Mencintaimu Lagi dan Lagi

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk makan malam dengan dua orang. Yang pertama adalah sepupu jauh, dan yang kedua adalah kawan SMA yang tidak begitu dekat. Layaknya orang yang sedang mengobrol, kami pun membicarakan banyak hal dari berbagai bidang. Dan entah kenapa, pada suatu pokok pembicaraan, mereka berdua mengatakan hal yang hampir sama, yakni, "Tam, Ibukmu itu enak banget lho diajak ngobrol". Dan yang satu menambahkan, "Sering-seringlah kamu curhat sama Ibukmu."

Again, saya lupa mensyukuri nikmat Allah yang diberikan hingga detik ini, yakni seorang Ibuk yang enak untuk mengobrol.

Dalam kesempatan ini, saya flashback kebelakang mengingat beberapa moment obrolan saya dan Ibuk yang mana saya menggarisbawahi kalimat penting yang beliau ucapkan.

1. Uwong kie nek wis dungo suwe, Gusti Allah mesti ngabulke.
Waktu itu, setelah mengantar Ibuk kulakan (belanja untuk menambah barang dagangan), saya mengajak Ibuk untuk makan siang di salah satu warung makan steak di kota Klaten. Sambil makan, kami mengobrol banyak hal. Salah satunya adalah tentang keluhan saya akan jodoh yang tak kunjung datang. Hahahaha. Dan, Ibuk saya spontan menanggapi dengan kalimat di atas. Sederhana tapi ngena euy.

2. Wong urip kie piye carane ben cukup.
Saya waktu itu sedang di kamar di rumah. Saya tidak sengaja mendengar tetangga saya berkomentar tentang aktifitas Ibuk yang berjibun. Dari habis shubuh hingga malam hari tidak terlihat istirahatnya. Kemudian, sambil Ibuk juga sibuk meracik makan malam untuk para ayam, Ibuk merespon dengan ucapan di atas "Orang hidup itu bagaimana usahanya agar bisa mencukupi kebutuhan hidup".

3. Uwong kie meski berubah. Ora mungkin elek terus.
Kalimat itu diucapkan Ibuk beberapa tahun yang lalu ketika saya masih duduk di bangku SMA. Tidak diucapkan kepada saya, namun kepada seorang tamu yang sedang berkunjung dirumah. Saya hanya mendengarnya dari balik kamar saja. Waktu itu si tamu tersebut mengeluhkan tentang perilaku saya yang konon katanya waktu itu sangat nakal dan manja. (Helow, Ibuk saya aja ga sewot situ sewot, hahaha). Dengan santainya Ibuk hanya menanggapi santai dengan kalimat di atas. Dari balik kamar, saya tersentuh dan berdoa semoga kelak saya menjadi orang yang terus menjadi baik hari demi hari.

4. Pokokmen usaha. Mengko nek Gusti Allah ngekei dalan.
Saya lupa waktu itu sedang dalam situasi apa. Namun yang jelas saya ingat sekali Ibuk mengatakan hal di atas diucapkan Ibuk untuk memberikan saya semangat agar tidak pesimis.

5. Wong wedhok kie kudu gelem ngalah dan kalah.
Dalam kehidupan rumah tangga, Ibuk berpesan hal demikian. Meskipun kita benar, dan suami kita salah, jangan menunjukkan bahwa kitalah yang benar. Mengaku salah dan mengalahlah demi sebuah keutuhan kehidupan rumah tangga. Secara tidak langsung, dengan bahasa yang sedikit modern, Ibuk menasihati saya untuk menurunkan ego, bahkan jangan pernah punya ego dihadapan suami.

6. Maem ki diakehi buah karo ijo-ijoan.
Ibuk saya memang sangat memperhatikan masalah gizi anggota keluarganya. Tidak jarang, jika kalian menginap dirumah, pasti menu yang disediakan Ibuk hanyalah sayur-sayuran hijau. Karena memang kami dibiasakan untuk makan banyak sayur. 

Beberapa hal diatas adalah sedikit nasehat yang bisa saya ingat dari Ibuk saya. Dan tidak terasa, hari demi hari saya semakin mencintai Ibuk saya. Hari demi hari saya semakin peduli dengan Ibuk. Semoga Allah selalu menjaganya dan membahagiakanya. Aamiin.


Solo, 17 Januari 2017
Ditulis ketika berangkat ke kantor kepagian.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar