Lupa

Beberapa hari ini saya mempunyai pengalaman buruk yang membuat saya ingin membenturkan kepala saya ke bantal doraemon berkali-kali. Pengalaman buruk tersebut dipicu oleh sifat (atau mungkin bisa disebut penyakit) pelupa yang bersemayam agak lama di dalam diri saya. Beberapa orang yang sudah mengenal saya dengan baik atau mungkin sering berinteraksi dengan saya cukup intens, pasti akan menyadari kelemahan saya ini dengan sangat cepat. Poor me!

Well, jadi inilah beberapa kisahnya.
1. Kunci Motor
Bulan Juli 2016, saya dipanggil atasan. Saya mendapat teguran lisan karena saya sering telat masuk kantor diluar batas kewajaran. Sebagai konsekuensinya, maka saya dilarang telat masuk kantor sampai bulan Oktober 2016. Maka, saya berusaha semaksimal mungkin mengatur waktu saya kembali untuk tidak telat. Salah satu treatmentnya adalah dengan membawa sarapan ke kantor. Yah, cara ini cukup berhasil. Namun, pada suatu hari yang sangat dingin, Ibuk saya memasak nasi goreng kesukaan saya (ada campuran wortel, daun bawang, mentimun, daun kol, ayam, sosis, cabe rawit banyak, dan tentu saya kerupuk). Well, saya tidak tahan harus memakanya satu jam lagi di kantor. Maka, saya putuskan untuk mencicipnya beberapa sendok saja. Tetapi, nasi goreng Ibuk sangat enak, saya menambah lagi. Tidak terasa saya menambah hingga 3 kali, dan jam sudah menunjukkan di atas batas wajar. Saya kelabakan (namun berusaha untuk tetap tenang as my mission). Saya ngebut. Ketika sampai kantor, parkiran sudah sepi. Saya berlari menuju tempat absen. Saya telat 10 menit dari jam seharusnya masuk kantor yakni 7.30. Tidak apa-apa, waktu itu adalah akhir bulan, jadi 10 menit dalam sebulan tidak masalah. Jam berjalan sebagaimana biasanya, hingga waktu menunjukkan pukul 16.30. Time to go home. Saya cepat-cepat pulang sebab saya sudah kelaparan. Pada saat menuju tempat parkir, saya merogoh jaket saya untuk mengambil kunci motor. Tidak ada. Saya merogoh kantong rok. Tidak ada juga. Saya mencari di tas. Tetap tidak ada juga. Saya berfikir sejenak. "Oh yeah, mungkin kunci motor saya ketinggalan di motor, kemudian pak satpam melihatnya dan mengamankanya.". Saya tersenyum kecil sendiri. Sampai tempat parkir, saya menuju motor saya. Ada kunci motor yang masih tertancapkan disana. Dan, posisinya masih "on". Glek. Huh. Freeze. Whaaat? 10 hours? Seriously? How can it be? What was I thinking? What have I done? Ya Rabb...sebegitu parahkan kualitas otak saya ini? Saat itu pula, saya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Padahal, dua hari sebelumnya, saya baru saja melakukan perawatan rutin untuk motor tersebut, dan karena banyak komponen yang aus, maka saya harus merogoh dompet sebesar 650rb (Jumlah yang cukup banyak untuk ukuran motor).

2. Hand reem
Ketika ada lampu merah, biasanya saya hanya akan meletakkan gigi transmisi mobil matic pada kode N. Namun, saat itu, karena lampu merahnya lumayan lama dan saya kelelahan, saya menarik hand reem. Lokasi hand reem ditarik adalah ketika berada di terminal Magelang. Saat itu kami sedang menuju ke Temanggung (daerah kaki gunung Sindoro). Ketika sudah sampai Temanggung, yang kira-kira jaraknya adalah 1,5 jam dari Magelang, dan akan memarkirkan mobil yang otomatis harus menarik hand reem, si hand reem masih dalam keadaan di tarik. Glek.
Whaaaayyyyy??? Could you imagine that? 1,5 jam hand reem dalam keadaan ditarik dan mesin masih berjalan.

3. Pintu Gerbang
Saya seharusnya tidak menuliskan kalimat ini karena  semuanya hanyalah alasan semata. Tapi, untuk menuju kepada cerita intinya, perlu ada kalimat-kalimat alasan dulu. Tidak apa-apa ya? Baiklah. Jadi, hari itu saya dan Ibuk benar-benar lelah. Pekerjaan kami sangat banyak. Saya yang pulang kantor malam, masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan Ibuk di rumah yang belum selesai. Jam 10 malam kami baru mandi dan solat isya'. Karena punggung kami sudah sangat sakit, maka kami langsung menuju kamar tidur masing-masing. Ketika bangun tidur, dan akan membuka pintu dan jendela rumah, kami baru menyadari bahwa semalam kami tidak mengunci pintu, pintu gerbang, dan bahkan pintu mobil. Beruntung tidak terjadi apa-apa. Meskipun demikian, saya dan Ibuk sungguh sangat menyesal akan kecerobohan kami.

Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka saya akan berusaha bertobat. Sebagai langkah awal pertobatan dan pengobatan sifat pelupa, saya mengawalinya dengan membuat Teks Proklamasi Perubahan.



Proklamasi


Saya, Uli Tri Utami, atas nama kebaikan masa depan, menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa saya:

1. Akan selalu mengecek posisi kunci motor ketika menginggalkan tempat parkir.

2. Akan selalu mengecek hand reem ketika akan menjalankan mesin.


3. Akan mengecek pintu gerbang sebelum tidur.

 Tanda Tangan

Tami, Si Perempuan Teliti :D



Be First to Post Comment !
Posting Komentar