Menikmati Kesendirian


 "Ketika kamu merasa langkahmu sangat berat, dititik yang sangat sulit melangkah lagi, bisa jadi dilangkah itu kamu mendapat rahmat Allah"
(Pak Dodik)

Bismillah.
Salah satu hal yang kubayangkan sejak dulu adalah aku bekerja di sebuah perusahaan dimana ruanganku adalah sebuah kubikel dengan satu layar komputer di meja. 
Lalu, aku juga membayangkan bahwa pekerjaan di sebuah kubikel dan di sebuah perusahaan itu membuat stress dan perlu pelarian setelah bekerja dalam wujud mencari kesenangan. Contohnya adalah menonton di bioskop.

Alhamdulilah ala kulihal. Aku sekarang bekerja di sebuah perusahaan (nasional tapinya, bukan multinasional), bekerjaku di sebuah kubikel dengan satu layar komputer, dan juga sering aku mengalami stress selama bekerja. Stress karena pekerjaan dan juga bisa karena bosan. Namun, meskipun begitu, entah mengapa, aku tetap saja bertahan hinggi kini hampir 5 tahun aku bekerja untuk perusahaan itu.

Hari ini aku mengalami kepenatan bekerja. Rasanya sumpek, sesak, dan kepala ingin pecah. Karena pekerjaan berat? Bukan juga sebenarnya. Tapi lebih ke karena aku bosan dengan rutinitas dan kegiatan yang itu-itu saja mungkin. Tidak seringan yang kubayangkan dulu ternyata tingkat stressnya. Ini sampai aku tidak tahu lagi mesti bagaimana. Biasanya kalau tak bawa nonton youtube atau berdzikir begitu, beban rasa itu menghilang. Lha ini tetap saja bertengger. 

Baiklah, sepertinya aku mesti melakukan kegiatan yang mampu menyegarkan pikiran. Ahai. Akhirnya aku memilih pergi nonton aja. You know what, this is not my habit. I mean, pergi ke mall dan menonton bukanlah kebiasaan menghibur diri yang biasa aku lakukan. Aku ingat, terakhir nonton adalah saat menyaksikan film 212. Berarti, it was almost 2 years ago, kan. 

Yaw sudah, aku mulai untuk mencari pilihan film. Dan, entah mengapa, aku tertarik untuk menonton film Wedding Agreement. Aku ini orangnya sukanya yang ada manfaatnya, jadi pas solat maghrib sebelum aku nonton, aku berdoa gini, "Ya Allah, semoga Engkau berkahi aktivitas nontonku nanti. Dan semoga ada pelajaran positif yang bisa aku ambil."

Oh ya, aku sengaja nonton pake seragam kantor. Alasanya? Ya biar berasa habis pulang kerja begitu. Padahal antara jadwal film yang diputar dan waktu aku pulang kantor ada jeda 2 jam which is aku bisa ganti baju sebenernya. 

Pas bel kantor berbunyi, perasaanku lega sekali. Aku tertiba hepi. Aku pun segera meluncur ke parkiran untuk mengambil kendaraan. Sesampainya di kost, aku pesan makan untuk buka puasa dengan go food. Sejam sebelum buka puasa, aku guling-guling di kasur dan juga sambil mainan youtube. It's really me time. 

Adzan berkumandang. 
Alhamdulilah, rasanya cleeees dan legaaa. Haus dan lapar terobati sudah. Badanku kembali segar kembali. 

Aku pun solat, dan langsung meluncur ke mall tempat nonton. Jalan yang kulalui menuju mall adalah jalan yang sama dengan jalan menuju kantor. Aku ingat dua jam yang lalu, hati sangat berat, ciut, dan kusut saat melewati jalan ini. Namun, malam itu, hati berubah menjadi hati yang ringan dan seolah tanpa beban. MasyaAllah. 

Sampai depan pintu mall, rasanya aku ingin melonjak dan berteriak "Horraaaaaaaay". Ah, aku bahagia sekali bisa jalan sendiri dengan penuh percaya seperti itu menggunakan seragam dan masih menenteng tas kerja. This is a condition that I admire for a long time. Alhamdulillah ya Allah. Semoga nonton berikutnya, aku sudah sama si mamas sayang. Haha. 

Aku membeli tiket dan langsung masuk studio. Aku menikmati film yang mempunyai genre romantis humor itu. Aku tertartik dengan perjuangan si tokoh utama, Tari, untuk mempertahankan kehidupan rumah tangganya. Aku tertarik dengan kesabaran Tari menghadapi suaminya yang belum sereligius dirinya. Aku tertarik dengan sikap Tari yang tetap lembut memperlakukan sikap suaminya yang dingin itu. Dan aku tertarik dengan sebuah hadist yang diajarakan Tari kepada suaminya, "Allah itu malu ketika ada seorang hamba yang berdoa dengan mengangkat tanganya, lalu Allah tidak mengabulkannya."
Be First to Post Comment !
Posting Komentar