentuh tentunya, namun cukup ampuh untuk memberikan pencerahan untuk para pembacanya. Berikut beberapa quotes yang ada di dalam novel terbarunya di tahun 2016, Tentang Kamu.

1. "Setiap janji sesederhana apa pun itu, memiliki kehormatan"
Kalimat tersebut diucapkan oleh Zaman Zulkarnaen kepada Aimee, penjaga panti. Aimee ragu apakah janji Zaman untuk mengunjungi kembali Maximilien (salah satu anggota panti jompo) akan benar-benar ditepati ataukah hanya lip service untuk menyenangkan dan menenangkan Maximilien yang sudah pikun tingkat akut dan bukan siapa-siapanya Zaman. 

2. "Aku tidak tau kenapa aku harus mempercayaimu Tuan Zaman. Tapi aku selalu mempercayai instingku."
Itu adalah kata-kata Aimee ketika menyerahkan buku diary milik Sri Ningsih kepada Zaman. Ya, dari situ saya diingatkan kembali untuk mempercayai sebuah insting. 

3. "Menemuinya, mengobrol sebentar, bertanya apa kabar, dan menawarkan bantuan adalah hal menyenangkan bagi sesama sahabat baik."

4. "Aku ingin punya hati seperti milik Sri Ningsih. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak pernah berprasangka buruk walau setetes."
Itu adalah salah satu sifat khas Sri Ningsih dalam lakon di novel tersebut.

5. "Saat kita sudah melakukan yang terbaik dan tetap gagal, apalagi yang harus kita lakukan? Berapa kali kita harus mencoba hingga kita tahu bahwa kita ada pada batas akhirnya? Berapa kali kita harus menerima kenyataan bahwa kita memang tidak berbakat, sesuatu itu bukan jalan hidup kita, lantas melangkah mundur? Aku sekarang tau jawabanya. Terimakasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tau sekarang. Pertanyaan paling penting adalah bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi dan lagi setelah gagal tersebut. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x lagi."
Itu adalah diary ketiga yang ditulis oleh Sri Ningsih pada tahun 1977 - 1979. Saat dia berada di Jakarta. Saat dia sedang mencoba hidup sendirian di kota Jakarta.

6. "Separuh semangatku runtuh. Hidupku dipersimpangan. Apakah pulang atau terus dengan cita-citaku. Saat aku sudah hampir di titik terakhir, hampir menyerah, pertolongan itu datang."
Kalimat diatas adalah salah satu kupian diary Sri Ningsih saat ia kehabisan uang untuk hidup di Jakarta, dan ditambah lagi belum mendapatkan pekerjaan. 

7. "Tidak ada yang benar-benar bisa kita lupakan. Karena saat kita lupa, masih ada sisi-sisi yang mengingatnya. Boleh jadi selama ini kita terus menyibukkan diri, karena sejatinya aku sedang mengenyahkan masa lalu itu"
Itu adalah penggalan isi dari diary Sri Ningsih di surat yang ke-19. Sri Ningsih sedang suntuk dengan masalah yang terjadi dengan bisnisnya. Dan dalam hiruk pikuk masalahnya tersebut, Sri Ningsih merasa seolah-olah kesibukanya selama ini hanya untuk melupakaan kejadian masa lalu yang tidak ingin dia ingat.

8. "Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru."
Itu adalah kata-kata Sri Ningsih yang diucapkan kepada Ibu Chaterine sebelum Sri Ningsih meninggalkan pabrik yang dia miliki. 

9."Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu. Itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, namun cintalah yang akan menemukan kita."

10. "Terima kasih. Nasehat lama itu benar sekali. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi."

11. "Masa lalu, rasa sakit, masa depan, mimpi-mimpi, semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan."

12. "Dia memiliki kecantikan dengan defisini yang berbeda."
Itu adalah kalimat yang digunakan penulis untuk menggambarkan sosok Sri Ningsih. Secara fisik, Sri Ningsih mempunyai badan pendek, kulit hitam legam. Namun, kebaikan hatinyalah yang membuat wajah Sri Ningsih menjadi enak dipandang mata.

13. "Karena bila berbicara tentang penerimaan yang tulus, hanya yang bersangkutanyalah yang tau seberapa ikhlas dia telah berdamai dengan sesuatu."
Dalam cerita dalam novel, banyak orang yang memberikan kesaksian bahwa sosok Sri Ningsih adalah seorang wanita kuat yang bisa memeluk hal semenyakitkan apapun. Namun, tetap, Sri adalah seorang perempuan dan bukan wanita super yang hatinya terbuat dari baja. Dia hanya selalu berjuang membujuk dirinya sendiri untuk sabar, membujuk dirinya sendiri untuk melepaskan dan melupakan.

14. "Mencintaimu telah memberikanku keberanian, dan dicintai olehmu telah memberikanku kekuatan."

15. "Selalu menyenangkan mempunyai seseorang yang menunggu dirumah".

Be First to Post Comment !
Posting Komentar