Hari Jumat dan Butik Batik Laweyan


Image result for hujan dan tangan 
sumber: https://www.google.co.id/search?q=hujan+dan+tangan&biw=

Jumat adalah hari raya buat saya. Di hari tersebut, banyak harapan yang berusaha ditegakkan kembali setelah sempat layu dan terhenti untuk tumbuh. Ada optimisme bahwa apa yang sudah diharapkan akan bergerak beberapa ratus mil ketika di waktu tersebut seseorang berdoa dengan khusyuk. Ya, Allah sudah menjanjikannya. Allah sudah memuliakan hari Jumat. Dan janji Allah pasti, bukan?

Jumat sore itu kota Solo diguyur hujan. Awalnya deras, namun setelahnya hanya hujan rintik-rintik yang bersisa. Saya semakin bahagia sebab dua kondisi mustajab untuk berdoa dibentangkan seluas-luasnya. Saya memandang jendela yang berada di depan meja kerja. Lewat tetes-tetes hujan dari langit, seolah Allah sedang berbisik kepada saya, "Berdoalah Tami". Saya pun tidak mengabaikan bisikan tersebut.

"Ya Rabbana, semoga Engkau ridho kepada saya dan berikanlah kepada saya kebaikan yang banyak dari sisiMu". 

Saya menutup doa singkat tersebut dengan senyum tipis. Ada perasaan damai yang pelan-pelan berhembus kedalam dada. Saya kemudian ingin segera meninggalkan kantor, dan bergegas menuju tempat kesukaan saya menghabiskan Jumat sore, Masjid Kalitan (Masjid yang dibangun tepat di depan rumah Alm. Ibu Tin Soeharto). 

Bagi pekerja kantor yang sebagian besar waktunya dihabiskan di depan komputer seperti saya ini, bertemu dengan orang baru dan bisa membantu orang secara langsung adalah anugerah yang membuat hati merekah. Dan di Masjid Kalitan tersebut, saya selalu dipertemukan dengan orang-orang baru (meskipun hanya pertemuan sekedarnya). Ada seorang anak laki-laki 1000 wajah (red: down syndrom) yang suka untuk mengumandangkan iqomah. Ada seorang keluarga kecil yang beristirahat di Masjid, dan anak balita yang dibawanya berlari menghampiri saya, penasaran dengan apa yang saya baca, dan kemudian duduk di depan saya untuk membolak-balikkan halaman Al Qur'an yang ada di pangkuan saya. Ada seorang perempuan cantik nan modis yang tiba-tiba menyapa dan kemudian bertanya, "Maghrib jam berapa ya Mbak? Nitip tas saya ya Mbak.". 

Lepas maghrib, saya bergegas untuk ke perjalanan berikutnya. Masih dengan hujan rintik-rintik, saya menerobos air dari langit tersebut dengan perasaan damai. Meskipun banyak orang takut hujan dan takut pakaian mereka basah, namun bagi saya hujan itu indah. 

Saya mencari mesin ATM. Dalam perjalanan pulang, ada beberapa tempat yang bisa digunakan untuk mengambil uang. Saya berfikir sebentar tempat mana yang akan saya pilih. Setelah mempertimbangkan ini dan itu, akhirnya pilihanya jatuh ke mesin ATM di depan Butik Batik Laweyan Solo. Sampai sana, ternyata pengunjung butik tersebut sedang ramai. Bukan oleh penduduk lokal, namun oleh beberapa wisatawan. Di dalam ATM, ada tiga orang ibuk-ibuk dengan logat orang bugis. Saya mengantri. Ketiga ibu-ibu tersebut sepertinya sedang bingung dengan mesin kartu ATM nya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi. Dibelakang saya ada seorang bapak setengah baya, berambut gondrong, seperti seorang seniman dan penyuka filosofi. Saya mempersilahkan beliau duluan karena transaksi yang akan saya lakukan lumayan lama sedangkan beliaunya hanya tarik tunai saja. Setelah selesai, dengan nada sopan, beliau berucap "Terimakasih Mbak". Saya selalu suka mendengar kata tersebut.

Akhirnya tibalah giliran saya untuk melakukan transaksi. Agak lama memang. Namun syukurlah tidak menimbulkan antrian panjang. Setelah selesai, tiba-tiba muncullah seorang ibu dari ibu-ibu yang sebelumnya bermasalah dengan ATM. Tiba-tiba meraih tangan saya dan ditarik menuju ke mesin ATM kembali. Tanpa ada kata "minta tolong" ataupun "permisi". 

"Sini coba bantu sebentar untuk ngambil duit", ucap beliau dengan nada orang bugis yang sepertinya tinggal di Kalimantan. Tidak ada kontak mata di antara kami. Dan tidak ada penutupan nomor PIN. Bahkan saya diminta untuk memencetkan nomor PINya. (FYI: Si ibu adalah seorang PNS). Dalam batin saya, "Ni ibu, mudah banget percaya sama orang". 

Setelah mencoba beberapa kali menuliskan jumlah tarikan, tidak ada respon positif dari mesin ATM untuk mengeluarkan sejumlah uang yang diminta. Mengecek saldo pun tidak bisa sebab menggunakan ATM yang berbeda. Akhirnya kami coba pindah ke mesin ATM yang lain. Sekedar mengecek saldo. Dan ternyata saldo ibu nya adalah NOL. Well, Ok. Ibunya hanya bilang, "Oh, berarti transferanya belum sampai". Udah. Begitu saja. Dan meninggalkan saya. Without saying anything. Tidak menggunakan aturan umum seperti biasanya yang menggunakan senyum dan ucapan terimakasih.

Saya hanya tersenyum kecil dalam hati. Disisi lain senang bisa membantu si ibu, namun disisi lain juga geli. Apapun itu, saya bahagia dengan sikap ibu tersebut. Kita belum saling mengenal, namun ibu nya percaya kepada saya. Apapun itu, saya bahagia sebab saya diberi kesempatan olehNya untuk membantu sesama, meskipun dengan hal yang sangat sederhana. Apapun itu, saya harus tetap percaya bahwa Ia selalu berkata "iya" untuk doa-doa kita. 

Selamat hari Jumat. Semoga doa-doa mu cepat terjawab. 

Solo, 1 November 2016
Be First to Post Comment !
Posting Komentar