Jika Kamu Berburban, Lihatlah Hewan Kurbanmu Saat Disembelih


 

Alhamdulilah Ala Kulihal.
Aku bersyukur pagi ini karena Allah masih menghidupkanku dalam keadaan yang baik dan sehat. Bapak Ibukku sehat. InsyaAllah sampai nanti malam aku masih bisa makan tanpa bersusah payah. InsyaAllah hari ini juga Allah bentangkan ladang amal sedekah tenaga untukku. Saudara sepupu meminta untuk membelikan bumbu sate dan nanti diminta untuk mengantar ke rumahnya. Menyenangkan sekali bisa menjadi bermanfaat untuk orang itu. 

Allahu Akbar Allahu Akbar. La Illa haillah hu Allah Hu Akbar. Allahu Akbar Wa Lillah Hilham.
Allah Maha Besar. Tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah.
Hari ini, 11 Dzulhijjah 1440. Masih hari tasyrik. Hari yang mulia. Hatiku masih syahdu dan terasa masih sejuk karena peristiwa 10 Dzulhijjah 1440 H kemarin di rumah. 

Ada yang berbeda di hari Idul Adha 1440 H kali ini. Lantaran aku di rumah sendirian, dan tidak tahu mesti ngapain, maka aku memutuskan untuk pergi ke masjid, berkumpul dengan tetangga untuk menyaksikan prosesi penyembelihan hewan kurban. Tahun-tahun kemarin aku tidak pergi ke masjid, hanya di rumah saja. Aku takut aku akan mencari pujian dari manusia. Tapi di rumahpun rasanya juga aku biasa aja, karena mungkin tidak melihat hewan kurbannya seperti apa. 

Awalnya rada ackward pas lihat banyak orang di masjid. Maklum, aku lama tidak keluar ke kampung. Namun, perlahan, aku menikmati berada di tengah-tengah mereka. Pertama, aku melihat kambing yang disembelih. Setelah kambing selesai, barulah ke sapi. Ada tiga sapi. Keluargaku bagian sapi ketiga, yang berarti menyembelihnya paling akhir. 

Sapi kurban kami bewarna coklat. Entah kenapa ketika bertemu dengan sapi coklat itu pertama kali, aku ingin menangis. Andai dia dapat bicara, ingin rasanya aku bertanya, 
"Hey, Buddy, how are you?"
"Are you OK there?"
After a moment aku berada di sampingnya, you know what happened?
He cries. Dia menangis. Meneteskan air mata berkali-kali sambil menundukkan kepalanya. 
I believe dia juga berdzikir. I believe dia juga tahu what Idul Adha is
He Cries.

I feeded him.
Lalu aku berfoto dengannya. He acted nicely. He remains silent.
Kemudian aku pergi. Namun, kamu  tau dia gimana?
"Moooooooow", dia bersuara kayak gitu. 
Lalu aku pun tidak jadi pergi. Aku berada di sampingnya. 
After for a while, aku beranjak akan pergi lagi. Dan dia meraung "Moooow" lagi.  
Akhirnya kuputuskan untuk berada disampingnya sampai dia disembelih. 
He Didn't Want to be Alone.
Ketika para penjagal yang baik datang, terus kulantunkan takbir untuknya. 
Ada satu doa yang kuselipkan dalam doaku, 
"Ya Rabb, jadikan aku orang yang bertakwa, dan kumpulkan aku bersama orang-orang sholih".
Ready.
Seeeeeeeeeeer. Darahnya mulai mengalir. 
Dia manut, tidak banyak melawan. 
He is a good cow
Rabbana Taqabbal Minna.
Akhir kata, semoga Allah menerima amal ibadahku, keluargaku, dan juga kalian semua. Aamin ya Rabbal 'Alamin.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar