Tetangga yang Baik

Saya dan Bapak sedang siap siap untuk bekerja. Ibuk sedang pergi ke pasar. Kemudian saya mendengar ada bunyi sapu lidi yang sedang digunakan untuk menyapu. Suaranya sepertinya berasal dari ruangan dekat kolam ikan di dalam rumah. "Sreg sreg sreg", kurang lebih begitulah suaranya. 

"Loh Pak, niko sinten sik nyapu?", saya bertanya pada Bapak siapakah yang menyapu itu. 

"Mbah Ruk palingan.", Bapak menjawab.

"Loh, enten nopo koq nyapu rumah kita?", tanya saya penasaran. Karena kami selama ini tidak mempunyai pembantu yang secara resmi membantu dirumah.

"Arep ngewangi masak", jawab Bapak.

"Heh, masak dingge nopo Pak?", tanya saya dengan dahi yang rada berkerut.

"Mengko bengi acara 100an harinya Pak Tuo", jawab Bapak.
Saya kemudian menuju dapur yang ada diluar, dapur yang khusus untuk masak dalam jumlah besar. Saya temukan Mbah Ruk yang sudah tua namun masih sangat energik sedang menyalakan tungku. Setelah tungku menyala, beliau langsung berpindah untuk mengangkat beberapa panci besar untuk persiapan memasak. Saya menyapanya sebentar, dan kemudian bergegas untuk pergi bekerja.

Mbah Ruk oh Mbah Ruk. 

Beliau bukan keluarga biologis kami. Beliau hanya tetangga kami yang rumahnya sedikit jauh dari rumah kami. Namun, beliau melebihi dari hanya seorang tetangga. Beliau adalah keluarga kami.

Mbah Ruk dan Suaminya (Pak Sunar) adalah sepasang suami istri yang sangat menyayangi Almarhum Kakek saya. 27 - 30 Ramadhan 1437 yang lalu, Pak Sunar mengorbankan waktunya untuk membantu menjaga Pak Tuo (Panggilan untuk kakek) yang terbaring di rumah sakit. Bahkan, menit-menit sebelum Pak Tuo meninggal, Pak Sunar berada disampingnya.

Saya pun mendapatkan informasi bahwa semasa Pak Tuo masih sehat dan masih bisa pergi ke sawah, Pak Sunar adalah temanya. Mereka suka menghabiskan waktu berdua di sawah. Pak Tuo selalu mempercayakan pengerjaan sawahnya kepada Pak Sunar. Tak jarang, katanya juga, Pak Sunar dulu sering kerumah saya dan minum kopi bersama Pak Tuo diruang tamu. 

Mbah Ruk tidak kalah baiknya. Ketika dirumah ada acara apa-apa yang berhubungan dengan acara tahlinan untuk almarhum Pak Tuo dan Mbok Kasinem (Istri Pak Tuo yang meninggal dua bulan sebelum  Pak Tuo), beliau adalah seorang yang berada di garda terdepan untuk membantu. Di hari-hari biasa pun, Mbah Ruk sering datang kerumah untuk sekedar berbagi makanan dan terkadang juga membantu membereskan rumah yang tidak sempat dibereskan. 

Saya sangat tersentuh melihat akhlak Mbah Ruk dan Pak Sunar. Mereka secara tidak langsung meluaskan hati saya. Dan mereka, orang tua di kampung yang menjadi tauladan terbaik bagi saya untuk menjadi bagaimana seharusnya tetangga yang baik itu bersikap. 

Suatu saat nanti, saya juga ingin menjadi seperti mereka. Menjadi seorang tetangga yang baik untuk tetangga yang disamping rumah saya dan suami. Menjadi tetangga yang bisa memberikan kebahagiaan untuk tetangga yang lain. Menjadi tetangga yang baik, bukan hakim yang selalu menilai. Menjadi tetangga yang baik yang suka berbagi makanan. Menjadi tetangga yang baik yang meluangkan waktu untuk membantu. Menjadi tetangga yang baik yang selalu mendoakan. Menjadi tetangga yang baik yang memberikan senyum di pagi hari dan berucap "hati-hati ya di jalan". Menjadi tetangga yang baik yang senantiasa mendengarkan. Menjadi tetangga yang baik dimana tindak tanduk kita saling mengingatkan akan ketakwaan. 

Selamat belajar untuk menjadi tetangga yang baik. Semoga kita selalu ditempatkan di tempat yang diberkahi.

10 Muharram 1438
Solo, 10 Oktober 2016

#Muharram Menulis (Day 3)




Be First to Post Comment !
Posting Komentar