Penuaan Dini pada Otak

Hi, good morning. Hari ini hari Jumat, semoga kamu tetep semangat. 


Tadi dalam perjalanan menuju tempat kerja, aku merasa harus menuliskan tentang insight yang aku dapatkan dari acara CLevel Talk bersama Anggoro Eko Cahyo dan coach Rene Suhardono. That was so incredible, and precious. Precious because acara terbatas yang hanya terdiri 88 peserta itu dihadiri oleh orang-orang keren (bekerja di institusi bergengsi dan kemampuan intelektualnya mumpuni). Hanya satu dua orang saja yang dari kalangan remah-remah, aku misalnya. Incredible karena kita bisa dengerin obrolan langsung dari orang-orang keren tersebut which is materi-materi yang disampaikan itu contain much knowledge and enlightenment. 


Anggoro Eko Cahyo adalah eks wakil direktur BNI yang pada saat ini menjabat sebagai direktur BPJS Ketenagakerjaan. Usianya sudah 50an dan sudah tentu mempunyai pengalaman memimpin, berinteraksi dengan orang, dan manajemen konflik yang tidak diragukan lagi. Sedangkan Rene Suhardono yang menjadi moderator sekaligus yang punya acara adalah seorang career coach ternama di Indonesia. 


Tema tadi malam adalah tentang manajemen konflik. Pak Anggoro menjelaskan tentang bagaimana he deals with value yang dia bawa dengan kepentingan-kepentingan yang berada di perusahaan, termasuk apakah beliau pernah merasakan perasaan "giving up on people". Dari semua obrolan yang berlangsung, dan hanya bisa kuikuti setengah perjalanannya saja, ada point yang kuhighlight. 


Tentang open mind. Pak Anggoro menyebut bahwa ide-nya yakin akan bisa diterima dengan baik oleh para karyawan BPJS yang mostly adalah anak-anak muda yang open mind. Pengertian open minded sendiri adalah cara berfikir yang mau untuk menerima ide-ide baru beserta perubahannya. Sedangkan lawanya adalah close minded yang cenderung tidak mau menerima ide-ide baru, tidak mau berubah, dan mempertahankan cara lama. Mungkin sudah nyaman, gitu kata mojok.com


Glek. Apa yang membuatku tercengang? Well, entah kenapa, aku tetiba langsung merefer ke atasanku. "Aha, dia ga open minded." Aku yang akhir-akhir ini sering berinteraksi dengan dia menotice bahwa dia susah untuk diajak berbicara. Suka pake cara lama, ga mau berubah, takut, cemas, diktator, dan overall menyebalkan. Close minded, begitulah sebutan yang cocok untuknya. 


Kalau tadi disebutkan salah satu karakteristik anak muda adalah open minded, bisa dikatakan bahwa semakin tua bisa jadi kebanyakan orang akan memiliki pikiran close minded. Like what my atasan has. Dia emang sudah tua sih. Orang-orang in my workplace tua-tua emang, cara kerjanya juga masih old-fashion. 


Dan you know what, why do I bring this topic here? Lingkungan itu kan menyumbang peran besar untuk membentuk diri kita kan ya? Dan aku merasakan aku sudah mulai ketularan sikap close minded ini. Aku meneriaki dan menghakimi orang bahwa dia close minded, namun pelan-pelan pula racun itu masuk dalam hidupku. Otakku merasa menua sebelum waktunya. Seharusnya usia bolehlah menua, namun otak kan jangan ya. 


Sedih aku mengetahui dan menyadari akan hal ini. Sulit untuk berubah ketika kamu sendiri dan tidak ada penguatan untuk hati. Resign tidak semudah itu Furgoso. 


Tapi take it or leave it? Tetep sih aku memilih leave. Dan aku sekarang berusaha lagi untuk leave. Menyelamatkan kesehatan otak untuk masa depan yang jauh lebih subur adalah urgensi saat ini. I won't let otakku berada dalam tempurung. Aku harus berjuang untuk bisa grow. 


Semangat Marimar!!!!! 



Be First to Post Comment !
Posting Komentar