Ingin Menjadi Ibu Seperti Ibuk

Suatu ketika, Bapak menyuruh Ibuk untuk pergi kerumah saudara di waktu yang masih pagi. Ibuk masih masak, dan menjawab perintah Bapak dengan jawaban yang ternyata tidak membuat Bapak senang.
"Iya Mbah. Nanti habis masak tak kesana", begitulah jawabanya. (FYI: Ibuk memanggil Bapak dengan panggilan Mbah, ketika Bapak sudah menjadi seorang kakek).

Tidak senangnya Bapak ini berujuang kepada Bapak tidak mau makan makanan yang telah dimasak Ibuk. Masalah sepele sih dalam rumah tangga, menurutku. Mungkin Bapak sedang banyak fikiran, jadi hal yang seharusnya tidak perlu marah pun, jadi marah. But, anyway, bukan masalah hubungan suami-istri yang akan saya bahas.

"Aku tu kalau masakan belum beres, belum bisa pergi keluar. Rasanya hati ga tenang.", Kalimat Ibuk dalam bahasa Jawa ketika mengetahui kalau Bapak sudah pergi bekerja dan makanan yang dibuatnya masih utuh. 

Glek. Saya tiba-tiba baru menyadari satu hal. Bahwa Ibuk saya adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Ya, full time at home mother. Ibuk baru bekerja sampingan (red:jualan) ketika saya sudah masuk sekolah SD dan sudah bisa mengurus keperluan sendiri. 

Masih lekat dalam ingatan saya bagaimana dulu Ibuk merawat saya dan kakak-kakak saya. Setiap pagi Ibuk sudah masak. Ibuk memastikan kalau saya tidak jajan diluar. Ibuk tidak suka kebiasaan makan diluar. Ketika akan berangkat sekolah, sarapan pasti sudah tersaji. Sambil sarapan, saya dan kedua kakak saya mengantri untuk dirapikan rambutnya dan dikucir dengan berbagai gaya orang jawa. 

Ketika punya waktu luang, Ibuk menjahit. Ibuk menjahit baju untuk kami kenakan. Ibuk menjahit kain-kain sisa untuk dijadikan sarung bantal. Ibuk membersihkan rumah, menanam bunga, mengatur perabot rumah tangga, dan mencuci baju anak-anaknya.

Ketika saya sakit, Ibuk mengompres kepala saya, menunggui saya menangis, dan membetulkan selimut yang kadang tersingkap.

Ibuk ada disamping anak-anaknya, selalu.

Saya baru menyadarinya. Saya baru menyadari bagaimana hebatnya seorang Ibu Rumah Tangga.

Dan saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang mendedikasikan waktunya untuk mengurus suami, anak, dan rumah. 
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang selalu memasak dan bisa memasak masakan enak hingga cucu-cucunya selalu ingin mengunjunginya hanya untuk makan makanan simbahnya.
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang senantiasa berusaha menemani suami sarapan dan makan malam.
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang masak air untuk suami dan anak-anaknya mandi ketika udara dirasa sangat dingin. 
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang selalu bangga kepada anaknya bagaimanapun orang lain mengatakan hal buruk tentang anaknya. "Anak kan ga akan nakal terus. Pasti nanti dia berubah", begitulah katanya.
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang selalu bersabar menghadapi sikap suaminya dan rela untuk memposisikan dirinya dibawah suaminya.
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang rela untuk pendapatnya dinyatakan salah oleh suaminya dan hanya memilih diam serta menerima. 
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang tidak menuntut banyak kepada para anaknya untuk menjadi seperti ini dan itu. 
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang suka berbagi makanan kepada tetangga, dan suka membantu kebutuhan mereka yang membutuhkan bantuan.
Saya ingin menjadi Ibu seperti Ibuk yang selalu punya waktu untuk ditelpon anak-anaknya.

Semoga Allah memampukan dan menguatkan.
12 Muharram 1438
Solo, 13 Oktober 2016 
#Muharram Menulis (Day 4)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar