Cahaya Rumah (Kita)

Pagi tadi, dalam perjalanan dari tempat parkir ke ruang kerja, saya dibarengi oleh salah seorang karyawan yang saya tidak begitu akrab denganya. Sebut saja namanya adalah Bapak X.

Beliau menanyai saya beberapa pertanyaan. Tentang tempat tinggal (red: kost). Tentang rumah orang tua. Dan tentang kegiatan sehari-hari. Sepertinya itu adalah menjadi bahasan sehari-hari yang ampuh untuk mendekatkan satu sama lain. 

Saya menjawab dengan sejujur-jujurnya tanpa ada yang perlu saya tutup-tutupi dan saya ada adakan. Heh, karena menjadi apa adanya itu sangat menyenangkan.

Setalah Bapak X selesai menanyai saya, ada silent-period terjadi. Kali itu, saya mengambil kesempatan untuk melatih diri mulai membuka diri. Saya menanyainya tentang kegiatan mengajarnya di malam hari di sebuah pondok pesantren. Dari awal bekerja di tempat kerja saya ini, saya sudah mendapatkan informasi bahwa Si Bapak X ini mempunyai side-job sebagai seorang guru.

"Mengajar tahfidz", jawab beliau.

Saya excited sekali mengetahui kegiatan Bapak X ini. Pembicaraan pun berlanjut seputar tahfidz dan tahsin. 

Sampai dengan tempat absen, kami pun berpisah. Namun fikiran saya kemudian melayang jauh ke belakang dan ke depan.

Saya mengingat dulu pernah melakukan kegiatan serupa. Mengulang-ngulang hafalan Al Qur'an (red: murajaah) dan tentu menambah hafalannya. Namun, sekarang, semuanya sepertinya tidak membekas. Tidak ada teman-teman dengan semangat yang sama di sekitar saya. 

Pengen, suatu saat nanti, saya dan my hubby memiliki ketertarikan yang sama. Menjadikan Al Qur'an sebagai teman perjalanan. Bada solat maghrib bisa saling menyimak pengulangan hafalan Al Qur'an, dan selepas subuh bisa saling membantu menambah hafalan Al Qur'an.

Semoga saja. Allah Maha Mendengar. Allah Maha Penggenggam segala harap.

Solo, 3 Mei 2017
Be First to Post Comment !
Posting Komentar