Bayi Kucing Hitam yang Malang

Cuaca subuh di kota Solo sekarang sudah berubah. Biasanya hujan turun dan hawa sangat dingin ketika waktu subuh tiba. Namun sekarang, semuanya seolah kembali normal (hehehe, bukan berarti kalau hujan itu terus ga normal yak). Cuaca yang berubah pun akhirnya merubah kebiasaan saya. 

Cuaca yang cenderung tidak dingin dan tidak hujan di waktu subuh mendorong saya untuk menghidupkan kebiasaan pagi saya, jogging. Dengan melakukan jogging di cuaca tidak yang ekstrim mampu untuk menghasilkan keringat bercucuran lumayan banyak. Puas rasanya jika berolahraga itu bisa menghasilkan keringat yang banyak.

Nah, saya biasanya jogging di lapangan dekat kost saya. Luas lapangannya standar lapangan sepak bola. Biasanya saya akan berputar mengelilingi lapangan sebanyak 7 kali. Kenapa 7? Ya ga tau. Kuatnya hanya segitu. Huhuhu. 

Jogging pagi tadi ada yang berbeda. Ada kejadian yang tidak terjadi seperti biasanya. Pada putaran ke4, saya melihat ada mobil kecil putih berhenti di tengah jalan. Saya melihat pengemudinya keluar. Owh, ternyata si pengemudi sedang menyingkirkan bayi kucing hitam kecil yang menghalangi jalanya. Namun si bayi kucing ternyata susah sekali untuk disuruh pergi. Malahan si bayi kucing berlari kecil mau masuk mobil si pengemudi. Akhirnya si pengemudi mengusir kucingnya dengan cara agak kasar. Si bayi kucing pun akhirnya pergi juga.

Saya meneruskan langkah. Mengitari lapangan sambil terus mengucap "Allahuakbar". Tssaaaaaah. Alimnya saya. Kwkwkwkwk. Bukan itu maksudnya. Maksud saya adalah supaya saya kuat saja mengitari lapangan ini sampai 7 kali. Mengingat saya selalu ngos-ngosan ketika baru menginjak putaran ke-2. Kwak kwak kwak.

Sampe pada putaran yang ke-6, saya berpapasan langsung dengan bayi kucing hitam kurus tadi. Si bayi kucing bersuara sangat keras dan galak. Sorot matanya memperlihatkan kemarahan dan kejengkelan serta kesedihan. Kasian. Badanya kurus tak terurus. Bulunya hitam kotor dan tak terawat. Jalanya masih belum sempurna. Sempoyongan. Ya mengingat usia kucing mungkin belum begitu dewasa. Tak tega saya sebenarnya melihatnya. Namun, mengurusnya pun saya juga tak mampu.

Well, ketika melihat si bayi kucing hitam tersebut, ada fikiran yang melintas di kepala saya.

Tentang sikapnya yang galak dan mengeong keras. Ya, si bayi kucing hitam pasti adalah kucing gelandangan. Mungkin dia sengaja dibuang. Si bayi kucing hitam mungkin sedih dan marah pada takdir. Dia harus berjuang sendiri pada usianya yang masih sangat kecil. Dia berlari kesana kemari. Mencari siapa saja yang bisa dijadikan tuanya. Mencari siapa saja yang mengakuinya sebagai bagian dari hidupnya. Mencari siapa saja yang mampu melindunginya. 

Si bayi kucing hitam baru mengalami kejadian ini pertama kali. Terbuang. Tak diinginkan. Tertolak. Berjuang sendirian. Makanya he doesn't have any ideas how to deal with this kind of tragedy. Dia akhirnya hanya bisa marah pada siapa saja yang dia temui. Dia akhirnya bersikap tak sopan ketika bertemu orang. Yang dia tau dia hanya butuh tuan untuk memberinya makan. Hatinya sakit dan pedih. Dia belum mengenal apa itu bersabar dan berdamai dengan keadaan. Untuk itulah, sikap si bayi kucing hitam yang pemarah dan keras tadi bisa menjadi pemakluman bukan?

Begitu pula dengan manusia.
Mari saling mengerti dan menasehati satu sama lain.  




Be First to Post Comment !
Posting Komentar